Alhasil, sekarang kita harus sarapan 3 potong roti dan 2 gelas susu dengan hasil petikan hanya sejumlah 700 gram (Rasio semakin menyusut menjadi 0,7:5). Total output pun semakin menurun dan nilai input justru semakin melonjak.
Itulah analogi yang sedang terjadi di dunia sekarang ini. Selain disebut juga sebagai Rasio Surplus Energi, rasio ini memiliki nama ilmiah yaitu EROEI Ratio atau Energy Return on Energy Invested.
Jika dulunya minyak bumi mudah dijangkau, hari ini minyak bumi pun semakin sulit dijangkau.
Oleh karena itu, permasalahannya bukan terletak pada menipisnya cadangan minyak dunia, tetapi masalah sebenarnya yaitu jatuhnya nilai rasio surplus energi tersebut.
Hal ini terjadi berdasarkan prinsip low hanging fruit tersebut. Akibat eksploitasi secara kontinuitas, minyak bumi pun semakin sulit didapatkan sehingga dibutuhkan biaya yang semakin mahal untuk memperolehnya.
Untuk mempertahankan produksi minyak, tidak ada jalan lain selain menggali lebih dalam lagi atau eksplorasi sumber minyak baru di tempat lain yang lebih jauh. Kedua pilihan tersebut tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit
Hal ini pun berakibat pada semakin mahalnya ongkos produksi minyak (input semakin mahal) dan output minyak bumi pun semakin mengalami penurunan. Akibat semakin mahalnya penggerak perekonomian kita tersebut, biaya hidup pun juga ikut semakin mahal.
sumber : http://stuartmcmillen.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H