"Mungkin, jalan hidup saya harus sekeras itu agar saya naik level sebagai manusia," katanya, seakan sedang menghitung pencapaian demi pencapaian dalam hidupnya, juga menertawakan kesulitan tak teratasi di masa silam.
"Saya ini hanya lulusan SMP karena keluarga saya miskin. Tapi ilmu bertani saya sudah banyak, baik dari praktek langsung maupun dari membaca buku-buku pertanian. Saya bertani bukan berdasarkan teori, tapi praktek langsung di lapangan. Ya, bisalah saya disebut praktisi. Karena saya kutu buku, saya senang membaca buku tentang pertanian meskipun seringkali begitu rumit untuk saya pahami. Karenanya saya mau orang belajar cara bertani organik seperti saya, yang mudah dan murah, tapi hasilnya melimpah. kalau saya sedang jlan-jalan bersama istri saya, tidak akan ada yang menyangka saya petani dan cuma lulusan SMP. Nih, gimbal saya ini branding saya sebagai petani," katanya.
Aku tersenyum, merasa kagum dengan kegigihannya berjuang untuk hidup yang lebih baik, melampaui pencapaian banyak orang lulusan kampus ternama sepertiku buahahahaha.Â
"Awal-awal saya buka kebun sendiri, saya sukses menanam apa saja. Tapi masalahnya adalah pemasaran. Saya sudah berhasil di mengelola tanah dan tanaman, tapi saya gagal memasarkan produk saya. Sampai capek sekali saya. Pagi sampai siang saya bekerja sebagai gardener di sebuah kafe, lalu siang sampai sore saya bekerja di kebun sendiri, lalu sore sampai malam saya memasarkan produk saya."
"Ya tidak laku. Sampai akhirnya saya berpikir untuk merubah cara saya menjual. Keuntungan saya sekarang adalah pembeli produk kebun saya orang asing yang sangat peduli dengan kesehatan makanan mereka, makanya produk kebun Hars Garden ini laris dan menguntungkan bagi saya," katanya mantap.
Ya, beberapa kali aku menyaksikan Mas Har melayani sejumlah pembeli, yang sebagian besar berkewarganegaraan asing yang langsung datang ke kebun. Dari cara mereka berinteraksi, sepertinya mereka selalu senang dapat berbelanja pangan organik langsung di kebun organik, dan bisa berdiskusi tentang pertanian organik dengan pemiliknya langsung. Bahkan pernah ada seorang konsumennya yang orang asing merasa cemburu dengan kehidupan Mas Hartono.Â
"Saya sudah bertemu dengan banyak orang kaya dan sukses, tapi saya tidak cemburu dengan mereka, kekayaan mereka dan kehidupan mereka. Saya justru cemburu dengan kamu dan kehidupanmu yang tenang, apa adanya dan bersahabat dengan alam," kata si lelaki.Â
Oh ya, saat si lelaki pengunjung itu datang ke kebun, dia sampai membuka sendalnya dan berjalan kesana-kemari nyeker seperti sang empunya kebun. Mereka bahkan melihat-lihat lokasi rumah pohon yang sangat teduh dan menenangkan.
"Saya itu kan sempat membuka Gardening Class, biayanya 600 ribu per orang. Siswanya ya orang asing. Saya suka sekali kalau sedang Gardening Class. Dari seluruh jenis pekerjaan yang pernah saya jalani,bertani adalah pekerjaan yang paling saya nikmati. Makanya saya itu kalau sibuk di kebun sambil mendengarkan musik campursari, cocok sekali, membuat saya benar-benar senang dan menikmati pekerjaan saya," tutupnya.Â
Merasa pekerjaannya hari itu telah rampung, lelaki yang sehari-hari terlihat nyaman terbakar matahari ini mencuci kakinya dengan air pancuran dari siring, dan menuju rumah pohonnya di mana Mbak Ryoko, istrinya menunggu. Mbak Ryoko ini orang Jepang, wisatawan asing yang membeli sayuran di Hars Garden dan kemudian menjadi istri Mas Har setelah 2 tahun pacaran. Khayalan Mas Har memiliki istri orang asing terkabul sudah.