Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekspor Budaya ala Korea Selatan dalam Menggenggam Pasar Dunia

18 Desember 2019   06:46 Diperbarui: 23 Desember 2019   09:03 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana berpose bersama Boyband Super Junior | starsdaily.net

"Go-saeng kkeut-e nag-i on-da. At the end of hardship comes happiness." -Peribahasa Korea-

Sejak kecil, setiap Muslim pasti diajarkan bahwa Islam adalah jalan yang benar menuju Tuhan dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena posisi Islam sebagai penyempurna agama-agama yang telah diturunkan sebelumnya, maka seringkali ada anggapan bahwa mempelajari, menikmati, menonton, menggunakan, atau menggemari produk kebudayaan yang tidak selaras dengan Islam adalah haram.

Bahkan pernah seorang ustaz terkenal menyatakan bahwa menonton film atau drama Korea (drakor) itu haram, karena menurutnya orang Korea itu tidak bersunat dan kerjanya berzina, sehingga dengan menggemari budaya mereka bisa membuat umat Islam jauh dari agama.

Hm, apakah sang ustaz yang telah 'berani' menyatakan hal tersebut setelah meneliti puluhan drakor atau bagaimana ya? Pernyataannya ngeri sekali.

Aku mulai menggemari drakor pada tahun 2003 sejak booming serial "Jewel in the Palace" yang dengan apik diperankan oleh aktris Lee Young-ae yang menghempaskan Asia ke dalam kecantikannya.

Lee Young-ae ternyata selain aktris bertalenta, juga merupakan seorang yang berprestasi secara akademis. Sebelum terkenal melalui drama "Dae Jang Geum" ia bahkan merupakan seorang NGO Goodwill Ambassador dan melakukan kunjungan ke Ethiopia pada 1996 untuk urusan kemanusiaan. Pada 1997 ia ke gurun Tsar di India untuk melakukan liputan tentang kehidupan orang-orang dari kasta paling rendah India. 

Pada 2001 ia memublikasikan buku pertamanya dan hasil penjualannya didonasikan untuk kegiatan sosial. Kemudian pada 2004 ia kembali dinobatkan menjadi Goodwill Ambassador oleh UNICEF dan sederet kegiatan sosial lainnya yang mengagumkan, termasuk kehebohan saat ia kedapatan menolong seorang perempuan hamil yang hendak melahirkan. Tak heran jika Lee Young-ae menjadi semacam idola kaum perempuan dan mimpi kaum lelaki.

Jika pada 2003 dan beberapa tahun setelahnya aku menonton drakor dengan nongkrong di depan televisi, maka sejak 2011 aku mulai menontonnya secara online di sejumlah website yang memang dibuat khusus sebagai gudang drama, film, hingga reality show asal Korea Selatan.

Negara itu memang sangat giat memproduksi drama, film, dan reality show, maka yang diperlukan penonton sepertiku adalah memilih dengan bijak drakor atau film mana yang harus kutonton, karena ini menyangkut waktu dan kuota internet.

Aku biasanya hanya menonton drakor dengan tempo 14-20 episode saja, karena drakor dengan episode di atas 30 biasanya ceritanya picisan dan tentu saja sangat melelahkan menonton cerita yang berbelit-belit dan tidak kunjung selesai. 

Sementara untuk film, biasanya aku memilih genre historical yang menyajikan cerita dari zaman Goryeo hingga menjelang kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, atau cerita tentang perpecahan Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan yang mengenaskan.

Drakor atau film Korea Selatan dengan genre historical biasanya memberikan banyak sekali informasi dan pengetahuan sejarah karena cerita diangkat dari kisah nyata.

STRATEGI EKSPOR KEKAYAAN BUDAYA ALA KOREA SELATAN
Drama Korea pertama kali muncul di televisi pada 1962 dengan judul "Backstreet of Seoul" sebagai metode edukasi yang dilakukan pemerintah diktator pada warganya. 

Kemudian tahun 1964 muncul drama berjudul "Real Theater" yang tayang selama 20 tahun sebagai propaganda anti-komunis. Telebih Korea Selatan pernah memiliki UU Film yang kolot dan menyusahkan industri film begerak dinamis.

Tahun 1980-an hingga sekarang, setelah amandemen UU Film pada 1984, tema dalam drama mulai bervariasi mengikuti longgarnya aturan pemerintah mengenai jam tayang, dan tentu saja karena Korea Selatan mulai memikirkan untuk memperkenalkan budayanya kepada dunia internasional.

Perjuangan industri film Korea Selatan tentu tak mulus, terutama sulitnya perizinan hingga krisis moneter yang menghempas Asia pada 1997-1998 silam.

Keinginan kuat untuk bangkit dari titik nadir akibat krisis ekonomi pada 1997 itulah perkembangan industri film Korea Selatan mulai mengalami perkembangan serius, terutama setelah pemerintah memberi perhatian luar biasa dengan memberikan pendampingan pemasaran hingga membiayai sekolah film dibandingkan berinvestasi langsung pada proyek film.

Selain itu produk industri film Korea Selatan juga digarap serius yang mengikat emosi penonton dengan intens, dan tidak hanya berfokus pada para pemain. 

Perkembangan K-Drama sejak tahun 2000-an semakin menjadi-jadi dan meracuni dunia ketika internet mempermudah berdirinya platform di mana drakor bisa ditonton secara online dari seluruh dunia dengan penerjemahan bahasa yang cepat. Cerita dalam drakor pun semakin kaya dan digilai dunia.

Terlebih aktor dan aktris papan atas Korea Selatan semacam pemandangan baru bagi dunia yang selama ini dicekoki telenovela asal Amerika Latin, film-film romantis gaya Bollywood, film-film laga dari China dan tentu saja film-film penuh heroisme ala Hollywood.

Setidaknya, K-Drama melalui K-Wave menjadi trendsetter baru dunia hiburan setelah sebelumnya didominasi India dan China.

Drakor nggak sekadar cerita picisan macam telenovela atau sinetron. Para aktris dan aktor yang menjadi pemeran utama sekaligus merupakan pengiklan bagi produk-produk industri khas Korea Selatan seperti makanan, skincare, kosmetik, minuman, makanan, ponsel, sepatu, tas, pakaian, kacamata, dan lain-lain.

Drakor nggak hanya menjadi hiburan harian warga Asia, melainkan Amerika, Eropa sampai Timur Tengah. Berikut sejumlah alasan mengapa drakor begitu populer:

  • Eye Candy! Artinya, para pemain terutama pemeran utama yang dipasang sangat attractive dan dengan tepat memuaskan pandangan mata penonton.

  • Cultural Appeal: yaitu setiap kali menonton drakor, pemirsa disuguhkan sajian budaya dalam keseharian masyarakat Korea selatan sehingga cerita drakor menjadi memikat, bagi warga dunia untuk mempelajari budaya bahkan berkunjung ke Korea selatan. Misalnya tentang budaya orang Korea Selatan yang melepas alas kaki dari luar dan menggantinya dengan alas kaki khusus di rumah tanpa disuruh.

  • Squeaky clean: maknanya bahwa drakor lebih bersih dari kekerasan, kata-kata kasar, bahkan adegan berciuman layaknya dalam opera sabun Amerika. Bahkan penonton sangat menyukai drakor yang sama sekali bersih dari scene yang menunjukkan darah atau genangan darah akibat perkelahian.

  • Precious moment: scene dalam drakor memberi titik tekan pada momen-momen tertentu yang sangat berharga, seperti tingkah yang lucu dan imut, perasaan romantis dan hal-hal lucu lainnya yang membuat cerita menjadi ringan dan menghibur.

  • Vocabulary stretch: percakapan-percakapan dalam drakor memberi kesan tersendiri bagi para penggemarnya, termasuk penekanan pada kata-kata tertentu yang mudah diingat dan diucapkan oleh penonton selain orang Korea Selatan. Misalnya orang akan ingat kata "Oppa" untuk memanggil pacar, atau "Eunni" untuk memanggil kakak perempuan, "atau "Noona" untuk lelaki yang lebih muda memanggil perempuan yang lebih tua.

  • Cool clothes: para penggemar drakor tentu tak asing dengan fashion dalam drakor yang selalu up to date, terutama untuk penampilan orang-orang kaya yang seakan-alan mereka baru saja turun dari runaway dalam sebuah fashion show. Maka tak heran jika drakor juga berpengaruh pada tingginya minat dunia pada fashion asal Korea Selatan.

  • Mouthwatering food: drakor nggak pernah absen dari kegiatan makan-makan meski hanya sekedar ramen panas, camilan dengan soju, atau snack dengan minuman berkarbonasi. Terlebih lagi kalau di drakor yang memang bertema makanan. Mampus sudah kita dibuat lapar sepanjang menonton drakor.

  • Rocking music: musik atau lagu yang menjadi soundtrack drakor biasanya sangat keren, memikat dan membuat penonton terikat secara emosional.

  • Smorgasbord of choice: cerita-cerita drakor itu dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan penggemarnya. Ada banyak pilihan genre mulai dari romantis, historis, horror, action, comedy, dan lain sebagainya sehingga konsumen bebas menentukan pilihan menonton drakor yang mereka inginkan kapan saja dari mana saja di seluruh dunia yang penting ada jaringan internet.

  • Accessibility: nonton drakor nggak repot harus nungguin di depan televisi kayak 10 tahun silam, karena kini banyak penyedia layanan online dengan kualitas suara dan gambar yang bagus, dan dilengkapi dengan translate banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia.

    Menonton drakor adalah tentang melihat budaya dan keseharian bangsa Korea Selatan, mendengarkan bahasa Korea Selatan dan memastikan otak ini berjalan membaca terjemahan dalam bahasa Inggris.

    Btw, aku lebih suka nonton drakor dengan terjemahan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, nggak heran dong kalau drakor lebih laris dari tontonan manapun di dunia ini, karena sambil tiduran di ranjang bisa nonton drakor dari ponsel.


  • The format: drakor dengan format 16-20 episode bisa mengikat penonton secara emosional dibandingkan film yang sebentar saja. Investasi emosional yang telah ditanam oleh penonton akan membuatnya ingin tahu kelanjutan cerita dan ketika cerita selesai penonton merasa puas.

  • Addictive properties: plot dan segala sesuatu dalam drakor mengikat penonton secara emosional, dan ending yang manis membuat drakor lebih disukai daripada banyak opera sabun asal Amerika yang cenderung sensual.

  • Internationally accepted and loved! bahwa produk K-Wave Korea Selatan diterima warga dunia sebagaimana produk Hollywood dari Amerika Serikat, Bollywood dari India, hingga film China dan Amerika Latin.

    Betapapun bangganya aku misalnya pada Indonesia, kita nggak bisa menyangkal fakta bahwa produk industri hiburan Indonesia tidak diterima masyarakat Internasional semeriah dan semegah ini.

Hal yang misterius dari semua teknik yang digunakan agar drakor menarik adalah: bagaimana para tim dari berbagai Production House melakukan riset, sehingga dalam waktu singkat drakor bisa lebih unggul dari opera sabun produk negara-negara yang sebelumnya berjaya?

Kencangnya produksi drakor kabarnya termasuk mengancam industri opera sabun Amerika lho, karena kini drakor lebih digemari.

Pencapaian Korea Selatan melalui Korean Wave bukanlah sim salabim, melainkan telah melalui kerja keras banyak pihak. Bahkan, sejak tahun 1999 Kementerian Luar Negeri Korea Selatan telah gencar mempromosikan budaya negaranya.

Data dari the Korean Foundation for International Culture Exchange menyatakan bahwa ekspor budaya Korea Selatan ke seluruh dunia telah memberikan keuntungan mencapai US$ 8.2 billion pada 2017. 

Meski dampak drakor nggak seheboh K-Pop, tapi setiap drama yang sedang booming membawa serta kepada dunia ekspor budaya yaitu makanan. Sehingga ketika drama berjudul "Let's Eat" membuat warga dunia tergila-gila, restoran Korea Selatan di seluruh dunia dipadati penduduk lokal yang hendak merasakan sensasi kuliner Korea Selatan yang mereka saksikan dalam drakor fenomenal tersebut.

Bahkan nih, drakor bisa membuat para perempuan di seantero Asia tergila-gila pada skincare dan kosmetik asal Korea Selatan hanya gara-gara muncul dalam sejumlah scene drakor.

Kabarnya, Korean Wave termasuk K-Drama didalamnya yang semakin moncer membuat hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di dunia semakin mesra. Bagaimanapun juga hal ini sangat masuk akal karena ekspor budaya yang dilakukan Korea Selatan bisa memberi keuntungan manis pada perekonomian bangsanya.

Hal ini bukan saja berdampak positif bagi iklim kerja di Korea Selatan, juga bagi upaya memasyarakatkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Korea ke seluruh dunia dengan mudah dan menyenangkan. 

Dukungan penuh pemerintah Korea Selatan pada industri hiburan ini membuktikan bahwa jika seluruh elemen bangsa bekerja sama, maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang maju karena selalu fokus pada mimpi, tujuan dan goal bersama.

Apakah kiranya Indonesia bisa meniru metode yang digunakan Korea Selatan dalam membangkitkan industri hiburan tanah air agar kita juga bisa ekspor budaya Indonesia ke seluruh dunia?

Mungkin kita menganggap bahwa konser sejumlah grup band ternama K-Pop di Indonesia hanya sekadar hiburan. Namun, pada kenyataannya hal tersebut berkaitan dengan hubungan dagang antar dua negara.

Tentu kita ingat seloroh bahwa tak ada makan siang gratis, yang bermakna tak ada izin gratis bagi sebuah band asal luar negeri tanpa mendatangkan perjanjian kerjasama yang menguntungkan bagi kedua negara. Pada Indonesia-Korea Business Summit pada 2017 silam, bahkan Lee Teuk sebagai pimpinan boyband Super Junior secara langsung mengenalkan budaya Korea Selatan di hadapan Presiden Jokowi. 

Maka, ketika perang dagang antara China dan Amerika Serikat memanas, Korea Selatan mengambil kesempatan untuk terlibat dalam sejumlah proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Beralihnya pandangan Korea Selatan ke Indonesia dalam bisnisnya dianggap sebagai upaya mengurangi ketergantungan negara itu kepada Amerika Serikat, Russia, Jepang dan China. Dalam hal ini, Korea Selatan melihat Indonesia sebagai peluang emas menjanjikan dalam meraup keuntungan dari investasi infrastruktur. Inilah hasil soft diplomacy Korean Wave yang mengagumkan.

Pada 2019 ini, hubungan diplomatik Korea Selatan dan Indonesia telah mencapai usia ke 49 tahun. Pada 2017 Presiden Moon Jae-in melakukan kunjungan ke Indonesia dalam rangka upgrade hubungan kedua negara dari "strategic partnership" menjadi "Special Strategic Partnership" di empat area pokok, yaitu: pertahanan dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan infrastruktur, people-to-people exchanges, dan kerjasama regional dan global.

Berkat upgrade kerjasama ini, nilai perdagangan Indonesia pada 2018 naik hingga 9.3% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 18,57 Miliar. Sementara di bidang kerjasama budaya seperti pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Korea Selatan meningkat hingga 7,9% dari tahun sebelumnya yaitu 230.837 orang pada 2017 menjadi 249,067 orang pada 2018.

DRAMA DAN FILM KOREA YANG SEBAIKNYA KAMU NIKMATI
Oh ya, karena jumlahnya sangat melimpah, jelas aku nggak punya waktu untuk menonton seluruh film atau drama Korea. Lagipula bisa rusak mataku. Namun demikian, ada sejumlah film dan drama yang bisa aku rekomendasikan untuk dinikmati.

Konsep menikmati drakor di sini bukan semata untuk hiburan ya, melainkan banyak sekali sumbangsihnya pada literasi kita tentang masalah sosial yang sedang terjadi di Korea Selatan dan mulai dikampanyekan oleh para penulis skrip, produser dan sutradara. 

"The King's Letter" adalah sebuah film genre historical yang bercerita tentang King Sejong, yaitu Raja ke-4 dinasti Josen yang memiliki proyek membuat Hangeul atau alphabet Korea, yang sederhana dari alphabet yang ada sehingga seluruh rakyatnya bisa membaca.

Proyek King Sejong ditentang para pejabat kerajaan, elit sastrawan dan para terpelajar Josen karena dianggap akan menentang China dan tatanan dunia China.

King Sejong kekeh dengan proyeknya karena bahasa Korea dengan sistem penulisan China sangat menyusahkan rakyat untuk belajar membaca. Maka, dengan bantuan seorang pendeta Buddha membuat fonogram baru yang diambil dari bahasa Korea yang digunakan sehari-hari.

Jadi, Hangeul yang digunakan masyarakat Korea Selatan sekarang itu berawal dari proyeknya King Sejong yang mulia, yang berita-cita agar bahasa negerinya mempermudah rakyatnya belajar membaca. 


"Fermentation Family" merupakan drama di era modern yang bercerita tentang sebuah keluarga pemilik restoran khas makanan tradisional Korea Selatan, yang juga jago dalam membuat berbagai makanan fermentasi atau kimchi. Drakor ini dengan apik menggambarkan bagaimana setiap jenis kimchi dibuat serta filosofi dibalik setiap jenis kimchi.

Misalnya bagaimana setiap ibu mewariskan resep kimchi khas keluarga kepada anak-anak perempuan mereka sejak kecil, karena di Korea Selatan kimchi dikenal sebagai makanan yang paling khas tersebab setiap keluarga memiliki cara khusus dalam membuat kimchi.

Sehingga drakor ini semakin menguatkan keunggulan Korea Selatan sebagai negara yang menjadikan sayuran fermentasi, yang dinobatkan sebagai salah satu makanan paling sehat di dunia. 


"Woman of 9.9 Billion" adalah drama teranyar Korea Selatan yang menceritakan seorang perempuan muda yang merasa resah dengan hidupnya dan bingung bagaimana caranya terlepas dari pernikahan abusive.

Meski selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya sejak anak pertama mereka meninggal, ia tak melawan dengan terang-terangan, melainkan berselingkuh dengan suami dari teman kuliahnya yang seorang playboy.

Suatu hari, ketika hendak bunuh diri ia mendengar suara kecelakaan mobil dan menemukan satu mobil penuh uang senilai 9.9 triliun milik sebuah organisasi pemilik website gaming ilegal. Ia melihat kesempatan untuk mengubah hidup ada di depan mata dan memutuskan untuk mencuri uang tersebut, membersihkannya dan menggunakannya untuk melanjutkan hidup, dan melawan dunia. 

Drama ini sangat menarik sejak episode pertama, karena dengan jelas menyajikan fenomena pernikahan abusive di Korea Selatan dan perempuan terjebak didalamnya jika tidak memiliki pekerjaan bagus, uang atau kesempatan untuk melarikan diri.

Tindakan abusive dalam drama ini tuh menurutku benar-benar menyiksa dan bikin trauma seperti dikurung di balkon dalam suasana malam yang dingin, direndam di bathtub dengan air es, dibenturkan ke marmer di kamar mandi, diseret, dikurung di freezer pabrik dan dihina dina. Dan tentu saja sinematografi drama ini patut diacungi jempol. 

"Memories of the Alhambra" adalah drama modern yang menceritakan akibat serius dari sebuah game online melalui teknologi Augmented Reality Game. Berlokasi di Korea Selatan, Spanyol, Slovenia dan Hungaria menjadikan drakor ini terkesan modern dan dapat menggaet penonton internasional.

Teknologi AR yang dijadikan isu utama di drakor ini seakan hendak menunjukkan bahwa di masa depan, segala sesuatu akan menggunakan AR sebagaimana telah diterapkan dalam militer, kesehatan, industri manufaktur dan smartphone. 


Melalui drakor ini, Korea Selatan seakan hendak menunjukkan kepada dunia bahwa ia menjadi salah satu negara yang memimpin penggunaan teknologi AR di Asia dan dunia.

Satu hal yang sangat mengikat dari film ini adalah alunan musik Memories of the Alhambra yang menjadi tanda-tanda kedatangan musuh. Sehingga meski aku mendengarkan musik ini akan selalu teringat pada momen-momen Dr. Cha menyerang dalam keadaan berdarah-darah sembari membawa pedang, siap membunuh.   

"Ode to My Father" adalah film sedih tentang seorang anak lelaki bernama Yoon Deok Soo yang kehilangan ayahnya dalam perjalanan melarikan diri dari Korea Utara ke Korea Selatan semasa perang saudara pada 1950-1953. Ayahnya hilang dalam kerumunan pengungsi di pelabuhan Hungnam pada 1951.

Sebagai anak kecil yang harus menjadi kepala rumah tangga bagi seorang ibu dan dua orang adik, serta paman dan bibi yang miskin, Deok So tidak sekolah dan memilih bekerja serabutan.

Ia sangat ingin kuliah, tapi tak ada lagi biaya sebab harus membiayai sekolah dua adiknya dan menyiapkan tabungan pernikahan untuk adik perempuannya. Dengan tujuan itu ia memutuskan harapannya untuk kuliah dan menjadi buruh tambang batubara di Jerman.

Setelah kembali dari Jerman dan membangun keluarga dengan perempuan yang dicintainya, ia harus ikut ke Vietnam dan bertarung nyawa dalam perang dahsyat hingga kakinya pincang. Semua ia lakukan demi keluarganya. 


Menanggung beban berat yang begitu dahsyat sejak masih kecil diperparah dengan kerinduan pada ayahnya yang tak pernah ditemukan. Ia menjadi semakin tersiksa manakala sebuah program pencarian keluarga yang hilang akibat perang saudara tidak juga membuat ayahnya ditemukan.

Hingga usia senja, Deok So masih menunggu ayahnya pulang untuk memeluknya dan memujinya karena telah menjadi kepala keluarga sekuat tenaganya. Sumpah, film ini sedih banget karena mengambil inspirasi dari kisah nyata akibat perang saudara yang memisahkan Joseon menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. 

"Beautiful World" adalah drama keluarga yang menceritakan tentang seorang ibu dan ayah yang melakukan advokasi setelah anaknya ditemukan sekarat, karena terjatuh dari atap sekolah dan seisi sekolah menyatakan ia bunuh diri. Pihak sekolah enggan bertanggung jawab atas kejadian dan menyalahkan si anak sekarat karena dianggap gagal mendapat nilai bagus di sekolah.

Sementara di sisi lain, teman si anak yang sebenarnya tahu kejadian sebenarnya dipaksa bungkam oleh kedua orangtuanya karena ia merupakan anak pemilik yayasan, dan bisa mencederai nama baik keluarga mereka.

Karena tidak terima dengan sikap dingin semua pihak atas tindakan bullying di sekolah, maka kedua orang tua ini melakukan sendiri pencarian atas kejadian yang menimpa anaknya dan membuktikan kepada dunia bahwa anak yang mereka besarkan dengan baik dan penuh kasih sayang tidak mungkin bunuh diri. 


Drama keluarga ini sangat apik dalam menampilkan gambaran bullying di dunia remaja Korea Selatan, bisnis pendidikan yang membunuh hati nurani, kekerasan dalam rumah tangga keluarga kaya alias penduduk 1%, perselingkuhan lelaki dengan kekayaan dan kekuasaan, kekerasan seksual orang dewasa kepada anak remaja, pendidikan orangtua yang salah sehingga memaksa anak tumbuh sebagai monster, seorang ibu yang menjadi monster demi menyelamatkan nama baik anaknya, hingga sebuah keluarga kecil yang berusaha mati-matian demi mencari kebenaran atas musibah yang menimpa anaknya; menolak suap untuk menutupi kebenaran dan melawan dunia dengan tenaga yang mereka punya. 

"V.I.P" adalah drama khas pekerja kantoran di kota Seoul yang menceritakan dinamika internal VIP Team, sebuah tim kecil yang mengurus konsumen paling doyan belanja di Sung Un Department Store. Sebenarnya, ceritanya biasa aja. Tapi, plot dan sinematografi dan kekuatan karakter masing-masing pemain bikin geregetan sejak episode pertama.

Ada scene yang bikin pengen aku banting gelas karena sebel banget. Misalnya sama seorang suami yang selingkuh sama anak Vice President dengan alasan kasihan karena kedua ternyata sama-sama anak perempuan selingkuhan alias selir dari ayah masing-masing. Maka, terjadilah perang yang cerdas antara sepasang suami istri di VIP Team yang keduanya melibatkan masing-masing bos mereka yang berkuasa. 


Drama ini sangat cocok dengan gambaran 'beberapa kartu AS' drakor seperti menguasai emosi penonton, eye candy, punya banyak precious moment dan yang pasti pesan tentang gerakan #MeToo dalam melawan kekerasan seksual di lingkungan kerja, perselingkuhan, gossip, dan ambisia. Hal terbaik dari drakor ini adalah tentang 'packaging' sebuah cerita yang sangat bagus dalam melibatkan emosi penonton.

MEMPELAJARI DAN MENGAGUMI BUDAYA BANGSA LAIN BUKANLAH DOSA

Drakor adalah produk budaya sekaligus bisnis Korea Selatan. Kekuatannya memikat masyarakat dunia bahkan membuat sejumlah pemuka agama turun tangan, menganggapnya sebagai produk yang membawa ke jalan dosa.

Sayangnya kita lupa, sebelum drakor atau jenis lain produk K-Wave mengguncang dunia, keseharian kita dihibur oleh lenggak-lenggok aktris cantik India, kecantikan oriental aktris China, bahkan seksinya tubuh aktris Hollywood dan Amerika Latin di mana produk opera sabun dan film mereka telah menemani masyarakat dunia sejak lama. 

Kebijakan "ekspor budaya" Korea Selatan melalui produk K-Wave seperti drakor sebenarnya menjadi pelajaran sangat penting bagi bangsa manapun di dunia, seperti soal 'memamerkan' produk anak bangsa dengan bangga sehingga dunia tahu oh ternyata orang Korea Selatan tuh begini dan begitu, sehingga terbangunlah pandangan positif dan prasangka baik manusia dari setiap sudut bumi akan keunggulan Korea Selatan yang nggak dimiliki oleh bangsa lain. Bahkan, Korea Selatan disebut-sebut sebagai "The Silent Super Power"

Oh ya, kalau kita mau membandingkan Korea Selatan dengan Indonesia ya jelas kita menang banyak. Secara geografis, jumlah penduduk, kekayaan alam dan kekayaan budaya kita memang banyak. Korea Selatan itu negara kecil hasil perang saudara Korea pada 1951-1953. Artinya Indonesia dan Korea Selatan sebenarnya menjadi sebuah bangsa merdeka melalui starting point yang nggak jauh beda. 

Misalnya nih, Indonesia dan Korea pernah menjadi negara jajahan Jepang; Korea terpecah menjadi dua karena perang saudara hingga terkungkung dalam rezim diktator anti komunis, yang nggak jauh beda dengan kondisi Indonesia pasca 1965 dalam cengkeraman rezim Orde Baru. Trus, Indonesia dan Korea Selatan sama-sama terjun ke titik nadir saat krisis moneter melanda Asia pada 1997-1998 dan kita tahu bahwa kedua bangsa ini sama-sama bangkit dengan proriotas berbeda.

Produk K-Wave merupakan buah manis dari kerjasama stakeholder Korea Selatan dalam membangun kembali ekonomi bangsa mereka. Alam yang keras karena merupakan negara subtropis, sumber daya alam yang biasa saja, dan jumlah penduduk yang nggak sebanyak Indonesia ternyata membuat Korea Selatan dalam banyak hal mampu melampaui Indonesia yang lebih kaya raya.

Nah, sebagai warga dunia disinilah kita harus jeli melihat produk K-Wave sebagai salah satu hasil kebijakan ekonomi di industri hiburan Korea Selatan alih-alih hiburan semata. Kalau kita malas melakukan analisa soal pengaruh K-Wave pada perekonomian Korea Selatan, kita ambil satu atau dua contoh saja deh. 

Misalnya, booming drakor mempengaruhi peningkatan ekonomi Korea Selatan dari industri makanan dan pariwisata. Cek deh di kota-kota besar di Indonesia dipastikan banyak sekali restoran Korea Selatan berdiri (yang juga secara signifikan mempengaruhi kegiatan ekspor-impor produk perkebunan, pertanian, kelautan dan industri makanan), dan tentu saja tingginya kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea Selatan, yang sekaligus menjadi asal muasal perkembangan K-Halal atau Halal-Wave bagi wisatawan Muslim dan komunitas Muslim Korea Selatan.

Nah, apakah sejumlah judul drama dan film yang kuceritakan diatas apakah ada yang sekiranya melanggar norma bahkan nilai agama sehingga berstatus haram ditonton? Sebenarnya, masih banyak drama dan film dengan kualitas sangat bagus, namun nggak harus lah aku sebutkan disini karena nanti tulisan ini terlalu panjang dan membosankan. Intinya, setiap bangsa memiliki budaya yang khas dan unik dari bangsa lain. 

Jangan lupa makan kimchi, biar sehat.
Jangan lupa makan kimchi, biar sehat.
Tugas kita bukan mengambil dan menyerap semua nilai dalam budaya tersebut, melainkan menyaringnya sesuai dengan kebutuhan kita tanpa menaruh benci pada apa yang kita anggap buruk. Bagaimana pun juga, budaya tumbuh bersama proses berkembangnya peradaban manusia, bersama segala sesuatu yang ada didalamnya sebagai buah inovasi dan hasil pikir manusia.

Sebagai seorang Muslim, aku tidak keberatan belajar pada budaya dan bangsa lain, jika memang nilai-nilai yang terkandung didalamnya baik dan membantuku tumbuh dan berkembang. Kekayaan budaya di dunia seyogiyanya diapresiasi karena ia merupakan saksi hidup atas dinamisnya perkembangan dalam peradaban manusia, yang berbeda dengan dunia hewan dan tumbuhan.

Lagipula, dalam masyarakat terbuka seperti sekarang, terutama dengan dukungan internet bagaimana mungkin kita bisa tidak besentuhan dengan budaya bangsa lain? Menurutku, budaya bangsa lain sama kaya dengan budaya bangsa sendiri, karena memiliki sejarah yang unik dalam perkembangannya. 

Sementara bagi orang beragama ya tinggal menyesuaikan saja mana nilai yang bisa diambil mana yang tidak, tanpa perlu bersikap sinis apalagi menuduh dengan dalih menyelamatkan iman. Sebab, yang kurasakan selama ini adalah bahwa menonton Drama Korea membuka wawasanku tentang budaya dari sebuah bangsa kecil di Asia, yang dengan percaya diri menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah bangsa yang besar dan kaya, yang menggenggam dunia hanya melalui musik, film, drama, makanan, healthcare dan game. Kerja Keras yang membanggakan, bukan?

Jadi, dalam menilai produk budaya bangsa lain, kita harus melihatnya menggunakan kacamata drone, yang 'capturing' peristiwa di bumi dari udara. Dengan demikian kita nggak terjebak dalam proses berpikir sempit, bagai melihat bumi hanya dari lubang kecil dinding rumah kita. Sehingga, kita bisa memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk berprasangka baik atas apapun milik bangsa lain, bergembira atas hal-hal yang membahagiakan, mendukung inovasi-inovasi yang mempermudah kehidupan manusia, dan bertepuk tangan dengan meriah atas kemampuan sebuah bangsa bangkit dari keterpurukan dengan usaha mereka sendiri. Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun