Ikhlas dan Hati Bersih
Saya boleh merencanakan, namun belum tentu rencana Tuhan sama dengan rencana saya. Tinggal di panti jompo, mensyaratkan -- sependek pengetahuan saya dari survei dan membaca -- bahwa saya masih bisa melakukan aktivitas fisik sendiri saat mulai masuk ke panti. Tuhan bisa saja punya rencana yang berbeda. Saya bisa saja tiba-tiba sakit dan tidak mungkin diterima tinggal di panti jompo. Jika hal ini terjadi, maka ikhlas adalah satu kata kunci yang penting.
Kata kunci kedua yang penting adalah saya harus selalu mencoba membuat hati saya bersih. Saya masih ingat homili seorang Romo yang mengatakan bahwa untuk mengetahui hati kita bersih atau tidak adalah saat kita sakit dan mengigau. Ketika saya sakit dan igauan saya isinya kemarahan dan makian, maka hati saya tidak bersih.
Contoh nyata yang saya lihat adalah kasus ayah saya. Ayah saya ketika mudanya tidak suka menjadi Kristen atau Katolik, meskipun beliau membiarkan saya dibaptis Katolik saat dewasa. Saat ayah saya mulai sakit-sakitan, tiba-tiba beliau mau dibaptis menjadi Katolik. Dan, saat kemudian ayah saya sakit dan mengigau yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata 'Yesus, Yesus' terus-menerus.
Penutup
Dalam satu diskusi dengan istri saya, istri saya mengatakan 'Sudahlah tidak perlu terlalu dipikirkan.' Kita jalani saja. Yang penting kita sudah mencoba menyiapkan kebaikan sebelum dan saatnya datang. Saya setuju.
Biasanya saya menuliskan renungan mingguan seperti ini di akun Facebook saya. Namun, setelah mengenal Kompasiana, saya jadi ingin menuliskannya juga untuk Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H