[caption id="attachment_112192" align="alignleft" width="500" caption="Sumber: http://bloggerbekasi.com (foto Kang Harun)"][/caption]
Saya agak sedikit terusik ketika ada orang yang sudah jelas-jelas berbohong, tetapi tak mengakuinya. Mungkin hati orang ini sedang sakit. Sangat sakit, sehingga perlu ada terapi hati agar hatinya bisa disembuhkan dan dibersihkan. Mengikuti pengajian bengkel hati setiap minggu pagi di TPI bersama Ustadz Danu. Seorang Ustadz yang humanis dan banyak tersenyum.
Kalau hatinya telah sering mendapatkan siraman rohani dan Kalam Ilahi, pastilah hatinya akan terasa dibersihkan oleh pemilik hati. Bagaikan kaca cermin yang telah bening kembali. Putih bersinar dan bercahaya. Membuat orang yang melihatnya terpesona akan kesucian hatinya.
Terapi hati tidaklah mudah. Dia akan tersembuhkan ketika dia menyadari bahwa dirinya hanyalah makhluk yang lemah. Sangat lemah. Menyadari akan kekurangan diri dan tidak terus menerus menyalahkan orang lain dalam tulisannya. Berlaku jujur kepada dirinya sendiri.
Kejujuran adalah modal dasar seorang blogger sejati. Ketika seorang blogger senantiasa jujur dalam menuliskan isi hatinya, maka akan terlihatlah cahaya kesucian dari tulisan-tulisan indah yang mengalir begitu deras dari relung hatinya yang terdalam. Berusaha jujur dengan apa yang terjadi. Tidak memaksakan diri menulis sesuatu yang tidak dilakukannya. Bercermin dengan dirinya sendiri dan berkata, "sudah jadi orang benarkah saya?" Mampu memberikan keteladanan buat orang-orang yang berada di sekelilingnya. Memberi inspirasi dalam setiap tulisannya dan bukan sekedar gosip yang tak berguna. Mempunyai tujuan dalam menulis dengan semangat berbagi dan bukan memaki.
Jujur adalah salah satu sifat kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh mereka yang berpihak kepada yang benar. Oleh karenanya mereka akan mendapatkan ujian dari kejujuran itu. Semakin jujur, semakin berat ujiannya. Seperti anak sekolahan yang harus mengikuti ujian akhir untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dengan sebuah harapan menjadi orang yang bertakwa.
Kejujuran saat ini menjadi barang yang sangat langka. Saking langkanya, banyak orang yang ingin ikut sekolah kejujuran. Sebuah sekolah yang berbeda dari sekolah pada umumnya, karena sekolah ini dibangun dari kemandirian dan kerendahatian seorang blogger. Seorang blogger sejati yang terus menerus menyuarakan kebenaran, walau terkadang diterpa angin fitnah dari prasangka buruk orang yang terkena penyakit hati. Tak menyadari bahwa dirinya saat ini harus disembuhkan karena telah dikuasai oleh kekuatan pikiran negatif yang mengatakan pada dirinya bahwa AKULAH makhluk yang paling BENAR. Meskipun dusta telah menjadi penghias bibirnya.
Bila seorang blogger telah berlaku tidak jujur, maka akan hancurlah kredibilitas orang itu. Meskipun dia menulis dengan kata-kata indah, namun cahaya kesucian tak akan mendekat kepadanya. Jangankan berwajah surga, orang mendekatpun seperti melihat setan keluar dari neraka. Takut dan takut!
Ingatlah pesan bapak Mario Teguh, "hadiah pertama dari berbuat kebaikan adalah kebaikan".
Sebagai seorang pendidik, saya selalu memegang teguh kejujuran itu. Sebab dia adalah bagian dari pendidikan karakter siswa. Apalah jadinya bila seorang siswa tak memiliki karakter yang baik. Bisa-bisa sebuah sekolah bagus akan hancur kredibilitasnya di mata masyarakat. Kalau sudah begitu, orang pun tak mau belajar atau berguru di sekolah itu.
Begitupun bagi seorang blogger sejati. Dia akan terus memegang modal dasarnya dalam menulis. Menulis apa yang disukai, dan dikuasai dengan penuh kejujuran. Menuliskan pengetahuan dan pengalaman dengan apa adanya. Menulis dengan kerendahan hati dan penuh kehati-hatian, walaupun itu dituliskan dengan bahasa yang tidak lazim. Bahkan terkadang dengan karya sastra yang luar biasa.
Saya menjadi teringat dengan komentar paman tyo yang menuliskan di bawah ini dalam blog seorang teman di sini,
Tapi… di tengah hiruk pikuk media sosial dan mantera bernama personal branding, sebagian orang lupa bahwa setiap langkah, setiap pilihan cara, mestilah cocok dengan personality masing-masing. Jika orang melakukannya bukan karena hati, maka akan kelihatan terpaksa — karena bisnis, karena tugas. Jika orang menjadikan “eksistensi” (*halah*) sebagai tujuan, bukan hasil, maka akan tampak berlaku lajak, sekadar pengin dikenal dan tenar, semacam eksibisionis
Tantangan bagi marketer sejati adalah mengenal karakter setiap pelaku (bintang) media sosial. Tanpa itu, mereka akan terjebak ke paradigma lama dalam memperlakukan old media
Semoga kita semua menyadari bahwa untuk menjadi seorang blogger sejati kita seperti belajar menjadi marketer sejati. Sangat diperlukan sebuah kejujuran yang dituliskan dengan hati. Oleh karenanya, bacalah tulisan ini dengan hati, sebab bila anda tidak hati-hati dalam membacanya, maka anda akan terkena penyakit hati. Salah satu penyakit hati itu adalah memberikan komentar tanpa membaca dengan empati.
Salam Blogger Persahabatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI