Mungkin, mereka masih menunggu wangsit. Namun, sementara mereka menunggu, beban hidup pemain dan "korban" semakin banyak. Jika mau melihat lebih jauh, ada banyak orang lagi yang susah, wasit, pemotong rumput stadion, tukang parkir, juga calo tiket.
Seandainya tukang-tukang ojek dan Mbak Resista menolong saya karena rasa kasihan, lantaran sepeda motor saya butut dan telepon genggam saya tidak high-end dan itu menjadi acuan menilai status sosial seseorang, maka lebih malang lagi para pesepak bola Indonesia, karena orang-orang yang seharusnya mengurus mereka, menimbang kepentingan dan berhitung harga diri.
Namun, saya yakin, tukang-tukang ojek itu dan Resista membantu saya karena sesuatu yang lebih bernilai dan sebetulnya sederhana, kemanusiaan. Jika keyakinan saya benar.... Ah, saya tak sampai hati mengatakannya...Â
Tulisan ini dimuat di Bola.com, pada Sabtu (2/8/2015), pukul 20.32 WIB.