Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UTS dan Kepemimpinan SBY

11 Oktober 2010   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:32 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini adalah hari pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) di sekolahku. Para siswa harus mengikutinya dari tanggal 11 s.d. 15 Oktober 2010. Para guru pun ditugaskan untuk menjadi pengawas UTS dan mendapatkan pengarahan terlebih dahulu dari pimpinan sekolah.

Mengapa para guru harus diberikan pengarahan? Bukankah mereka sudah terbiasa menjadi pengawas setiap kali UTS diselenggarakan? Jawabannya, karena adanya pengarahan  membuat guru yang bertugas sebagai pengawas  menjadi lebih baik lagi dalam mengawas UTS. Ada pencerahan terjadi disitu. Ada saling nasehat menasehati terjadi antara pimpinan sekolah dengan teman-teman guru sebagai mitra kerjanya. Proses komunikasipun berjalan dengan baik, karena adanya dialog. Kepala sekolahpun akan memahami dan mengerti  apa yang terjadi. Lalu segera mencari solusi dari permasalahan pembelajaran sebelum dan sesudah UTS dilaksanakan.

Bila kepala sekolah cakap dalam memimpin, dan mengkooordinir kegiatan UTS dengan baik, maka akan sukseslah pelaksanaan UTS. Di situlah pentingnya seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengarahkan mitra kerjanya agar bersama-sama menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Sekolah hanyalah lingkungan komunitas kecil. Tetapi di sinilah kita belajar menjadi seorang pemimpin. Seorang kepala sekolah memimpin teman-teman guru agar sukses dalam menjalankan program-program sekolah dengan baik. Para guru memimpin peserta didiknya agar mampu mencapai cita-citanya, dan para peserta didik belajar menjadi pemimpin agar dirinya mampu menggali ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Tentu kepala sekolah, guru, dan siswa akan berusaha menyatukan iptek itu yang terintegrasikan dalam keimanan dan ketakwaan (imtak) . IPTEK dan IMTAK harus menyatu dalam diri seorang pemimpin. Pemimpin yang mendapatkan tugas dari Allah, Tuhan penguasa langit dan bumi.

Menjadi seorang pemimpin harus dimulai dari diri sendiri dulu. Ketika seseorang telah mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik, maka dia dapat memimpin orang lain. Ketika orang lain merasa nyaman dengan kepemimpinannya, maka orang tersebut  dianggap mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat memberikan pencerahan kepada orang yang dipimpinnya.

UTS yang dilakukan para peserta didik hari ini adalah bagian dari pembinaan calon pemimpin di masa depan. Calon pemimpin masa depan yang diharapkan mampu berlaku adil, memiliki kepekaan, percaya diri, dan mandiri. Setiap siswa diberikan kepercayaan  atau mandat dari para guru untuk mengerjakan soal-soal yang sudah dipelajarinya. Bagi mereka yang mengalami proses pembelajaran dengan baik, maka akan mengalami kemudahan dalam mengerjakan soal-soal itu. Sebab sebuah proses pembelajaran telah terjadi dalam dirinya.

Bila anda telah menjadi seorang pemimpin pemerintahan, tentu anda pun akan mengalami proses pembelajaran itu. Kepemimpinan pak SBY misalnya. Tak mungkin pak SBY langsung menjadi seorang presiden tanpa melalui proses pembelajaran. Beliau tentu belajar bagaimana caranya menjadi seorang presiden dengan strategi politik yang matang dan terencana.  Belajar memahami  keinginan rakyat  dan mengkampanyekan apa yang dilihatnya menjadi "isue" politik yang menarik dalam pemilu. Dari pemilihan isu itulah beliau tampil dan terpilih menjadi seorang presiden. Tentu dengan politik pencitraan yang berbiaya mahal.

Mas Inu mengatakan dalam lauching bukunya, pak beye dan politiknya. Politik itu mahal, dan wajar saja kalau harga buku pak beye dan politiknya lebih mahal dari buku pak beye dan istananya. Dari situ dapat tertangkap pesan bahwa politik itu memang mahal. Anda akan melihat kemahalan politik itu setelah membaca buku mas inu. Oleh karenanya, pakar komunikasi politik, effendi Gozali mengatakan, kalau anda membaca buku karya mas inu, maka anda yang membenci kepemimpinan pak beye  akan semakin benci, tetapi bagi anda yang menyukai gaya kepemimpinan pak beye, maka anda akan semakin suka dengan pak beye. Begitulah pernyataan mas effendi yang saya ingat dalam peluncuran buku mas inu di toko buku gramedia matraman beberapa waktu lalu.

Tak ada ongkos politik berbiaya murah. Termasuk bila anda ingin menjadi pemimpin di negeri ajaib ini. Semua ada harga yang harus ditanggung bila ingin menjadi sang pemimpin. Mulai dari menjadi calon pemimpin di desa sampai ke kota, bahkan sebuah Negara membutuhkan biaya politik yang cukup besar.

Tidaklah aneh bila kita dapatkan berita, seorang calon pemimpin kepala daerah langsung mengalami stroke ketika dinyatakan kalah. Kalaupun kuat tak mengalami stroke, istrinya yang mengalami stroke karena begitu banyak hutang yang harus dibayarkan. Bila terpilih, maka akan mulailah hitungan matematika dipraktikkan, sehingga sulit dicari pemimpin yang bersih dan amanah. Calon-calon koruptor barupun bermunculan dari raja-raja kecil di daerah.

UTS dan kepemimpinan SBY  tentu tak ada hubungannya langsung dalam tulisan ini. Aku hanya  mencoba mengkaitkannya dari sisi pembelajaran saja.

Kalau seorang siswa belajar dengan baik dalam mempersiapkan UTS, maka dia akan menjadi calon pemimpin masa depan yang unggul. Calon pemimpin yang sudah terbiasa berbuat jujur, mandiri, penuh percaya diri, dan tidak mencontek kepada teman pada saat ulangan. Tak terjadi kecurangan, karena kejujuran dan kepedulian senantiasa dijunjung tinggi. Mampu mengerjakan soal-soal dari 10 mata pelajaran yang diujikan dengan penuh ketenangan dalam waktu yang telah ditentukan.

Berbeda halnya untuk menjadi seorang pemimpin sebuah Negara. Untuk menjadi seorang pemimpin sebuah Negara (presiden, perdana menteri, raja, dan ratu) yang dipersiapkan bukan hanya kejujuran dan kepedulian saja, tetapi mampu menyiapkan "gizi" (baca dana) yang tinggi agar terpilih menjadi pemenangnya.

Seorang pemimpin negara bukan hanya pintar dan cerdas, tetapi juga mampu dalam hal status sosial ekonomi. Seorang pemimpin tak hanya kaya ilmu dan pengalaman, tetapi juga kaya harta. Sayangnya tak ada kurikulum pendidikan di negeri ini yang menuliskan agar peserta didik diarahklan untuk menjadi kaya ilmu dan pengalaman sekaligus karya harta, karena pendidikan kewirausahaan memang kurang diajarkan di sekolah-sekolah kita.

Saya pandangi  foto pak sby yang tersenyum manis kepadaku di dinding kelas. Di bawah fotonya tertuliskan dengan lengkap namanya. Dr. H. Susilo bambang Yudhoyono. Tanpa tahi lalat di pipinya lagi. Saya tak tahu kenapa foto pak sby -budiono, berbeda dengan foto pak sby-jk. Mungkin ini pekerjaan fotografer istana saja. Namun hal terpenting dari memandang wajah beliau yang ganteng melalui fotonya, membuat saya memiliki hasrat/keinginan yang luar biasa dalam diri ini untuk berjumpa dan saling menyapa secara langsung dengan presidenku. Mungkinkah ini dapat terjadi?

UTS hari ini, dengan pelajaran IPA dan PLKJ, telah menginspirasi saya menulis tentang  kepemimpinan SBY. Kepemimpinan seorang kepala Negara yang dirindukan oleh segenap rakyatnya.  Kepemimpinan yang seperti pohon pendidikan, berakar moral dan agama, berbatang ilmu, beranting amal, berdaun tali silahturahim , berbuah kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah pesan yang sering kali disampaikan oleh pak Arif kepada para guru di sekolahku. Bila Indonesia mendapatkan seorang pemimpin yang seperti  itu, alangkah bahagianya rakyat Indonesia.

Kepemimpinan pak SBY semoga juga seperti itu. Mampu menjadi pemimpin yang berkarakter. Seperti halnya nilai-nilai dasar karakter yang diajarkan kepada anak-anak di sekolah.  Setidaknya kepemimpinan pak sby telah menemani diriku dalam ikut mengawasi anak-anak dalam mengerjakan soal-soal UTS., meskipun hanya lewat foto saja. Setidaknya senyum pak SBY pada foto itu telah membuatku menemukan sebuah jawaban kenapa lambang burung garuda pancasila menengok ke sebelah kanan, dan tidak menengok ke sebelah kiri.  (hehehehehehe).

Ya Sudahlah!. Jangan terlalu banyak tertawa. Lagu mas Bondan Prakoso dari suara handphoneku membangunkan saya agar segera menyelesaikan tulisan ini. Akhirnya UTS dan kepemimpinan pak SBY telah menyadarkan saya sebagai seorang pendidik untuk mempersiapkan calon pemimpin masa depan yang bertakwa, berintegritas tinggi, mempunyai daya juang yang kuat, mempunyai kepribadian yang utuh, berbudi pekerti yang luhur, mandiri serta berprestasi. Semoga akan lahir seorang presiden dari para peserta didiku kelak. Amin

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun