Bahkan nih, drakor bisa membuat para perempuan di seantero Asia tergila-gila pada skincare dan kosmetik asal Korea Selatan hanya gara-gara muncul dalam sejumlah scene drakor.
Kabarnya, Korean Wave termasuk K-Drama didalamnya yang semakin moncer membuat hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di dunia semakin mesra. Bagaimanapun juga hal ini sangat masuk akal karena ekspor budaya yang dilakukan Korea Selatan bisa memberi keuntungan manis pada perekonomian bangsanya.
Hal ini bukan saja berdampak positif bagi iklim kerja di Korea Selatan, juga bagi upaya memasyarakatkan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Korea ke seluruh dunia dengan mudah dan menyenangkan.Â
Dukungan penuh pemerintah Korea Selatan pada industri hiburan ini membuktikan bahwa jika seluruh elemen bangsa bekerja sama, maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang maju karena selalu fokus pada mimpi, tujuan dan goal bersama.
Apakah kiranya Indonesia bisa meniru metode yang digunakan Korea Selatan dalam membangkitkan industri hiburan tanah air agar kita juga bisa ekspor budaya Indonesia ke seluruh dunia?
Mungkin kita menganggap bahwa konser sejumlah grup band ternama K-Pop di Indonesia hanya sekadar hiburan. Namun, pada kenyataannya hal tersebut berkaitan dengan hubungan dagang antar dua negara.
Tentu kita ingat seloroh bahwa tak ada makan siang gratis, yang bermakna tak ada izin gratis bagi sebuah band asal luar negeri tanpa mendatangkan perjanjian kerjasama yang menguntungkan bagi kedua negara. Pada Indonesia-Korea Business Summit pada 2017 silam, bahkan Lee Teuk sebagai pimpinan boyband Super Junior secara langsung mengenalkan budaya Korea Selatan di hadapan Presiden Jokowi.Â
Maka, ketika perang dagang antara China dan Amerika Serikat memanas, Korea Selatan mengambil kesempatan untuk terlibat dalam sejumlah proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Beralihnya pandangan Korea Selatan ke Indonesia dalam bisnisnya dianggap sebagai upaya mengurangi ketergantungan negara itu kepada Amerika Serikat, Russia, Jepang dan China. Dalam hal ini, Korea Selatan melihat Indonesia sebagai peluang emas menjanjikan dalam meraup keuntungan dari investasi infrastruktur. Inilah hasil soft diplomacy Korean Wave yang mengagumkan.
Pada 2019 ini, hubungan diplomatik Korea Selatan dan Indonesia telah mencapai usia ke 49 tahun. Pada 2017 Presiden Moon Jae-in melakukan kunjungan ke Indonesia dalam rangka upgrade hubungan kedua negara dari "strategic partnership" menjadi "Special Strategic Partnership" di empat area pokok, yaitu: pertahanan dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan infrastruktur, people-to-people exchanges, dan kerjasama regional dan global.
Berkat upgrade kerjasama ini, nilai perdagangan Indonesia pada 2018 naik hingga 9.3% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp. 18,57 Miliar. Sementara di bidang kerjasama budaya seperti pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia ke Korea Selatan meningkat hingga 7,9% dari tahun sebelumnya yaitu 230.837 orang pada 2017 menjadi 249,067 orang pada 2018.