Keanekaragaman hayati di bumi ini diwarnai dengan adanya berbagai macam tumbuhan dan tanaman dengan kelemahan dan keunggulan masing-masing. Berkat ciptaan Tuhan keanekaragaman sifat tumbuhan di bumi memiliki masing-masing nomor koleksi (aksesi) yang dinamakan dengan plasma nutfah.
Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan tanaman karena disini tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing karakter genotipnya untuk dijadikan modal atau sumber melakukan pemuliaan tanaman. Aksensi berhubungan dengan identitas suatu sifat yang dimiliki oleh individu tanaman atau tumbuhan, bila aksensi tidak ada satupun yang dimiliki suatu sifat yang diinginkan, maka pemulia tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit individu untuk menciptakan suatu sifat baru.
Beberapa cara yang dilakukan oleh pemulia tanaman yang dilakukan antara lain adalah persilangan, galur murni, introduksi bahan koleksi, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau bahan kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplasma/inti sel, manipulasi urutan gen, penyinaran gamma, dan manipulasi regulasi gen.
Tanaman pangan di Indonesia yang sering dilakukan pemuliaan tanaman adalah jagung yang merupakan tanaman multiguna, karena hampir seluruh bagian tanamannya bernilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh ternak dan manusia. Jagung dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan pakan karena sebagai sumber energi dan protein.
Komposisi biji jagung yang masak fisiologis terdiri atas 6% pericarp, 82% endosperma, dan 12% lembaga. Kandungan protein jagung pada umumnya  berkisar 8-11 %, namun kandungan lisin dan triptofannya rendah, masing-masing 0,0225% dan 0,05% sehingga masih kurang dari separuh yang disarankan oleh Food and Ariculture Organization.
Petani di Indonesia khususnya tanaman pangan menginginkan produktivitas pangannya bermutu tinggi dengan adanya varietas unggul yang tahan akan cuaca, hama, dan penyakit, terkhususnya mampu berproduksi lebih tinggi dan terbukti menghasilkan pada hitungan luasan ton. Contohnya adalah tanaman pangan berupa jagung harus mampu berproduktivitas tinggi dan bebas dari hama dan penyakit.
Selain itu tanaman pangan seperti jagung harus memiliki nilai gizi tinggi selain kandungan karbohirat yang terkadung. Diantaranya memiliki kandungan provitamin A tinggi, kandungan protein tinggi seperti lisin dan triftofan, kandungan antosianin pada jagung berwarna ungu dan kemudian dengan kandungan Amilopektin yang tinggi pada jagung ketan yang berwarna putih.
Ini semua dapat diwujudkan berkat pemulia tanaman pangan yang berhasil untuk menciptakan jagung variasi gizi untuk kepentingan masyarakat guna pemenuhan kebutuhan akan gizi.
Secara tidak langsung petani merasa puas bila kebutuhan jagung kepada masyarakat meningkat, karena dapat menggantikan kebutuhan beras dan sayuran yang dirasa membosankan, karena kandungan jagung variasi gizi mampu menggantikan kedua kebutuhan pangan tersebut.
Beberapa varietas jagung memiliki variasi gizi berkat pemulia tanaman dapat saya ulas adalah sebagai berikut:
- Jagung protein tinggi (QPM)
Awal dari perbaikan genetik terhadap mutu protein dipicu oleh penemuan gen-gen apaque (buran) dan floury yang dilaporkan dapat mengubah kandungan lisin dan triftofan pada endosperma biji.
- Jagung Putih (Pulut)
- Jagung tinggi provit A
- Jagung ungu (antosianin)
 Dengan berbagai penemuan pemuliaan varietas gizi jagung tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia khusus anak balita. Petani Indonesia harus dapat menaikkan produktivitas jagung varietas gizi pada lahan yang lebih luas dengan berbagai rekomendasi pemulia tanaman sesuai varietasnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H