Mohon tunggu...
Aang Suherman
Aang Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perantau

Ekspresi apa adanya semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wabah Shopaholic Melanda Warga Saudi

10 September 2013   01:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:07 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya hidup gila belanja saat ini benar-benar telah menjangkiti semua kalangan Tajir menengah dan atas warga Saudi.Media lokal melaporkan,setidaknya tidak kurang dari 11 ribu riyal (setara 30 juta rupiah),dihabiskan keluarga-keluarga menengah di Riyadh dalam satu bulan demi belanja hal-hal yang konsumtif di luar makan dan minum atau kebutuhan pokok.

"Tidak hanya di Riyadh saja gejala 'gila belanja' ini mewabah,hampir di seluruh kota maju di Saudi,terutama Jeddah,Abha dan Mekkah,semua kalangan keranjingan belanja.."ujar salah seorang warga Saudi di Al Rayan,Riyadh.

Gila belanja atau sophaholic di kalangan warga kaya di Saudi juga dibenarkan oleh teman-teman TKI Sopir pribadi di sejumlah kota besar Mekkah,Jeddah,Yan Bu,Damam dan Riyadh.Menurut para TKI Sopir ini,sangat banyak teman TKI Sopir yang sejak pagi hari hingga menjelang tengah malam,terus keluyuran transit dari satu Mall ke Mall yang lainnya,berputar-putar untuk mengantar majikannya hanya untuk berbelanja.

Gaya hidup konsumtif di kalangan tajir menengah ke atas di warga Saudi,memang sudah menjadi gaya hidup baru sejak negara ini dibanjiri oleh devisa dari hasil menjual Minyak,dan  menjadi salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia.

Beberapa tahun terjadi dalam APBN Saudi,alih-alih terjadi minus anggaran belanja negaranya,malahan suka terjadi surplus fulus.Bahkan suka disebut-sebut Arab Saudi pada era ini adalah negara yang kebanjiran uang.Sehingga ada guyonan,Kerajaan Saudi suka bingung,mau dibelanjakan apa kelebihan uangnya itu.

Pendapatan per kapita Saudi sendiri saat ini,mencapai 15 ribu dollar lebih (US$ 15.338 tahun 2005,id.wikipedia.org).Hal ini menumbuhkan gaya konsmtif di kalangan warganya yang ikut juga merasakan kekayaan hasil minyak di negaranya.Kerajaan banyak menyalurkan dan menyubsidi di hampir segala bidang dan sektor kepentingan umum.

Kebijakan terpopuler Saudi dengan BBM adalah masih mempertahankan harga BBMnya berharga murah.Per liter bensin di Saudi ada di kisaran 0.5 riyal per liter,atau setara 1.200 rupiah saja.

Bukan hal yang aneh,di kalangan menengah ini jika budaya konsumtif terjadi dalam gaya belanja keluarga mereka.Menjadi hal biasa jika jika barang yang hanya cacat sedikit atau hanya kotor saja lalu dibuang dan membeli barang yang baru.

Sebut saja pakaian,baju anak,tas,sepatu,alat-alat perlengkapan rumah tangga,perkakas dapur,mebel,properti dan aksesoris interior rumah,alat-alat sekolah,perawatan kecantikan,fulsa internet dan handphone, mainan anak dan sebagainya.Pada kalangan menengah atas,barang-barang konsumtif demikian dalam kondisi layak pakai tetapi hanya kotor  atau sudah usang ketinggalan model sepekan saja,lantas mereka langsung membeli yang baru dengan segera.

Tidak ayal lagi,hampir semua tempat dan pusat belanja setiap waktu bubaran sekolah atau kantor serta pada hari libur nasional,seolah semua warga di Riyadh dan Saudi tumplek blek di tempat belanja.

Konon hal ini,gila belanja tersebut membawa keberuntungan di banyak pihak,selain meningkatkan PDB setempat karena aliran berbagai pajak-pajak niaga jadi lancar dan terus meningkat,juga menggairahkan pasar eksport import negara Saudi.

Budaya gila belanja ini secara langsung memberi efek positif pada hampir semua lini perekonomian di Saudi menjadi berjalan dan menyala terus.Aliran dan arus cash flow pengusaha kecil bergerak dan terus berjalan.Sehingga keuntungan dan gerak ekonomi pun saling bersinergi serta menyumbang kepada pendapatan negara dan pendapatan pengusaha-pengusaha kecil pada sektor riil.

Ditambah dengan kebijakan bahwa setiap pengusaha yang bermain di Saudi ada aturan semacam diwajibkan untuk mempunyai sponsor dari Warga Saudi Asli.Artinya siapapun orang asing yang berusaha di sini,pasti ada prosentase tertentu masuk ke pendapatan warga Saudi.

Dan yang penting,gaya gila belanja di Saudi bukan hanya sekedar untuk ikut gaya sok orang kaya atau ikut trend saja.Gaya gila belanja kebanyakan di negeri petro dollar ini,karena memang pendapatan mereka sudah layak disebut kaya,bukan kaya imitasi atau kaya karena korupsi dan kelihatan kaya,padahal hutangnya banyak.Tetapi mereka yang gila belanja dan terkesan menghambur-hamburkan uang,karena memang sudah subur dan sudah kebanyakan uang di rumahnya masing-masing.

Dalam satu sisi,'wabah' atau gaya hidup gila belanja juga bisa menguntungkan bagi PDB dan pedagang kecil setempat,kalau didukung oleh perekonomian negaranya yang memang sudah sehat atau dalam keadaan stabil.

Entah sampai kapan negeri ini akan kuat dan tetap menjadi negara kaya di dunia ini? Hanya Tuhanlah yang tahu.Yang jelas,saat ini di Riyadh,banyak TKI Sopir yang sampai kelelahan mengantar keliling setiap hari majikannya warga Saudi hanya untuk berbelanja terus dari satu Pusat Perbelanjaan ke Pusat Perbelanjaan lainnya.

Salam berbagi.
[Aang Suherman-Riyadh]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun