Mohon tunggu...
Widyastuti
Widyastuti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Budaya Sehari-hari antara Orang Indonesia dan Orang Amerika Serikat

3 November 2021   17:36 Diperbarui: 18 November 2021   22:00 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Widyastuti, Nina Yuliana

Komunikasi merupakan sebuah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Setiap manusia butuh berkomunikasi dengan orang lain untuk bertahan hidup. Adanya fungsi komunikasi mendorong manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain antar budaya.

Srnover dan Porter (1972) berpendapat bahwa komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut mempunyai latar belakang budaya dan pengalaman yang berbeda. Latar belakang tersebut mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai. Komunikasi antarbudaya pada hakikatnya dapat menciptakan keselarasan dan kebersamaan, selain itu juga dapat saling memahami sisi-sisi perbedaan antar individu.

Di era Globalisasi ini, komunikasi antar budaya menjadi sesuatu yang hampir tidak bisa dielakkan. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dapat menyediakan kesempatan bagi berlangsungnya komunikasi antarbudaya. 

Dengan banyaknya platform media sosial  yang ada saat ini, sangat menjanjikan sebagai suatu sarana untuk meningkatkan komunikasi antarbudaya dari berbagai masyarakat yang berada di seluruh dunia. Menurut Deddy Mulyana (2008), tanpa harus meninggalkan negeri sendiri, fenomena komunikasi antarbudaya akan kita alami setiap saat, baik disengaja ataupun tidak.

Belum lama iniPerbedaan Budaya Sehari-Hari Antara Orang Indonesia Dan Orang Amerika Serikat Dalam Komunikasi Antar Budaya, saya berkomunikasi dengan teman saya melalu media sosial Instagram. Brittany Moore, seorang mahasiswa jurusan kimia di Missouri University of Science and Technology. 

Saat ini ia tinggal di Fairfax, Virginia, US. Kami berkenalan pertama kali melalui game online 'Among Us' yang sempat booming tahun lalu. Kami kemudian bertukar ID Snapchat dan mulai mengobrol melalui media sosial tersebut. Namun, saya memutuskan untuk menghapus media sosial tersebut, dan mulai mengobrol dengan Brittany melalui Instagram.

Selama berkomunikasi dengan Brittany, saya merasakan bahwa adanya perbedaan kebiasaan sehari-hari yang kami lakukan. Misalnya, saat memberi salam kepada orang yang lebih tua. Brittany mengatakan bahwa biasanya mereka hanya menyapa, diikuti dengan menyebut nama orang yang akan disapa, jadi seperti "halo Ms. Name". 

Berbeda dengan di Indonesia, biasanya saat bertemu dengan orang yang lebih tua yang kita kenal, orang yang lebih muda akan berjabat tangan sambil menempelkan hidung ke punggung tangan orang yang lebih tua (salim/salam) sebagai tanda hormat/ sopan santun. Ini merupakan budaya yang dilakukan secara turun-temurun dari zaman dulu di Indonesia.

Indonesia juga kental dengan budaya "tangan bagus", yaitu mengutamakan melakukan sesuatu seperti makan, berjabat tangan, memberi sesuatu, menerima sesuatu, atau melakukan hal lain dengan orang lain menggunakan tangan kanan. 

Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan tangan kiri, orang mungkin akan menganggapnya tidak sopan, terutama jika melakukannya dengan orang yang lebih tua. Melakukan sesuatu dengan tangan kanan ini juga sering diajarkan oleh para orang tua kepada anak-anaknya sedari kecil. Bahkan di sekolah pun para guru mengajarkan hal serupa kepada murid-muridnya. 

Namun, lain halnya di Amerika. Berdasarkan penuturan Brittany, tidak ada budaya seperti itu di sana. Mereka memang menggunakan tangan kanan mereka untuk banyak hal, tetapi tidak dianggap kasar/ tidak sopan jika menggunakan tangan kiri.

Indonesia memiliki beberapa makanan pokok untuk disantap sehari-hari, seperti sagu, singkong, jagung, dan ubi. Namun, diantara keempat makanan pokok tersebut nasi lah yang menjadi pilihan utama. Indonesia mencatatkan diri sebagai negara pengkonsumsi beras terbesar di dunia. 

Tercatat, masyarakat Indonesia mengkonsumsi sekitar 114 kilogram per kapita per tahun. Itu artinya, masyarakat Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan pokok yang dikonsumsi untuk asupan karbohidrat sehari-hari. Bahkan ada anggapan "Belum kenyang kalau belum makan nasi".

Jika di Indonesia orang-orang biasanya memakan nasi hingga dua atau tiga kali sehari sebagai makanan pokok, lain halnya di Amerika yang orang-orangnya jarang sekali memakan nasi sebagai makanan pokok mereka. Brittany mengatakan bahwa kebanyakan orang Amerika lebih sering memakan roti atau makanan lain dari pada nasi. Ia mengatakan bahwa orang tuanya sendiri biasanya lebih sering memakan roti atau makanan lain dari pada nasi. 

Mungkin sekitar empat kali dalam seminggu orang tuanya biasa memakan nasi. Namun, Brittany sendiri mengatakan bahwa ia cukup sering memakan nasi, karena alergi dan tidak bisa memakan gandum. Jadi biasanya ia memakan nasi sehari sekali. Ia juga mengatakan bahwa ia suka memakan nasi karena cocok dipadukan dengan makanan apapun.

Saya memberi taunya bahwa di Indonesia, kebanyakan orang makan menggunakan tangan dari pada menggunakan sendok atau garpu. Dia pun mengatakan bahwa ia baru mengetahuinya dan berpikir bahwa makan dengan menggunakan tangan akan lebih mudah dari pada harus menggunakan sendok dan garpu berulang kali. Dia juga mengatakan bahwa mereka hanya menggunakan tangan saat memakan makanan padat, seperti roti, beberapa daging, buah-buahan, sayuran, dan lain sebagainya.

Di akhir, saya bertanya apakah ada budaya/ kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari di Amerika yang berbeda dengan budaya/ kebiasaan dari negara lain. Brittany menjawab bahwa menurutnya, mereka tidak benar-benar memiliki banyak budaya/ kebiasaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari, karena banyak dari apa yang terjadi hanya didasarkan pada individu, bukan didasarkan atas sekelompok orang. Sedangkan di Indonesia sendiri ada banyak budaya/ kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara turun-temurun sejak jaman dulu.

Dari komunikasi yang saya lakukan dengan Brittany, saya menyadari bahwa ada banyak perbedaan budaya/kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari di antara kami. Saat itulah terjadi komunikasi antar budaya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang budaya, pengetahuan, pengalaman, dan nilai di antara kami berdua.

Adanya perbedaan budaya/ kebiasaan sehari-hari antara orang Indonesia dengan orang Amerika dapat dilihat di atas bahwa; ditemukannya perbedaan saat memberi salam atau menyapa orang yang lebih tua, perbedaan persepsi tentang penggunaan tangan kanan, perbedaan cara makan dan makanan pokok yang biasa dimakan sehari-hari. Adanya perbedaan ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang memiliki latar belakang budaya, pengetahuan, pengalaman, dan nilai tidak dapat berkomunikasi seperti pada umumnya. Malah sebaliknya, dengan adanya komunikasi antar budaya ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita terhadap budaya/ kebiasaan dari orang lain yang memiliki latar belakang budaya, pengetahuan, pengalaman, dan nilai yang berbeda dari kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun