“Hush, gak baik ngomongin atasan sendiri. Nanti kamu bakal tahu juga dengan sendirinya,” Salsa melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan Bela yang cemberut.
Ya, suatu saat nanti, Bela akan tahu sendiri bagaimana karakter asli pak Panji itu, gumam Salsa dalam hati.
Selama ini pekerjaan sebagai sekretaris pribadi pak Panji membuat Salsa terus merasa dilema dan jiwanya tidak tenang. Pak Panji sering menawarkan penawaran yang tidak sesuai hati nuraninya.
Penawaran yang juga tidak sesuai prinsipnya tapi mungkin menggiurkan bagi sebagian wanita di luar sana.
Salsa memutuskan untuk resign daripada terus mendengar penawaran dari pak Panji. Berkali-kali dia menolak tawaran itu tetapi pak Panji tetap tak menyerah.
Setiap ada kesempatan, mantan atasannya itu selalu menyodorkan tawaran itu. Dia takut kalah dan terbujuk sehingga menerima penawarannya jika masih bekerja.
Dia harus menjauh dari kehidupan Pak Panji. Sebenarnya dia sangat menyukai pekerjaannya sebagai sekretaris, profesi itu adalah idamannya semasa kuliah. Tapi prinsipnya lebih penting dari pekerjaannya.
Suara Pak Panji dengan penawarannya masih tersimpan jelas diingatan Salsa.
“Salsa, bagaimana kalau kita menjalin hubungan lebih dari sekedar sekretaris dan direktur? Profesional merangkap personal? Saya akan membiayai segala keperluan kamu. Uang bulanan, apartemen, apapun yang kamu minta akan saya penuhi. Tapi istri saya jangan sampai tahu ya.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H