Mohon tunggu...
Wijanarto
Wijanarto Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sejarah Alumnus Magister Sejarah Undip Semarang

#mencintai sejarah #positiv thinking# niku mawon {{{seger kewarasan}}}

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngasa, Sedekah Gunung Masyarakat Jalawastu

27 Februari 2020   20:42 Diperbarui: 27 Februari 2020   20:46 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Sedangkan Gunung Segara banyak mempertautkan dengan teks-teks yang menguatkan adanya saling keterpengaruhan pengaruh India. Cirebon dan Sunda. Folklore Gunung Segara bermula dari kisah Elang Segara yang bertapa di puncak Segara. Elang Segara merupakan putra dari Elang Padmanegara. Dengan ditemani cantriknya, Cahar dan Cahir. Meski berada di Jalawastu mereka secara teratur melakukan pisowanan ageng ke kesultanan Cirebon.

Beberapa keunikan yang dipertahankan masyarakat Jalawastu ada pada konstruksi rumah yang mempertahankan bahan bangunan kayu. Tak ada semen, genteng dan keramik pada bangunan rumah mereka. Bentuk bangunan Jalawastu tak menyerupai limas, intan atau paris. Melainkan lurus. Tak ada yang disembunyikan dalam bangunan Jalawastu. 

Ruang tamu menyatu dengan keluarga dan ruang makan. Yang tertutup hanyalah kamar bagi keluarga.  pamali (pantangan) yang dipertahankan masyarakat Jalawastu diantaranya menanam bawang merah, kacang tanah, kedelai. Sementara pantangan memelihara hewan ternak atau peliharaan diantaranya kerbau, angsa, ikan merah dan domba. Terdapat pula pantangan membunyikan dan menyimpan alat musik seperti ketuk kenong dan gong. Gong terdiri dari kempul kecil dan kempul besar. Untuk ketuk kenong dan gong dilarang ditabuh di area Gedong Pesarean.

Pada upacara Ngasa ada 2 pihak yang berperan, pertama pemangku adat yang mengendalikan dan Dewan Kokolot yang memimpin doa Ngasa. Jumlah Dewan Kokolot ada 15, namun yang memimpin doa satu orang. Saat doa , suasana menjadi hening :        

pun sadupun arek ngimankeun titi walari kanu baheula 

 titi walari ti baharu, taratas tilas nu baheula cuwang mumunjang

 anak putu sakalih, ka indung ka bapak, ka nini ,ka aki, ka buyut, ka bao

 ka bumi, ka langit, ka beurang, ka peuting, kabasukana, kabasukina, 

kanu antek kaluhuran, ka nu antek kararahaban 

kanu suci paweta, ka nu kadi srengenge katinggangeun

ka nu kadi bentang kapurnaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun