Kondisi semacam Tegal Mijin ini rupanya juga terjadi di banyak desa. Sucolor misalnya, yang masih terletak di dalam satu wilayah kecamatan dengan Tegal Mijin. Desa yang sungguh indah ini memiliki mata air, namun belum bisa dialirkan ke pemukiman penduduk. Lihatlah anak-anak ini, mereka mandi dengan air seadanya.
[caption id="attachment_381002" align="aligncenter" width="560" caption="Terbatasnya Akses Pada Air Bersih, Mandi Air Seadanya"]
Tegal Mijin dan Sucolor, dua desa ini masih jauh lebih bagus kondisinya, dibanding beberapa desa lainnya. Karena setidaknya meski jauh dari jangkauan, desa-desa tersebut masih memiliki sumber air dengan debit serta kualitas memadai. Banyak desa-desa lain yang memprihatinkan kondisinya, yang bila kemarau tiba harus bergantung pada suplay air dari tangki-tangki yang dibawa oleh instansi pemerintah atau PDAM. Kondisi ini berulang hampir setiap tahun. Misalnya pada tahun 2014 lalu
Bahkan pada kemarau 2013 lalu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso menyatakan Kabupaten Bondowoso dalam kondisi tanggap darurat bencana kekeringan. Kekeringan terjadi di 30 desa, lahan pertanian tak teraliri air, dan penduduk mengalami krisis air bersih.
Kondisi semacam ini bukan hanya terjadi di desa-desa minim air di Bondowoso atau pulau Jawa. Tapi di beberapa tempat lain di Indonesia. Bahkah untuk Pulau Jawa diprediksi tahun 2025 nanti krisis air akan semakin parah karena neraca air akan semakin turun di musim kemarau, sementara jumlah penduduk makin tinggi
Air memang salah satu kebutuhan kunci. Banyak orang tahu itu. Namun bagaimana kita semua memelihara kelestarian air? Saya yakin, jika semua orang tahu, akan ancaman krisis air ini, dan semua sadar bahwa kita bisa menjadi bagian dari solusi, maka semua pasti ingin berkontribusi.
Eksploitasi Di Sini, Rusak Di Sana
Saya teringat pertanyaan seorang siswa MTS ketika beberapa tahun lalu saya mengisi sebuah talkshow memperingati Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia. “kalau kita membuat kerusakan di suatu tempat, apakah efeknya hanya di lokasi itu saja, ataukah global?”
Pertanyaan cerdas tersebut patut menjadi perhatian bagi saya dan kita semua. Terkadang tak sadar kita melakukan over konsumsi, disini, tapi efeknya di sana. Misalnya, kita over menggunakan kertas atau tisu, itu kita lakukan di sini ditempat kita berada, namun bisa jadi di lokasi dimana kertas kita diproduksi akan terjadi krisis air akibat produksi kertas yang sangat rakus air.
Di sinilah kita butuh mengasah empati. Banyak hal yang terasa baik-baik saja di sini, di tempat saya, dan di tempat Anda. Tapi mari jangan menutup mata, banyak hal yang tak semestinya terjadi di sana.
Kiat-kiat pelestarian air