Mohon tunggu...
Dwi Pakpahan
Dwi Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

WNI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musisi Juga Manusia

17 Maret 2021   22:41 Diperbarui: 17 Maret 2021   23:07 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku ditahan La. Sekarang di kantor polisi. Aku dijebak, aku gak salah,” suara dari seberang sambungan telepon membuat Lula bagaikan disambar petir.

“Ditahan?” tanyanya tak yakin.

“Iya La. Tapi aku gak bersalah. Percayalah. Aku bersih.”

Setelah menanyakan alamat kantor polisi tempat Gilang, pacarnya ditahan. Sambungan telepon diputuskan sepihak oleh Lula.

Dengan diliputi suasana panik, Lula memesan taksi on line lalu menuju tempat Gilang berada.

“Benar La, aku gak bersalah. Aku dijebak. Manajerku sudah menghubungi pengacara. Aku pasti bebas. Kau harus percaya,” kalimat itu lagi yang didengar Lula ketika bertemu Gilang di kantor Polisi.

“Aku gak tahu harus bilang apa Lang. Kau buktikan saja dulu. Bagaimana aku bisa bicara sama Bapak kalau kau masih ditahan,” Lula berujar pelan tak yakin.

“Aku janji akan buktikan. Kita jangan putus ya La,” Gilang memohon.

Mungkin karena permohonan Gilang atau memang dia sangat mencintai pacarnya, akhirnya Lula mengangguk pelan.

***

Bagaimana dia bisa menjelaskan sama Bapak kalau pacarnya tidak bersalah sementara Gilang ditahan. Lula menghirup napas perlahan-lahan.

Hubungannya dengan Gilang sudah memasuki tahun kedua. Selama dua tahun ini mereka belum mendapatkan restu dari orangtuanya terutama Bapak Lula.

Bapak Lula tidak menyukai Gilang karena Bapaknya telah berniat menjodohkannya dengan Abidin, anak sahabatnya. Abidin yang seorang Dosen. Pekerjaan yang punya masa depan menurut bapak.

Di mata bapaknya Abidin adalah seorang yang baik, bertutur kata sopan dan rapi. Sementara Gilang itu musisi yang baru merintis karirnya. Gilang seorang penyanyi.

Bapak Lula sangat tidak menyukai pekerjaan musisi. Menurutnya musisi itu tidak mempunyai masa depan dan rawan dengan dunia malam, narkoba serta miras. Belum lagi melihat penampilan musisi yang tidak pernah rapi menambah minus pekerjaan musisi di mata Bapak Lula.

Tapi sekarang Gilang ditahan karena kasus narkoba. Kalau begini kejadiannya, bagaimana Lula bisa memperjuangkan hubungannya di depan Bapak?

Kepala Lula pening. Dia mencintai Gilang apa adanya. Mungkin karena suara Gilang yang merdu atau pembawaannya yang santai atau ...entahlah. Cinta tidak harus butuh alasan kan?

Semoga bapak tidak mengetahui keadaan Gilang sekarang. Tapi Lula tidak yakin. Pasti berita tertangkap Gilang sudah tersebar di seluruh media.

“Mbak, sudah sampai,” suara driver taksi on line membuyarkan lamunannya.

“Iya Pak, terima kasih.” Setelah membayar, Lula masuk ke rumah.

Ini sudah malam, pasti kedua orangtuanyan sudah tidur, pikir Lula ketika melihat arloji di pergelangan tangannya. Pukul setengah sebelas. Tadi dia pulang kerja langsung menemui Gilang di kantor polisi.

“Dari mana kau? Melihat kekasihmu yang ditahan?”

“Ba ...pak?” Lula melonjak kaget.

Ternyata Kedua orangtuanya telah menunggu kedatangannya di ruang keluarga. Mereka duduk di sofa melihat Lula.

“Bapak tahu darimana?” Lula balik bertanya. Gawainya telah dimatikannya supaya tak ada yang bisa menghubungi. Pasti dari media.

“Sudah menjadi topik berita dari tadi siang di televisi, seorang musisi yang tak jelas masa depannya Gilang Darmawan ditangkap karena narkoba,” jawab Bapak dengan nada menghina.

“Sudah Bapak bilang, jangan kau pacaran sama dia. Lebih baik Abidin. Inilah akibatnya pacaran sama musisi!” Bapak berdiri menatapnya dengan sorot kemarahan.

Lula yang dari tadi belum sempat duduk, masih berdiri berhadapan muka dengan bapaknya. Dia hanya membisu memperhatikan bapak.

“Pak, sudah. Kasihan Lula, dia baru pulang. Pasti capek,” Ibu menenangkan bapak.

“Lihat cintamu kini. Cinta apaan. Kau saja yang gak membuka hati sama Abidin. Dia lebih baik dari Gilang. Dosen pasti lebih terjamin masa depannya.”

“Pak, kata Gilang, dia dijebak. Dia gak bersalah. Dia sudah sewa pengacara,” Lula membela Gilang.

“Dijebak? Buktikan saja dulu. Bapak mau lihat ada gak musisi yang bersih. Tapi kalau terbukti dia bersalah. Kau putuskan dia. Bapak gak mau nerima menantu mantan narapidana. Mengerti kau?”

“Iya pak.”

“Baguslah kalau kau mengerti,” Bapak masuk ke kamarnya dengan membanting pintu.

***

“Lang, kata bapak kalau kau terbukti bersalah. Kita harus putus. Bapak gak mau punya menantu mantan narapidana,” kata Lula ketika mengunjungi Gilang kedua kalinya.

“Sudah kuduga La. Tapi kau harus percaya, aku gak salah. Selama ini kau tahu kalau aku gak pernah berhubungan dengan barang haram itu. Aku memang bukan pemakai dan aku juga mau buktikan pada Bapak kalau aku musisi yang bersih.”

“Aku percaya padamu...tapi kalau kenyataanya berbeda. Aku bisa bilang apa.”

Kenyataan kalau Bapak Lula tidak menyukai musisi, Gilang sudah tahu sejak mereka resmi pacaran. Itu sebabnya dia tidak berani menemui Bapak Lula.

Makanya dia berjuang keras agar bisa diterima di industri musik. Dia ingin menunjukkan kalau musisi juga punya masa depan.

Sekarang setelah namanya mulai terkenal, karir dan uang telah diraihnya, dia tersandung kasus narkoba

Walaupun dia musisi, keluarganya selalu mengajarkan untuk menjauhi narkoba. Tapi sekarang dia malah terjebak. Dia berada di waktu dan tempat yang salah.

“Lang,” Lula memanggil namanya.

“Maaf ya La. Peristiwa ini di luar dugaanku. Aku menyayangimu dan aku gak mau kehilanganmu.”

“Aku juga Lang. Aku sudah nyaman denganmu.”

“Tenang aja La. Kemarin aku sudah bicara dengan pengacara. Katanya aku bisa bebas.”

“Benarkah? Aku berdoa untuk itu Lang.”

“Iya. Pasti. Makasih ya La. Kau tetap berada dipihakku saat aku jatuh.”

***

Hari ini hari yang paling membahagiakan bagi Lula, karena ini sidang terakhir Gilang. Dan hasil sidang terakhir menyatakan bahwa Gilang terbukti tidak bersalah. Betapa melegakan.

Setelah berkali-kali hadir mendampingi Gilang di persidangan dengan beban moral perkataan bapak yang selalu mengancamnya untuk putus kalau Gilang terbukti bersalah. Akhirnya, kebenaran itu datang juga.

Bunyi gawai membuat Lula berhenti berjalan. Rencananya hari ini dia akan makan malam berdua dengan Gilang untuk merayakan keputusan hakim.

Layar ponselnya menampilkan pemanggil yang bernama Bapak. Ada apa? Apakah bapak sudah tahu hasil persidangan dari media sosial?

“Ya, Pak?” Lula menjawab panggilan.

“Kau lagi berdua dengan Gilang?”

“Iya. Kenapa pak?”

“Kalian datang ke rumah sekarang. Makan malam di rumah. Bapak mau mengenal calon menantu Bapak lebih dekat.” Lalu Bapak memutuskan sambungan telepon.

Gilang yang berdiri di samping Lula memandangnya.

“Apa kata Bapak?” tanyanya penasaran.

“Sepertinya Bapak sudah siap mempunyai menantu musisi,” jawab Lula penuh arti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun