Sistem patriarki ini memusatkan pada perbedaan kekuasaan, peran, kepemilikan dan pengambilan keputusan antara lelaki dan perempuan. Meski sistem ini memiliki perbedaan di masing-masing budaya, namun pada masyarakat modern, sistem ini juga termuat dalam undang-undang dasar hukum negara sehingga nyaris semua negara di dunia adalah patriarkal.
Sederhananya: dunia dan segala isinya ada dalam kekuasaan lelaki, dan segala sesuatu yang telah terjadi dan akan terjadi juga ditentukan oleh keputusan lelaki. Silakan cek sendiri, sebagian besar pemimpin dunia dari level negara hingga RT hampir semuanya lelaki, sehingga dunia dilihat, direncanakan dan dikendalikan berdasar sudut pandang lelaki.
PATRIARKI DARI MASA KE MASA
Karena patriarki bukan kodrat bawaan lahir (biologis), melainkan sistem sosial yang dibangun seiring perkembangan peradaban masyarakat manusia. Maka kita perlu juga melongok bukti sejarah mengenai sejak kapan patriarki tumbuh, berkembang, menguat, menjadi hukum dan kebiasaan seperti sekarang.
Pembahasan ini mengacu kepada empat masa, yaitu: prasejarah, sejarah klasik, pasca klasik dan peradaban modern.
Masa prasejarah: bukti-bukti psikologis-antropologis, arkeologis dan evolusioner menunjukkan bahwa masyarakat zaman prasejarah cenderung egaliter. Patriarki baru berkembang di penghujung era Pleistosen, mengikuti perkembangan pertanian dan domestikasi. Beberapa pakar menyebutkan bahwa, patriarki baru muncul 4000 tahun Sebelum Masehi ketika konsep ayah berakar dalam keluarga dan masyarakat.
Namun, disebutkan juga bahwa patriarki muncul 3100 tahun SM di Timur Dekat Kuno yang ditandai oleh dominasi lelaki atas perempuan, termasuk didalamnya dominasi atas pembatasan reproduksi. Sejumlah Arkeolog menyatakan bahwa pelembagaan patriarki dimulai adanya kolonisasi di stepa Ukraina pada awal Eropa Lama di Aegean, Balkan dan Italia yang kemudian berkembang menuju pelembagaan patriarki di masyarakat Barat.
Pelembagaan patriarki juga disebabkan oleh munculnya politik hirarki dalam sistem sosial, kekerasan yang dilembagakan dan ego individual.
Masa sejarah klasik: di Yunani kuno ada pandangan yang membedakan lelaki dengan perempuan. Seorang filsuf, Aristoteles saja berpikir dalam kerangka patriarki. Menurutnya, seorang lelaki bijaksana itu yang mampu memimpin kaumnya dan mengurus kotanya, sementara perempuan bijak itu yang mampu mengurus rumah, menjaga keluarga dan mentaati suaminya.
Begini tulisnya: "First of all, if you take the virtue of a man, it is easily stated that a man's virtue is this---that he be competent to manage the affairs of his city, and to manage them so as to benefit his friends and harm his enemies, and to take care to avoid suffering harm himself. Or take a woman's virtue: there is no difficulty in describing it as the duty of ordering the house well, looking after the property indoors, and obeying her husband." (Meno, Plato in Twelve Volumes)
Karya-karya Aristoteles menggambarkan perempuan secara moral, intelektual, dan fisik lebih rendah daripada laki-laki; melihat wanita sebagai milik pria; mengklaim bahwa peran perempuan dalam masyarakat adalah untuk mereproduksi dan melayani laki-laki dalam rumah tangga; dan melihat dominasi pria atas wanita sebagai hal yang alami dan bajik.
Sehingga, pada akhirnya kita memahami bahwa sejak lama memang lelaki diberikan peran mengurus masyarakat yang kompleks, sementara perempuan diberikan peran mengurus keluarga saja. Gerda Lerner, penulis The Creation of Patriarchy, menyatakan bahwa Aristoteles percaya bahwa wanita memiliki darah yang lebih dingin daripada pria, yang membuat wanita tidak berevolusi menjadi pria, jenis kelamin yang diyakini Aristoteles sempurna dan superior.