Mohon tunggu...
widya syah putri
widya syah putri Mohon Tunggu... Sales - Mahasiswa

"hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi tanda manusia masih hidup adalah ketika ia mengalami ujian, kegagalan dan penderitaan" -Socrates

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Biaya Hidup Semakin Mahal?

6 Juli 2023   23:17 Diperbarui: 6 Juli 2023   23:29 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://clydestyle.org/

Konsep Low Hanging Fruit mengatakan bahwa manusia cenderung menyelesaikan tugas termudah lebih dahulu. 

Bisa dibilang bahwa energi adalah penggerak utama perekonomian dunia. Energi utama yang menjadi penggerak ekonomi dunia adalah energi dari minyak bumi.

Hampir semuanya pun tergantung sama minyak. Baik sektor manufaktur, pertanian, hingga transportasi. Pada pertengahan abad ke 19 hingga abad ke 20, minyak bumi masih melimpah ruah, sehingga kakek nenek kita hidupnya sangat makmur.

Hari ini, sayangnya cadangan minyak bumi semakin menurun sehingga membuat harga minyak semakin mahal dan biaya hidup pun juga ikutan semakin mahal. Namun, permasalahannya bukanlah sesimpel karena penyusutan cadangan minyak dunia. 

Prinsip low-hanging fruit dari ilmu Ekonomi bisa menjelaskan mengapa biaya hidup semakin mahal sedangkan pendapatan cenderung stagnan.

Misalnya, kita tinggal di pondok kayu di tengah-tengah kebun ceri. Pada awalnya, buah ceri sangatlah melimpah di sekitar kebun. Untuk memudahkan usaha, tentu kita akan cenderung memetik buah ceri dari pohon terdekat serta buah yang tergantung lebih rendah atau lebih terjangkau oleh jangkauan tangan kita.

Karena hanya perlu lebih sedikit tenaga untuk memetik ceri dengan jangkauan termudah, maka kita hanya butuh sarapan yang tidak terlalu banyak berupa sepotong roti dan segelas susu sebagai tenaga. Asumsikan kita dapat memetik ceri hingga sebanyak 1 kg (dengan rasio awal sebesar 1:2).

Setelah kita petik terus menerus, lama kelamaan stok buah ceri di jangkauan paling mudah tentu akan semakin menipis. Sekarang, kita harus mengeluarkan lebih banyak tenaga untuk memetik ceri yang tergantung di tempat yang lebih tinggi di pohon yang letaknya lebih jauh.

Jika dulu kita dapat memetik ceri sebanyak 1 kg dengan hanya sarapan 1 potong roti dan segelas susu, sekarang kita pun hanya mampu memetik ceri sebanyak 900 gram karena terbatasnya tenaga (Rasionya menjadi 0,9:2). Dari sinilah, output mulai mengalami penurunan.

Demi mempertahankan hasil petikan sebanyak 1 kg, sekarang kita harus sarapan lebih banyak lagi dari biasanya agar lebih bertenaga. Untuk menaikkan atau mempertahankan output, kita pun harus menambah input. Saat ini, kita harus sarapan 2 potong roti dan segelas susu. Hasilnya kita dapat memetik ceri sebanyak 1 kg lagi seperti biasanya (Rasionya menurun menjadi 1:3). Alhasil, untuk mempertahankan jumlah output kembali seperti biasa, nilai input haruslah naik.

Lama kelamaan, stok buah ceri semakin menipis karena terus menerus dipetik setiap hari. Untuk sekarang ini pun, kita harus memetik ceri di tempat yang semakin jauh dan sulit dijangkau. Kita pun harus mengeluarkan lebih banyak tenaga dengan hasil petikan yang semakin menurun.

Alhasil, sekarang kita harus sarapan 3 potong roti dan 2 gelas susu dengan hasil petikan hanya sejumlah 700 gram (Rasio semakin menyusut menjadi 0,7:5). Total output pun semakin menurun dan nilai input justru semakin melonjak.

Itulah analogi yang sedang terjadi di dunia sekarang ini. Selain disebut juga sebagai Rasio Surplus Energi, rasio ini memiliki nama ilmiah yaitu EROEI Ratio atau Energy Return on Energy Invested.

Jika dulunya minyak bumi mudah dijangkau, hari ini minyak bumi pun semakin sulit dijangkau.

Oleh karena itu, permasalahannya bukan terletak pada menipisnya cadangan minyak dunia, tetapi masalah sebenarnya yaitu jatuhnya nilai rasio surplus energi tersebut.

Hal ini terjadi berdasarkan prinsip low hanging fruit tersebut. Akibat eksploitasi secara kontinuitas, minyak bumi pun semakin sulit didapatkan sehingga dibutuhkan biaya yang semakin mahal untuk memperolehnya.

Untuk mempertahankan produksi minyak, tidak ada jalan lain selain menggali lebih dalam lagi atau eksplorasi sumber minyak baru di tempat lain yang lebih jauh. Kedua pilihan tersebut tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit

Hal ini pun berakibat pada semakin mahalnya ongkos produksi minyak (input semakin mahal) dan output minyak bumi pun semakin mengalami penurunan. Akibat semakin mahalnya penggerak perekonomian kita tersebut, biaya hidup pun juga ikut semakin mahal.

sumber : http://stuartmcmillen.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun