Sopir bus di Terminal Cicaheum Bandung ini harus merayakan Idul Fitri jauh dari kampung halaman. Dengan berat hati, Jajang harus menahan rindu seminggu lagi demi bisa bertemu anak dan istri. Ia mengaku merasa sedih tatkala mengingat keluarganya yang jauh di sana.
"Sedih takbiran di kampung orang. Ingat sama anak-istri. Orang lain mah pada kumpul, kita diam di terminal," ujar pria berusia 42 tahun ini.
Tak berhenti di situ, di samping memikirkan keluarganya, dalam menyambut Hari Raya, nyatanya Jajang masih harus berkutat dengan pekerjaannya. Memikirkan setoran yang harus masuk tidak peduli meski bus yang ia sopiri sepi.
Sepinya bus terlebih di masa pandemi saat ini tak jarang membuat Jajang ketar-ketir mencari uang demi menutupi biaya sewa busnya.
"Kan ini mobilnya mobil setoran. Kalau ada lebihnya, ya kita dapat (uang). Kalau kurang, ya kita nombok. Kalau nombok, harus nyari (uang) lagi. Jadi utang. Apalagi musim (pandemi) kaya gini. Setornya juga udah dua juta sekarang, tapi muatan gak ada," tutur Jajang.
Dalam menyambut Hari Kemenangan, pada akhirnya, pria yang sudah menjadi sopir bus selama sepuluh tahun ini hanya bisa mengharapkan hari esok yang lebih baik lagi.
"Cuma berharap besok-besok terus, barang kali ada uang setoran. Gak ada sekarang, mudah-mudahan besok ada. Gitu terus," ucap pria asal Sumedang tersebut.