Matahari baru saja tenggelam. Sinar matahari diganti cahaya lampu lampu di pelabuhan dan kapal kapal fery yang sedang bersandar. Kesibukan di pelabuhan sedikit berkurang . Penumpang tidak terlihat berdesakan lagi seperti tadi siang.
“Kita pulang.. “ujar lelaki muda itu pada akhirnya setelah beberapa lama kebisuan ada diantara mereka berdua.
“Aku ingin pergi.. “sahut Mentari sedikit mendesah . Terasa benar kegelisahan dalam kalimatnya.
“Aku tinggal lebih lama atau engkau akan pergi ?” tanya Lintar dibuat serius. Senangnya melihat wajah gadis di sebelahnya bertambah cemberut.
“Ahhh… aku serius. Kau tau bukan , ayah tidak suka hubungan kita”
“Aku tau “
“Lalu.. tidakkah kau takut ?”
“Takut untuk apa ?”
“Ah.. entahlah.. perasaanku tidak enak saat engkau tidak disini”
“Tidak ada yang akan terjadi Tari, aku janji delapan bulan lagi kita menikah”
Mentari diam. Tapi ujung jarinya tak berhenti mengorek ngorek lantai tempatnya berdiri. Seakan lantai itu bisa meredam kegelisahan hatinya.