Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anda Menerima E-Mail dari Gojek: Mengubah Lanskap Penelitian Sosial

21 Desember 2024   13:09 Diperbarui: 21 Desember 2024   13:12 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Indonesia, ironisnya, pemerintah justru mendorong dan melegalkan penggabungan Tiktok Shop, Gojek dan Tokopedia. Jika data dari ketiga aplikasi digabungkan dan dianalisis dengan kecerdasan buatan, bukankah semua data profil warga masyarakat ada di tangan mereka dan dapat digunakan untuk berbagai hal, baik keputusan bisnis dan manajerial maupun untuk kepentingan politik seperti yang dilakukan oleh Trump tahun 2016.

Lanskap Penelitian Sosial yang Berubah

Dengan big data yang bersumber dari aplikasi seperti Gojek, Tiktok, atau Shopee, ditambah dengan penggunaan kecerdasan buatan, maka banyak penelitian sosial terkait dengan persepsi menjadi tidak lagi diperlukan.

Penelitian seperti pengaruh kualitas layanan jasa terhadap kepuasan konsumen sudah digantikan oleh berapa bintang yang kita berikan kepada pengemudi ojol. Bahkan jika penelitian persepsional tidak merujuk nama dan kejadiannya, aplikasi ojol dan kecerdasan buatannya bisa merujuk nama pengemudi ojol, penumpangnya dan kapan terjadiannya. Demikian pula penelitian tentang pengaruh iklan Shopee terhadap jumlah unduhan aplikasi Shopee, juga sudah tidak diperlukan lagi dengan argumen yang sama.

Banyak penelitian kuantitatif tentang persepsi sudah digantikan dengan lebih akurat oleh kombinasi big data dan kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh pemilik aplikasi. Ke depannya justru perlu diantisipasi pengembangan penelitian kualitatif tentang mengapa dan bagaimana tindak lanjut dari hasil penelitian kombinasi big data dan kecerdasan buatan. Misalnya, mengapa Harbolnas yang diselenggarakan tanggal 12 Desember lalu sukses atau gagal, dan bagaimana tindak lanjut untuk pengemudi ojek online yang cenderung terus mendapatkan bintang kurang dari tiga.

Lanskap penelitian sosial yang bersifat kuantitatif sudah ditinggalkan akibat data aplikasi yang diolah dengan menggunakan kecerdasan buatan. Kini saatnya kita semua lebih fokus mengembangkan penelitian sosial yang bersifat kualitatif untuk menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun