Mohon tunggu...
Widyanti Yuliandari
Widyanti Yuliandari Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, ASN, Penulis buku

Widyanti adalah blogger yang juga penulis buku yang saat ini mengetuai komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, sebuah komunitas yang mewadahi perempuan penulis. Kini Widya tengah menjalani pendidikan Master di program Magister Teknik Lingkungan, Institut teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Kesibukan kuliah tak membuatnya berhenti untuk menekuni blogging dan menulis buku. Saat ini Widya sedang menunggu proses penerbitan buku solo ke-5 nya yang bertema Pola Makan Sehat, Food Combining. www.widyantiyuliandari.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Berbagi Kisah: Pengalaman Memberikan ASI Eksklusif

14 April 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:37 4314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siapa yang tidak ingin memiliki anak yang tumbuh sehat, pintar dan bahagia? Kita semua pasti menginginkannya. Salah satu jawaban mujarab agar anak bisa berkembang seperti itu adalah "memberikan ASI Eksklusif". Apakah kita bekerja di luar rumah, atau hanya Ibu Rumah Tangga, memberikan ASI Eksklusif memberikan tantangan tersendiri. Berikut pengalaman saya.

Kampanye ASI eksklusif pertama kali saya kenal pada sekitar tahun 2002, pada waktu itu kakak baru saja mendapatkan putri pertama dan sangat bersemangat mencari-cari informasi melalui internet untuk dapat memberikan yang terbaik bagi putrinya.

Dan sayapun meski saat itu masih baru lepas dari bangku kuliah dan belum berkeluarga juga tak luput dari kampanye ASI eksklusif sang Kakak.

Tiba saat kami menunggu kelahiran anak pertama (Tahun 2005) beragam bacaan yang saya tekuni membuat saya dan suami semakin mantap untuk memberikan ASI Eksklusif bagi buah kami nantinya. Ternyata kenyataan tidak semudah yang saya bayangkan.

Bulan Juli 2005 lahir putra pertama kami, Alhamdulillah dengan proses persalinan normal (meski sangat melelahkan, menyakitkan dan berdarah-darah, namun juga teramat indah). Arundaya sairendra (Asa, begitu kami memanggilnya), Matahari kami, lahir dengan berat 3,3 kg normal, sehat, tak kurang suatu apa.

Setelah Asa Lahir bidan segera memberinya beberapa sendok air madu. Saya sangat berkeberatan karena saya sangat yakin anak saya akan baik-baik saja justru hanya dengan ASI Bundanya. Namun Bidan Bersikeras tetap memberikan air madu (yang telah disiapkan sejak sebelum jabang bayi lahir).

Kondisi saya yang sangat lemah saat itu ditambah kurang percaya diri (karena pengalaman anak pertama) membuat saya akhirnya luluh dan membiarkan saja prelactal feeding pada buah hati saya.

Beberapa saat kemudian, Bidan menyuruh suami saya untuk membeli dot dan susu formula yang diresepkannya di Apotek. Saya dan suami makin gusar, Bidan memaksa. Akhirnya kami mengalah, pupus sudah harapan memberikan Makanan terbaik bagi ASA.

Sepulang dari tempat praktek Bidan, saya bertekad untuk memberikan hanya ASI untuk anak saya. Namun lagi-lagi segalanya tidak mudah. Saya mengalami trauma pasca persalinan, kesakitan terus-menerus dan sangat lemah (saya menjalani episiotomi dan dengan belasan jahitan), sementara Asa kecil seringkali menangis mungkin kelaparan karena ASI belum lancar atau apa?

Akhirnya Ayah dan neneknya memberikan lagi susu formula pada Asa, mereka ingin saya lebih banyak istirahat terutama saat malam hari.

Setelah kondisi saya semakin membaik, saya baru bisa memberikan ASI dengan lancar pada buah hati saya, itu lakukan hingga Asa berumur 4 bulan. Dan dengan ASI pertumbuhan dan perkembangan Asa sangat menggembirakan.

Asa berumur 8 bulan ketika saya mulai hamil anak kedua kami. Pengalaman yang kurang enak dengan Bidan yang menangani kelahiran Asa membuat saya mencari Bidan Lain. Saya mendapatkan kandidat, seorang bidan yang sepaham dengan saya tentang pentingnya ASI ekslusif, Bolehnya seorang ibu menyusui meski sedang hamil, upaya dihindarinya episiotomi dll.

Akhirnya pada bulan Desember 2006 lahirlah Rani kecil. Alhamdulillah dengan proses normal yang sangat mudah, tanpa episiotomi yang menyakitkan. Begitu lahir Rani dilap, dibungkus selimut lalu diberikan ASI (waktu itu belum dikenal inisiasi dini di kota saya). Rani kecil begitu rakus minum ASI sejak awal dia mengenalnya sampai saat ini (sekarang dia 20 bulan).

Pengalaman membuktikan bahwa ASI eksklusif sangat-sangat berarti tidak saja untuk tumbuh-kembang anak, tetapi juga buat ibunya. Dua anak saya tumbuh dengan ASI, keduanya secara fisik memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari rata-rata anak seusianya (tinggi besar dan bukan gemuk), kecerdasannya juga sangat membanggakan misalnya saja Asa, Umur 13 bulan sudah pintar bicara, 18 bulan mulai menyanyi dan usia 2 tahunan menciptakan irama sendiri, usia 3 tahun Asa sudah bisa merangkai leggo menjadi bangunan bertingkat hingga lebih dari 10 tingkat. Begitu pula Rani 20 bulan sudah pintar bernyanyi, juga mulai meniru sang Kakak bermain leggo hingga bisa membuat sebuah kubus kecil sederhana.

Buat saya, memberikan ASI sangat berguna untuk mengembalikan bobot tubuh pasca melahirkan. Saat Hamil Asa BB saya mencapai 68 kg, dan turun menjadi 60 kg sesaat setelah melahirkan. Tidak lama kemudian, berat badan saya menjadi 56 kg, lalu turun lagi dan stabil di angka 54 kg.

Setelah melahirkan Rani,  BB makin cepat turun, mungkin ini karena saya juga melakukan senam nifas secara teratur. Hanya beberapa bulan setelah melahirkan Rani BB saya kembali pada angka 50 kg ( Berat badan yang sama dengan masa saya SMU hingga sebelum hamil!!). Hebat kan?

Tips Menjaga Pola Makan Saat Menyusui

Saat hamil hingga menyusui saya termasuk cukup menjaga asupan gizi. Rumusnya sederhana saja makan Nasi plus lauk pauk yang bergizi banyak sayur dan buah kadang ditambah susu. Saya juga mengurangi kopi, teh dan sama sekali tidak minum minuman bersoda dan berkarbonasi.

Awal menyusui banyak yang menyarankan perbanyak lalap daun-daunan terutama daun pepaya, juga sayur katuk. Ternyata saran sederhana tersebut saya rasakan manfaatnya. Ada juga yang menyarankan agar banyak makan kacang tanah sangrai, saran ini pun saya coba turuti.

Ternyata memang bermanfaat, ASI menjadi lebih banyak dan kental dan terasa lebih manis dan gurih hingga kedua anak saya makin suka menyusu.Banyak orang menyarankan Jamu, meski dengan berat hati saya coba juga. Alhasil bayi saya mencret-mencret, maka sejak saat itu saya tidak mau lagi mengkonsumsi jamu.

Cara Mempersiapkan ASI Perah

Karena saya juga bekerja di luar rumah, maka sebelum masa cuti bersalin habis, saya harus mulai memikirkan persediaan ASI Perah untuk makanan bayi saat saya mulai aktif di kantor nantinya. Saat menyusui Asa saya memerah ASI dg ditampung pada gelas lalu setelah jumlahnya banyak saya masukkan kantong plastik kecil, lalu disimpan di freezer.

Saat Menyusui rani saya punya cara yang lebih praktis:
1. Sediakan wadah plastik kecil bertutup rapat /semacam tupperware
2. tampung ASI perah langsung pada wadah tersebut, tutup rapat simpan di freezer
3. bila akan diberikan, rendam ½ sd ¾ dari tinggi wadah plastik tsb dlm air panas (air panas ditaruh dalam piring)
4. Bila ASI dalam wadah cukup hangat segera berikan pada bayi dengan sendok

Ingat Ya ! berikan dengan sendok. Jangan pernah berikan ASI perah pada bayi dengan botol/dot karena akan menyebabkan bingung puting. Karena mekanisme menyusu pada puting ibu sangat berbeda dengan menyusu pada dot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun