Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Jenderal Soedirman : Sebuah Tafsir Atas Perjuangan Pak Dirman

31 Agustus 2015   14:47 Diperbarui: 31 Agustus 2015   14:58 3510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akting Adipati Dolken sebagai Pak Dirman juga berhasil menghidupkan jenderal termuda dalam sejarah RI ini sebagai seorang prajurit yang teguh, tabah dan berkemauan keras walapun sedang dalam kondisi sakit parah. Selama bergerilya, hanya satu paru-paru Pak Dirman yang berfungsi. Jadi dapat dimaklumi jika dalam film ini Pak Diman tidak tampak ceria meskipun sebenarnya beliau dikenal luwes dalam bergaul dan suka bercanda.

Sejarah juga mencatat bahwa selama bergerilya, Pak Dirman didampingi oleh ajudan yang merangkap sebagai pengawalnya yakni Kapten Tjokropranolo (kelak pensiun sebagai Letjen TNI dan sempat menjabat sebagai Gubernur DKI). Ibnu Jamil berhasil menghidupkan sosok Kapten Nolly yang rela mengorbankan dirinya demi melindungi Pak Dirman. Dalam film terdapat adegan ketika Nolly terpaksa harus menggendong Pak Dirman ketika tempat persembunyiannya dibombardir Belanda. Meskipun wajah Kapten Nolly sebenarnya tidak mirip dengan Ibnu Jamil, kekerasan, semangat dan keteguhan hati Nolly yang pada jaman Jepang juga sempat dilatih sebagai PETA Yugeki Tai (PETA spesialisasi gerilya), berhasil dihidupkan oleh aktor yang pernah berperan sebagai Agus Salim dalam film Tjokroaminoto itu.

Satu fakta sejarah yang baru saya temukan lewat film ini adalah bahwa anggota pasukan Pak Dirman kerap memanggil beliau dengan sebutan Pak Dhe (sebutan untuk paman dalam Bahasa Jawa). Pak Dirman memang tercatat dalam sejarah sebagai seorang komandan yang kebapakan dan menganggap anak buahnya sebagai anak-anaknya sendiri. Namun sebutan Pak Dhe seperti yang diucapkan oleh Kapten Soepardjo Roestam yang juga ajudan Pak Dirman baru saya ketahui dari film ini.

Pilihan untuk mengisahkan kehidupan Pak Dirman dalam kurun waktu sejak Agresi Militer II hingga kembalinya Pak Dirman ke Yogyakarta pada Juli 1949 merupakan pilihan cerdas untuk mengemas cerita dalam film menjadi sebuah kisah yang menarik. Namun dibandingkan dengan film-film sejenis seperti Soekarno dan Tjokroaminoto, latar belakang Pak Dirman tidak terwakili dalam adegan film. Bagaimana Pak Dirman bisa menjadi seorang tokoh penuh kharisma di kalangan prajurit? Bagaimana Pak Dirman bisa menjadi seorang pribadi yang memiliki tekad kuat, teguh dan tabah? Mungkin tak banyak yang tahu bahwa Pak Dirman sebelum menjadi seorang tentara adalah seorang guru Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Muhammadiyah Cilacap yang menjadi idola para siswanya. Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa peletak dasar kultur TNI ini sebenarnya sempat merasa tidak yakin akan bisa menjadi tentara yang baik ketika akan mengikuti pendidikan sebagai seorang calon Daidancho (komandan batalyon) PETA.

Pilihan sang sutradara untuk memasukkan Tan Malaka dalam film juga terkesan mengambang dan berpotensi untuk menciptakan pemahaman yang kurang tepat terhadap tokoh sejarah ini. Kiprah dan akhir hidup sang tokoh yang kontroversial dan masih mengandung misteri sejarah hingga kini mestinya disikapi sang sutradara dengan hati-hati. Andaikan tokoh fiktif  Karsani (diperankan Gogot Suryanto) tidak ada dan sutradara lebih memilih untuk fokus pada tokoh-tokoh yang benar-benar ada, termasuk Tan Malaka, mungkin film ini akan lebih otentik sebagai suatu film sejarah atau biopic.

Tokoh-tokoh yang benar-benar ada seperti Kopral Aceng, mestinya bisa diposisikan untuk memberikan kesegaran dalam film. Tapi mengapa pilihan jatuh pada Karsani? Atau akan lebih baik lagi jika sosok Letnan Muda Laut Heru Kesser yang sempat diperintahkan Pak Dirman untuk menjadi Soedirman palsu mendapat porsi lebih untuk tampil dalam jalinan cerita di film ini. Adakah sutradara atau produser lain yang akan membuat film Jenderal Soedirman dalam versi yang berbeda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun