Mohon tunggu...
Widyarin Kusumaningtyas
Widyarin Kusumaningtyas Mohon Tunggu... -

Alumni Teknik Arsitektur di kampus negeri milik Bandung. Mencintai bandung sejak kuliah tahun 2002, dan (sayangnya) selalu tergoda untuk merajut cinta di Bandung.\r\n\r\nSekarang? berprofesi sebagai junior arsitek di Tebet, Jakarta Selatan dengan pendekatan ideologi Kearifan Lokal dan Ramah Lingkungan.\r\n\r\nDisamping itu? Juga mengelola enam blogspot yang berkisar antara hobi dan passion : merenung, menulis, mendesain, memotret, dan merekam photo-biografi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Bawah Bulan yang Munafik

14 Mei 2011   18:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Pengantar : Tulisan ini dibuat di satu malam jam 01.17 dari apartemen Jakarta. Di balik kaca jendela, langit kelam sepi tanpa tampak bulan dan bintang karena hujan yang masih tersisa sedikit. Emosiku tak berpihak pada siapa dan apa pun ketika menulis tulisan ini. Tidak kepada malam, tidak kepada bulan bintang, tidak juga kepada ego dan kenaifanku. Aku berbaur dalam aneka kata, lagu dan emosi yang sempat terpotong-potong. Kubuat diriku tersesat dalam menentukan posisiku berada, karena aku sedang belajar menemukan diriku. Memori dan ingatan pernah jadi belenggu akan aku, dan itu tak pernah bisa kulepas sampai detik ini. Aku tersesat, tapi aku tak sendirian. Ada kebebasan yang menungguku di suatu tempat, aku hanya perlu membuka topeng dan belajar tak mempercayai sekitarku. Aku berjalan sendirian, bangkit sendirian. Cuma kamu, Cuma kamu, dan Cuma kamu itu, mereka Cuma kata-kata hipnotis yang perlahan pasti membuatku semakin jauh dari jalan Lebih Baik ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun