Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selamat Hari Ibu: Pengalaman dengan Ibu-ibuku

23 Desember 2024   10:41 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Belajar dari Para Ibu

Aku yakin ada banyak cerita, pengalaman dan pembelajaran yang dapat kita peroleh dari para ibu kita. Bacaan tentang Maria dan Elisabet mengingatkanku tentang para ibuku.

Dari Elisabet aku belajar bahwa Allah bisa berkarya termasuk di masa yang secara nalar tidak mungkin. Elisabet tetap percaya pada Allah meskipun dia sudah tua dan secara nalar tidak mungkin memiliki anak. Allah ternyata berkarya memberikan dia anak di masa tuanya.

Doa dan percaya kepada karya Tuhan untuk diriku adalah pelajaran yang aku dapatkan. Di saat yang menurutku tidaklah mungkin, seharusnya aku tetap percaya kepada Allah dan tetap dalam doa. Satu ayat dalam Bacaan Injil yang dapat mewakili pembelajaranku adalah 'Berbahagialah ia yang percaya, sebab Firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana' (Lukas 1: 45).

Dari Maria aku belajar iman dan ketaatan kepada Allah. Karena imannya kepada Allah, Maria mau menerima 'aib' mengandung sebelum menikah, dan bahkan mau mengatakan 'jadilah padaku menurut kehendakMu'.

Lalu, darimana aku tahu itu kehendak Allah untuk aku? Menurut aku pribadi suara hatiku bisa menjadi penanda.

Mungkin bisa dianalogikan dengan pendapat salah satu Romo yang kukagumi, almarhum Romo J. Adi Wardaya SJ, saat aku dan teman-temanku di Sastra Inggris UGM tahun 1982-an berdebat tentang bagaimana kita tahu bahwa itu adalah panggilan Tuhan untuk kita ataukah bukan.

Romo Adi menjawab dengan sangat memuaskanku dan menghentikan perdebatan, saat beliau mengatakan bahwa saat itu panggilan beliau adalah sebagai Romo. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak tahu apakah lima menit lagi, setengah jam lagi atau sehari, sebulan berikutnya panggilan beliau masih menjadi Romo ataukah tidak.

Kehendak Allah aku analogikan dengan panggilan. Menurutku pribadi, kehendak Allah atau panggilan ditandai dengan kebahagiaan yang kurasakan saat menjalankannya. Meskipun pandanganku ini bisa diperdebatkan kebenarannya.

Sampai saat ini aku yakin dengan apa yang aku lakukan, selama aku merasa ada suka cita saat melakukannya. Aku tidak akan melakukan hal-hal yang meskipun mendatangkan keuntungan bagiku, tetapi aku tidak dengan suka cita menjalankannya. Suka cita dan suara hati bagiku selalu berjalan beriringan.

Dari ibu kandungku aku belajar bahwa kewajiban dia tidak selesai begitu saja dengan melahirkanku. Ibuku merasa ada kewajiban yang lain yaitu merelakan aku untuk menggapai cita-cita yang tinggi, meskipun itu membuat dirinya menderita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun