::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Pengantar : Tulisan ini dibuat di satu malam jam 01.17 dari apartemen Jakarta. Di balik kaca jendela, langit kelam sepi tanpa tampak bulan dan bintang karena hujan yang masih tersisa sedikit. Emosiku tak berpihak pada siapa dan apa pun ketika menulis tulisan ini. Tidak kepada malam, tidak kepada bulan bintang, tidak juga kepada ego dan kenaifanku. Aku berbaur dalam aneka kata, lagu dan emosi yang sempat terpotong-potong. Kubuat diriku tersesat dalam menentukan posisiku berada, karena aku sedang belajar menemukan diriku. Memori dan ingatan pernah jadi belenggu akan aku, dan itu tak pernah bisa kulepas sampai detik ini. Aku tersesat, tapi aku tak sendirian. Ada kebebasan yang menungguku di suatu tempat, aku hanya perlu membuka topeng dan belajar tak mempercayai sekitarku. Aku berjalan sendirian, bangkit sendirian. Cuma kamu, Cuma kamu, dan Cuma kamu itu, mereka Cuma kata-kata hipnotis yang perlahan pasti membuatku semakin jauh dari jalan Lebih Baik ku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI