Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Cerita Bergambar untuk Memperkenalkan Nilai Gender

2 Februari 2023   10:29 Diperbarui: 2 Februari 2023   10:35 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menanamkan nilai-nilai dan keadilan gender, Pendidikan merupakan aspek  yang paling strategis. Jadi pendidikan merupakan kunci untuk mempromosikan kesetaraan gender (Dorji, 2020). Kenyataan di lapangan, bias gender masih tertanam di sebagian masyarakat. Misalnya apabila seorang laki-laki memasak, mengurus anak atau membersihkan rumah masih dianggap aneh.

Mungkin kita sering mendengar seorang ibu berkata, "Anak laki laki kok cengeng! Pakai rok saja!" atau " Anak perempuan jangan memanjat, bahaya!". Hal ini terjadi karena tanpa disadari dalam benak kita mengatakan bahwa  anak laki-laki itu kuat,  tegas, agresif, pemberani sedangkan anak perempuan  lembut, keibuan, afektif, sabar, penyayang. 

Pendapat tersebut di atas tentu tidak benar karena mengandung bias gender. Terjadinya perbedaan ini disebabkan  salah menginterpretasikan sudut pandang, sehingga menimbulkan diskriminasi dan kerugian ada di pihak perempuan.(Worthen & Sullivan, 2005). Akibat nyata dari bias gender adalah diskriminasi gender, pelecehan dan kekerasan seksual serta kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu nilai-nilai gender harus diperkenalkan sejak dini.

Salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai gender pada anak adalah dengan membacakan buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar sangat disukai oleh anak-anak, dan merupakan salah satu sumber belajar yang menarik. Hal ini disebabkan cerita dapat divisualisasikan dengan gambar dan warna-warnanya pun  menarik sesuai dengan latar dan alur cerita. (Dellya Halim & Ashiong Parhehean Munthe, 2019).

Dari permasalahan masih minimnya pengetahuan tentang nilai-nilai gender, penulis bersama tim peneliti Ibu Aprillian Ria Adisti, mencoba untuk memperkenalkan nilai-nilai gender sejak dini. Dan yang paling berpengaruh dalam menyampaikan dan membiasakan nilai gender ini adalah para guru di TK/RA/BA/PAUD. Selain itu para guru TK/RA/BA/PAUD  lah yang mengetahui  kegiatan-kegiatan apa saja yang tepat yang bisa diterapkan untuk mendukung nilai-nilai gender. Salah satu media yang mudah dimengerti dan menarik bagi anak usia dini adalah melalui cerita bergambar.

Namun penulis dan tim peneliti  belum pernah menemukan  cerita bergambar yang khusus menanamkan nilai-nilai gender. Sehingga kami mempunyai ide, melatih menulis para guru TK/RA/BA/PAUD untuk membuat cerita bergambar bertemakan nilai nilai gender.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan proyek penelitian  pengabdian kami adalah, pertama persiapan, yaitu koordinasi antara tim peneliti dengan seorang penulis professional, kemudian berkomunikasi dengan ketua Ikatan Guru Roudhatul Athfal (IGRA), dan Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI), serta para Kepala Sekolah BA dan PAUD, untuk mengirimkan guru-guru yang bersedia mengikuti pelatihan menulis.

Sebelum dilaksanakan pelatihan menulis, kami sebagai tim peneliti lebih dahulu memberi materi tentang nilai-nilai gender, untuk membekali pengetahuan para guru. Sesudah itu diberi teori dan praktik menulis baik melalui online mapun offline.

Para guru sangat antusias mengikuti pelatian menulis. Pelatihan menulis ini dilaksanakan secara offline dan online. Semula para guru ragu atas kemampuan mereka, tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari Mbak Arinda Safa, seorang penulis professional, akhirnya semua bisa menyelesaikan tulisannya.  Tulisan dari para guru dikemas dengan ilustrasi yang menarik, sehingga diharapkan anak-anak tertarik dan mudah memahami ceritanya.

Adapun cerita yang dibuat para guru  mudah dimengerti, mengandung unsur kesetaraan gender dan ada pesan moral yang menguatkan karakter anak, seperti Jujur, bertanggung jawab, peduli,rendah hati, sopan, disiplin, suka berbagi dan lain sebagainya.

Berikut adalah contoh naskah yang ditulis oleh penulis,

Halaman 1

Ibu sedang bezuk tetangga di rumah sakit. Izan di rumah bersama ayah. Ketika masuk dapur, Izan melihat ayah sibuk mencuci piring.

Ilustrasi :

Ayah mencuci piring. Izan (4 tahun, mata sipit, agak kurus) disamping ayah agak mendongak.

Halaman 2

"Ayah, Izan mau bantu mencuci ya?"

"Boleh, Ayah ambilkan kursi kecil ya, biar Izan bisa mencuci kayak ayah."

Ayah menaruh kursi kecil di bawah tempat cuci piring. Izan naik di atas kursi sehingga dia bisa leluasa mencuci gelas.

Ilustrasi

Izan mencuci piring bersisihan dengan ayah.

Halaman 3

Izan menirukan ayah mencuci gelas. Busa dimasukkann di air sabun, kemudian diusapkan di dalam dan di luar gelas. Namun tiba-tiba ...

Prang!!

Karena licin, gelas yang dipegang Izan jatuh dan pecah. Izan sangat kaget. Ia juga takut kalau ayah marah.

"Maaf, Ayah. Izan tidak sengaja."

Ilustrasi

Gelas meluncur jatuh, Izan kaget.

Halaman 4

Ayah mengambil sapu dan kardus. Ayah segera menyapu pecahan kaca. Dengan hati-hati, Izan turun dari kursi. Ia membantu ayah memungut pecahan kaca, kemudian dimasukkan ke dalam kardus.

"Ayah tidak marah pada Izan?" tanya Izan menatap ayah.

"Kenapa marah? Izan kan sudah bantu ayah," jawab ayah tersenyum. Izan lega sekali.

Ilustrasi

Izan dan ayah bersama-sama membersihkan pecahan gelas.

Halaman 5

"Ayah, bolehkan Izan membantu lagi?"

"Boleh sekali," jawab Ayah.

"Terma kasih, Ayah. Izan janji akan lebih hati hati."

"Sip!!"kata Ayah sambil mengacak rambut Izan.

Kali ini Izan sangat hati-hati. Ketika ibu datang, pekerjaan ayah dan Izan sudah selesai.

Ilustrasi :

Ibu datang. Piring dan gelas sudah tertata rapi.

Demikian contoh sederhana cerita untuk anak RA/BA/TK/PAUD yang mengandung nilai gender dan Pendidikan karakter. Diharapkan anak sudah mulai mempunyai sudut pandang bahwa mencuci piring itu bukan pekerjaan perempuan. Adapun pesan moral yang berupa pendidikan karakter anak adalah : peduli, suka membantu dan bertanggung jawab.

Dengan menulis cerita bergambar tentang nilai gender pada anak, diharapkan para guru bisa menyampaikan nilai gender pada anak didik dengan mudah dan anak-anak antusias mendengarkan cerita karena gambar sangat menarik. Selain itu guru juga diharapkan bisa meningkatkan ketrampilan menulisnya yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

Demikian cerita pengalaman penulis ketika melaksanakan penelitian pengabdian masyarakat.

Adisti Aprilian Ria & Widyastuti (2021). Creating Kids Short Stories by Introducing Gender Values. Sukoharjo: Oase Pustaka.

Adisti Aprilian Ria & Widyasturi (2022). Kumpulan Kisah Anak Hebat. Cirebon : LovRinz Publishing.      

Dorji, T. (2020). Gender Responsive Pedagogy Awareness and Practices: A Case Study of a Higher Secondary School under Thimphu Thromde, Bhutan. International Journal of Linguistics and Translation Studies, 1(2), 100--111. https://doi.org/10.36892/ijlts.v1i2.21.

Halim Dellya & Munthe  Ashiong Parhehean.(2019). Dampak Pengembangan Buku Cerita Bergambar Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,  9  (3), 203-216

Uno, Hamzah & Lamatenggo, Nina. (2011). Teknologi Komunikasi & Informasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Worthen, J. B., & Sullivan, P. V. (2005). Gender bias in attributions of responsibility for abuse. Journal of Family Violence, 20, 305311.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun