Gaya hidup gila belanja saat ini benar-benar telah menjangkiti semua kalangan Tajir menengah dan atas warga Saudi.Media lokal melaporkan,setidaknya tidak kurang dari 11 ribu riyal (setara 30 juta rupiah),dihabiskan keluarga-keluarga menengah di Riyadh dalam satu bulan demi belanja hal-hal yang konsumtif di luar makan dan minum atau kebutuhan pokok.
"Tidak hanya di Riyadh saja gejala 'gila belanja' ini mewabah,hampir di seluruh kota maju di Saudi,terutama Jeddah,Abha dan Mekkah,semua kalangan keranjingan belanja.."ujar salah seorang warga Saudi di Al Rayan,Riyadh.
Gila belanja atau sophaholic di kalangan warga kaya di Saudi juga dibenarkan oleh teman-teman TKI Sopir pribadi di sejumlah kota besar Mekkah,Jeddah,Yan Bu,Damam dan Riyadh.Menurut para TKI Sopir ini,sangat banyak teman TKI Sopir yang sejak pagi hari hingga menjelang tengah malam,terus keluyuran transit dari satu Mall ke Mall yang lainnya,berputar-putar untuk mengantar majikannya hanya untuk berbelanja.
Gaya hidup konsumtif di kalangan tajir menengah ke atas di warga Saudi,memang sudah menjadi gaya hidup baru sejak negara ini dibanjiri oleh devisa dari hasil menjual Minyak,dan  menjadi salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia.
Beberapa tahun terjadi dalam APBN Saudi,alih-alih terjadi minus anggaran belanja negaranya,malahan suka terjadi surplus fulus.Bahkan suka disebut-sebut Arab Saudi pada era ini adalah negara yang kebanjiran uang.Sehingga ada guyonan,Kerajaan Saudi suka bingung,mau dibelanjakan apa kelebihan uangnya itu.
Pendapatan per kapita Saudi sendiri saat ini,mencapai 15 ribu dollar lebih (US$ 15.338 tahun 2005,id.wikipedia.org).Hal ini menumbuhkan gaya konsmtif di kalangan warganya yang ikut juga merasakan kekayaan hasil minyak di negaranya.Kerajaan banyak menyalurkan dan menyubsidi di hampir segala bidang dan sektor kepentingan umum.
Kebijakan terpopuler Saudi dengan BBM adalah masih mempertahankan harga BBMnya berharga murah.Per liter bensin di Saudi ada di kisaran 0.5 riyal per liter,atau setara 1.200 rupiah saja.
Bukan hal yang aneh,di kalangan menengah ini jika budaya konsumtif terjadi dalam gaya belanja keluarga mereka.Menjadi hal biasa jika jika barang yang hanya cacat sedikit atau hanya kotor saja lalu dibuang dan membeli barang yang baru.
Sebut saja pakaian,baju anak,tas,sepatu,alat-alat perlengkapan rumah tangga,perkakas dapur,mebel,properti dan aksesoris interior rumah,alat-alat sekolah,perawatan kecantikan,fulsa internet dan handphone, mainan anak dan sebagainya.Pada kalangan menengah atas,barang-barang konsumtif demikian dalam kondisi layak pakai tetapi hanya kotor  atau sudah usang ketinggalan model sepekan saja,lantas mereka langsung membeli yang baru dengan segera.
Tidak ayal lagi,hampir semua tempat dan pusat belanja setiap waktu bubaran sekolah atau kantor serta pada hari libur nasional,seolah semua warga di Riyadh dan Saudi tumplek blek di tempat belanja.
Konon hal ini,gila belanja tersebut membawa keberuntungan di banyak pihak,selain meningkatkan PDB setempat karena aliran berbagai pajak-pajak niaga jadi lancar dan terus meningkat,juga menggairahkan pasar eksport import negara Saudi.