Mohon tunggu...
Widya Selvi Kusuma Ningrum
Widya Selvi Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hidup adalah bagaimana kita bersyukur atas nikmat-Nya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aceh adalah Bagian dari Cinta

21 Desember 2022   21:40 Diperbarui: 21 Desember 2022   22:23 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aceh adalah Bagian dari Cinta

Saya Widya Selvi Kusuma Ningrum, mahasiswa Djuanda Bogor yang telah jatuh cinta kepada Bumi Aceh semenjak saat itu; saya lolos Pertukaran Mahasiswa Merdeka dan berkesempatan untuk berkuliah di Universitas Syiah Kuala. Saya tidak pernah menyangka akan menginjak bagian bumi terindah ini, saya sangat bersyukur dan tidak ingin menyianyiakan hal ini. 

Saat pertama kali saya tiba di Aceh, sudah barang tentu perbedaan yang sangat signifikan dengan pulau Jawa, terutama pada waktu. Untuk bagian waktu di Aceh dan di Bogor jamnya memang sama, namun waktu sholat di Aceh lebih lambat daripada Bogor, beda satu jam dikarenakan mungkin Aceh bagian kulon Indonesia jadi mataharinya tenggelam paling lama. 

Tidak hanya itu, dikarenakan kampus saya yang Swasta dibandingkan dengan kampus Universitas Syiah Kuala yang merupakan kampus PTN tentunya sistematika belajar mengajar berbeda, dari situ saya mulai beradaptasi dengan waktu dan lingkungan, hal ini tentunya menambah pengalaman saya yang begitu menarik.

Aceh adalah bagian dari cinta, ya memang.

Langitnya yang selalu memanjakan mata setiap harinya, benar-benar lukisan Tuhan paling indah yang pernah saya temui. Alam Aceh memang sangatlah cantik dan elok, dengan ke asli-an dan asri parasnya. Ketika menjelang magrib, saya selalu disuguhkan Aceh dengan langit yang merah merekah bercampur ungu disertai suara ngaji dari masjid, sungguh tiada dusta diantara nikmat-nikmat Tuhan yang Maha Esa.

Ketika pertama kali saya kuliah di Universitas Syiah Kuala, saya merasa sangat semangat karena melihat kampus yang begitu luas dengan bangunan yang begitu megah nan unik, terutama pada Fakultas Mipa, yang konon katanya dibuat mirip dengan bangunan Eropa.

Universitas Syiah Kuala adalah kampus tertua di Aceh, dengan dosen-dosen yang begitu kharismatik, berprestasi, serta mempunyai public speaking yang bagus terutama pada Bahasa Inggris. Hal ini tentunya membuat saya takjub dengan Universitas Syiah Kuala yang juga melahirkan mahasiswa dan mahasiswi berprestasi. 

Salah satu keunikan Universitas Syiah Kuala menurut saya adalah mempunyai Fakultas yang bidangnya mempelajari pencegahan Tsunami, karena saya baru menemukan Fakultas ini hanya di Universitas Syiah Kuala.

Tanpa kita sadari, kita selalu punya kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan merasakan pengalaman-pengalaman baru, dengan mengikuti Pertukaran Mahasiswa Merdeka adalah kesempatan emas untuk merasakan semua itu, terutama pada kegiatan Modul Nusantara.

Modul Nusantara adalah mata kuliah yang diwajibkan di Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Modul Nusantara adalah mata kuliah paling unik dan memiliki value yang sangat tinggi, serta bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa pada budaya, ras, culture pada daerah atau kota tempat mahasiswa diterima di PT Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Di terima di PT yang berada di Banda Aceh adalah keberuntungan saya menjadi Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka, selain alamnya yang indah untuk dinikmati, budaya Aceh begitu banyak dan menarik untuk dipelajari.

Modul Nusantara selalu mengajarkan saya bahwa Indonesia itu berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kita semua disini bersatu karena adanya cinta; cinta Indonesia serta cinta budaya pada setiap masing-masing daerah. 

Dengan adanya Modul Nusantara, jiwa nasionalisme saya selalu terbangun, agar tetap mencintai Indonesia lebih dalam dan mempelajari semua yang ada didalam Indonesia, karena kita disini bukanlah turis. Hal ini juga menyadarkan kami sebagai generasi muda yang tidak lupa akan sejarah. 

Dengan adanya Modul Nusantara, saya menjadi lebih berwawasan tentang budaya didaerah teman-teman saya tinggal. Saya mengetahui lagu daerah mereka, tarian daerah mereka, budaya daerah mereka, kebiasaan hidup daerah mereka, serta cerita asal-usul daerah mereka, yang tentunya selalu bersangkutan dengan kerajaan zaman dahulu. Mata kuliah khusus ini, biasanya dilakukan pada hari Sabtu-Minggu.

Menjadi pemuda yang tidak buta akan sejarah adalah salah satu investasi bangsa. Karena tidak semua pemuda di zaman sekarang mengingat akan sejarah dahulu yang pernah terjadi pada negeri kita. Sudah seharusnya kita menjadi generasi, untuk anak cucu kita nanti, membagi cerita kepadanya agar tidak putus sejarah-sejarah negeri kita.

Aceh memang bukan segalanya, tapi Aceh adalah salah satu surga dunia yang wajib kita rasakan kekayaan Budaya dan keindahan Alam. Di dalam Modul Nusantara, saya sudah mengunjungi beberapa tempat yang menjadi icon Banda Aceh salah satunya Museum Tsunami, dan sudah mencoba makanan dan minuman khas Banda Aceh salah satunya yaitu Mie Aceh dan Kopi Sanger.

Hidup di Aceh adalah pengalaman paling terbaik yang pernah saya rasakan. Saya mengetahui beberapa hal tentang Aceh, salah satunya hukum syariat di Aceh. Ternyata Aceh mempunyai hukum sendiri yaitu hukum Perda yang di sebut Qanun. 

Qanun ialah peraturan perundang-undangan sejenis peraturan daerah yang mengatur kehidupan masyarakat Aceh. Qanun memang di khususkan untuk Aceh guna kemaslahatan masyarakatnya. Qanun harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Aceh, misalnya tidak boleh bertentangan dengan aqidah, syariah, dan akhlaq yang didalamnya ada penjabarannya yaitu meliputi; ibadah, hukum keluarga, hukum perdata, hukum pidana, peradilan dan pendidikan.

Terlepas dari hal-hal yang menakutkan, Aceh adalah tempat yang membuat saya bisa untuk berdamai pada diri sendiri. Saya dan teman-teman yang jauh dari keluarga, membuat saya lebih bisa mandiri di negeri orang. Aceh membentuk dinamika kehidupan yang sangat kuat, Aceh mengajarkan banyak hal, banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil ketika saya hidup di Aceh. Saya bersyukur telah di pertemukan dengan teman-teman di bumi Aceh, menjadi hal yang tidak akan terlupa di waktu saya hidup, saya dapat merasakan syariat islam yang begitu real, membuat saya selalu belajar istiqomah dalam ibadah dan belajar.

Aceh Sayang

Oleh: Widya Selvi K.N

Seribu embun tetes di pagi hari, kasih

Menjadi lebih dingin ketika air Tuhan turun dibersamai rindu

Tak ada ujung untuk temu,

Merangkul semua kenangan, di Banda Aceh sayang.

Elok nan cantik parasnya; Alam Aceh

Tak satupun berani menyentuh,

Bagaimana agar cinta ini utuh?

Sedangkan hanya sebatas kenangan yang hampir membuat rapuh.

Tidak ada yang bisa meng-indahkan kita semua,

Melainkan Banda Aceh ini, sayang.

Yang mempertemukan semua warna,

Hingga hitam ialah yang merangkumnya.

Mencintaimu membuat kita kehilangan arah,

Akan lupa rasa bagaimana hidup kembali pada asal

Namun tak apa,

Kau adalah cinta dimana kita ada

Kau adalah kasih yang terbuat dari kisah

Kau adalah tempat yang membuat erat,

Hingga kami terlelap dan berat

Akan meninggalkan.

Sungguh kau adalah cinta dari segala bentuk cinta

Yang disembunyikan para dewa Alam

Yang mungkin, ingatan akan hadir setiap malam

Apakah kita harus menjadi Cut dan Teuku,

Untuk mencintaimu?

Mengerti resep mie Aceh?

Ataukah menuangkan kopi sanger pada gelas bambu?

Kita bukanlah seorang yang pandai mengerti banyak hal,

Terutama tentangmu; Aceh.

Namun, bagi kita

Kau adalah rasa yang tak bisa dikalahkan oleh apapun

Kala nanti kita berpisah

Menyudahi semua hal

Aku ingin melahirkan kembali,

Semua tawa yang menjadi satu di Aceh ini

Terimakasih sudah sedia menjadi saksi

Kala kita saling menyapa dan berpamitan nanti

Kita sayang akan padamu,

Banda Aceh yang nanti ku rindu.

Kemudian Hari

Oleh: Widya Selvi K.N

Nanti,

Saat kita sudah tak saling menyapa melalui mata

Menjadi asing karena tak pernah lagi bersama

Setidaknya kita pernah tertawa di bagian bumi yang sama

Di kemudian hari,

Kau memberi alih-alih bintang mati

Mengajak kami bernostalgia akan cinta dan kasih

Mengingat semua cerita dari malam hingga dini hari

Sungguh dilematis,

Suatu hari nanti,

Jika langitmu sudah tak lagi biru

Malammu kian sendu

Kami akan selalu mengingingatmu

Tiada yang bisa menggantikanmu; Aceh segudang rindu.

Akankah menjadi tangis yang begitu tragis?

Secara, bercecer cerita yang begitu ironis

Berbaur dalam hal yang begitu manis

Puisi apa yang memenangkan dari berbicara tentang hidup dan mati?

Aceh adalah pemenang dari segala bentuk kata

Sebab kau; Aceh

Melampui aksara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun