Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menilik Bu Tejo

2 September 2020   01:23 Diperbarui: 2 September 2020   01:21 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang seperti itu tidak harus merupakan administrator grup, tetapi ia mesti punya pengaruh paling kuat dalam grup. Pengaruh kuat dalam grup itu bisa didapat karena status sosialnya tinggi, misalnya punya pekerjaan atau jabatan yang bergengsi.

Sehingga tidak ada anggota lain dalam grup yang berani mendebat atau membantah kata-katanya. Kalaupun ada yang berani membantah, sang pembantah pun tidak bakal didukung oleh anggota grup lain karena kalah kredibilitas meskipun bantahan dia mengandung kebenaran.

Sosok dominan dalam pergaulan dunia virtual semacam itu juga bisa ditemukan di dunia pergaulan nyata. Orang seperti ini kerap memposisikan dirinya sebagai penyampai informasi (komunikator) sekaligus mengontrol bagaimana informasi yang disampaikan itu diapresiasi oleh para penerima informasi (komunikan) dalam kelompoknya. Sebagai komunikator, dia tidak ingin dibantah. Dia yakin bahwa informasi yang disampaikan benar dan harus dipercaya oleh orang lain.

Padahal belum tentu sosok dominan seperti itu bisa menyebarkan informasi yang selalu benar. Bisa saja informasinya tidak benar atau kurang benar. Tapi sudah menjadi suatu kelaziman bahwa orang yang punya status sosial tertentu selalu dipandang benar dan menjadi tempat bertanya bagi orang-orang dalam kelompoknya.

Bu Tejo dalam film Tilik ditampilkan sebagai sosok dengan status lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang lain dalam kelompoknya. Kedua tangan dan jarinya dipenuhi aneka perhiasan emas, dandanannya lumayan komplit dengan paduan serasi lipstick serta bedak didukung oleh kombinasi busananya yang lumayan modis. 

Coba saja penampilan Bu Tejo dibandingkan dengan Yu Ning dan Yu Sam! Sang pengemudi truk, Gotrek, pun tampil amat bersahaja. Dengan penampilan lumayan modis dan mewah dibandingkan orang-orang lain dalam kelompok itu serta didukung oleh keluwesan dalam berbicara dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, Bu Tejo punya modal kuat untuk menyebarkan informasi dan membentuk opini di kalangan kelompoknya.

Sebenarnya film Tilik merupakan kritik bagi kita semua yang sering begitu mudah mempercayai suatu informasi hanya karena status sosial penyampai informasi (komunikator). 

Pada bagian akhir film Tilik ditampilkan sosok Dian yang menjadi sasaran gosip pada dialog di sepanjang film itu. Bila kita sedikit cermat memperhartikan bagaimana sosok Dian ditampilkan, dia ternyata tampil sederhana dan tak semewah sebagaimana digosipkan oleh Bu Tejo. Penampilan Dian tak sedikit pun mencerminkan bahwa dia sosok penggoda.

Alih-alih, dia justru berhati-hati agar hubungan dengan kekasih yang dicintainya tidak mengganggu perasaan orang lain, yakni Fikri yang merupakan anak kekasihnya tersebut. Jadi apakah informasi yang disampaikan oleh Bu Tejo tentang sosok Dian benar 100 persen?

Pesan moral yang dapat diambil dari film Tilik sebenarnya adalah bahwa sebaiknya kita tidak begitu mudah mempercayai informasi yang disampaikan oleh seseorang hanya karena penampilannya atau karena status sosialnya. 

Seyogyanya kita bisa menimbang bobot informasi dari seseorang yang tampil sederhana seperti Yu Ning karena di balik kesederhanaan lazimnya terdapat kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun