Disana hanya ada keterangan bahwa Dedy lulus sebagai Sarjana Ekonomi dari Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis pada 2006; lalu lulus sebagai Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM tahun 2009; dan lulus sebagai Doktor dari Universitas Persada Indonesia Yai pada tahun 2017. Anehnya, saat menjalanan kuliah S3 Psikologi di Universitas Persada Indonesia Yai, Dedy juga kuliah S1 Psikologi di kampus yang sama dan lulus pada 2017.Â
Ya ampun, Dedy mengerjakan Skripsi dan Disertasi secara bersamaan? Trus di mana kita bisa menemukan jurnal internasional Dedy sebagai syarat kelulusan mahasiswa program Doktoral?Â
Selanjutnya pada Mei 2017 misalnya, Dedy diundang untuk mengisi Kuliah Tamu bertema Psikologi Spiritual (spiritual wellness) oleh Universitas Ciputra. Kesibukan Dedy yang lain adalah membuat konten untuk channel Youtube Kuliah Psikologi miliknya. Aku pernah mencoba menonton beberapa videonya, dan malah pusing karena njlimet cara menjelaskannya.Â
Dan yeah, Dedy pernah viral gara-gara mengomentari pernikanan Syahrini dan Reino Barrack pada 2019 silam, kemudian berseteru dengan Young Lex soal lagunya yang dianggap bisa berpengaruh buruk pada psikologis anak-anak dan remaja yang mendengarnya.Â
MELAWAN DEDY SUSANTO BERSAMA REVINA VT
"The truth start with suspicion." Mungkin inilah kata yang paling tepat menggambarkan awal mula selebgram Revina VT berhasil membongkar kekerasan seksual yang dilakukan Dedy pada sejumlah klien perempuan yang mengikuti private therapy. Jadi, Dedy Susanto DM Revina untuk mengajak kolaborasi.Â
Tapi, Revina yang Sarjana Hukum ini mencium sesuatu yang mencurigakan di feed Instagram Dedy, di mana Dedy menyatakan bahwa bipolar dan LGBT bisa disembuhkan dengan mengikuti terapi yang dilakukannya.
Padahal setahu Revina, Bipolar itu mental illness yang belum bisa disembuhkan melainkan hanya dikontrol. Sementara LGBT sendiri oleh WHO sudah dinyatakan bukan sebagai penyakit, melainkan orientasi seksual.Â
Nah, penyakit mental dan penyakit fisik jelas beda cara menanganinya. Terlebih soal LGBT yang merupakan orientasi seksual. Jika pakar kesehatan dunia saja terbukti tidak mampu menyembuhkannya, masa iya Dedy bisa menyembuhkannya hanya dengan terapi yang dilakukan berjamaah pula macam muhasabah di SMA.Â
Revina mencoba mengonfirmasi hal ini dengan menanyakan latar belakang pendidikan dan sertifikasi atas profesi Dedy. Bagaimana pun juga seseorang yang melakukan praktek hipnoterapi dan psikoterapi nggak bisa sembarangan, melainkan harus memiliki izin praktek resmi dari lembaga yang resmi juga.Â