Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekspor Budaya ala Korea Selatan dalam Menggenggam Pasar Dunia

18 Desember 2019   06:46 Diperbarui: 23 Desember 2019   09:03 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, ketika hendak bunuh diri ia mendengar suara kecelakaan mobil dan menemukan satu mobil penuh uang senilai 9.9 triliun milik sebuah organisasi pemilik website gaming ilegal. Ia melihat kesempatan untuk mengubah hidup ada di depan mata dan memutuskan untuk mencuri uang tersebut, membersihkannya dan menggunakannya untuk melanjutkan hidup, dan melawan dunia. 

Drama ini sangat menarik sejak episode pertama, karena dengan jelas menyajikan fenomena pernikahan abusive di Korea Selatan dan perempuan terjebak didalamnya jika tidak memiliki pekerjaan bagus, uang atau kesempatan untuk melarikan diri.

Tindakan abusive dalam drama ini tuh menurutku benar-benar menyiksa dan bikin trauma seperti dikurung di balkon dalam suasana malam yang dingin, direndam di bathtub dengan air es, dibenturkan ke marmer di kamar mandi, diseret, dikurung di freezer pabrik dan dihina dina. Dan tentu saja sinematografi drama ini patut diacungi jempol. 

"Memories of the Alhambra" adalah drama modern yang menceritakan akibat serius dari sebuah game online melalui teknologi Augmented Reality Game. Berlokasi di Korea Selatan, Spanyol, Slovenia dan Hungaria menjadikan drakor ini terkesan modern dan dapat menggaet penonton internasional.

Teknologi AR yang dijadikan isu utama di drakor ini seakan hendak menunjukkan bahwa di masa depan, segala sesuatu akan menggunakan AR sebagaimana telah diterapkan dalam militer, kesehatan, industri manufaktur dan smartphone. 


Melalui drakor ini, Korea Selatan seakan hendak menunjukkan kepada dunia bahwa ia menjadi salah satu negara yang memimpin penggunaan teknologi AR di Asia dan dunia.

Satu hal yang sangat mengikat dari film ini adalah alunan musik Memories of the Alhambra yang menjadi tanda-tanda kedatangan musuh. Sehingga meski aku mendengarkan musik ini akan selalu teringat pada momen-momen Dr. Cha menyerang dalam keadaan berdarah-darah sembari membawa pedang, siap membunuh.   

"Ode to My Father" adalah film sedih tentang seorang anak lelaki bernama Yoon Deok Soo yang kehilangan ayahnya dalam perjalanan melarikan diri dari Korea Utara ke Korea Selatan semasa perang saudara pada 1950-1953. Ayahnya hilang dalam kerumunan pengungsi di pelabuhan Hungnam pada 1951.

Sebagai anak kecil yang harus menjadi kepala rumah tangga bagi seorang ibu dan dua orang adik, serta paman dan bibi yang miskin, Deok So tidak sekolah dan memilih bekerja serabutan.

Ia sangat ingin kuliah, tapi tak ada lagi biaya sebab harus membiayai sekolah dua adiknya dan menyiapkan tabungan pernikahan untuk adik perempuannya. Dengan tujuan itu ia memutuskan harapannya untuk kuliah dan menjadi buruh tambang batubara di Jerman.

Setelah kembali dari Jerman dan membangun keluarga dengan perempuan yang dicintainya, ia harus ikut ke Vietnam dan bertarung nyawa dalam perang dahsyat hingga kakinya pincang. Semua ia lakukan demi keluarganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun