Mohon tunggu...
Widya Granawati
Widya Granawati Mohon Tunggu... Administrasi - I Love Freedom

Tertarik pada isu pendidikan, wanita, sosial dan hukum.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Masturbasi Intelektual, Puas (Pintar) Sendirian?

19 Juni 2018   10:55 Diperbarui: 19 Juni 2018   12:20 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam teori psikologi anak yang disebutkan oleh Pak Dono(Lupa nama panjangnya) disuatu acara seminar "yang paling bahaya itu ketika anak kita dididik untuk mendapatkan Pujian, akhirnya dia gak paham kenapa nilai baik harus dijalankan dan kenapa nilai buruk tidak boleh dijalankan, karena semata-mata dia melakukan sesuatu demi Pujian. Jadi orang tua, berhenti intervensi anak".

Teman saya pun pernah bertanya "Wid, mending IP pas-pasan tapi tahu substansi yang dipelajarin atau enggak tahu substansi dipelajarin". Saya jawab "ya mending tau substansi lah", "tapi kamu akan lebih salah klo IPmu pas-pasan dan gak tahu substansi, hidupmu sia-sia banget meurutku"

Jadi disini, saya gak memojokkan siapapun. Karena tipe mahasiswa dan siswa itu saya benci semuanya. Tapi saya pernah diposisi semuanya, siapa yang gak pengen UN 100? Siapa yang gak pengen cumlaude? Siapa yang gak pengen jadi penggerak(saya juga tukang demo kok dulu)? Siapa yang gak pengen diakui argumentasinya? Tapi ya sekali lagi ayah saya berkata "kamu harus tau betul kenapa kamu melakukan sesuatu bukan karena ikut-ikutan atau dianggap keren". Dan menjadi diri sendiri itu hal yang menyenangkan asal tetap bermanfaat, gausah ikutin harga pasar.

Dan suatu ketika ada obrolan di warung kopi teman saya bertanya "Lo suka demo wid?", "Suka kok, Cuma harus tau substansinya dulu sama tujuannya". Dia bilang "Gue Cuma heran kenapa mahasiswa sekarang gatau fungsinya sebagai mahasiswa agent of change". Saya pun dengan nyablaknya jawab "Lo mau triak sekarang capek pemerintah gak denger, atau belajar yang bener kembangin ilmu lo dan tampar pemerintah lalu pemerintah tertekan dan nurut? Bro, kita hidup pake strategi. Kalo memang tujuannya output kesejahteraan rakyat, strateginya benerin jadi yang top cer dan pikirin jangka panjangnya buat berjuang".

Kata seorang alumni yang nasihatnya dalem banget buat saya berkata gini "aku pikir dengan aku ikut organisasi, sertifikatku banyak, mengabaikan nilai, buka channel sana sini, aku cari kerja itu gampang. Ternyata gak segampang itu. Aku lupa sama ilmuku. Dalam dunia kerja 70% teori+30% soft skill. Bukan 100% teori+soft skill 0% atau teori 0%+soft skill 100%. Teori tetep dipakai, tapi managemen waktu, leadership, tahan tidaknya suatu tekanan kamu dapatkan diorganisasi dan komunitas diluar kelas." 

Kita gak diciptakan jadi EO, atau demonstran selamanya kan? Tapi juga buku teori bejipun tanpa tahu aplikasiin di dunia yang keras ini gak akan maksimal hasilnya. Jadi kesimpulannya, semuanya harus seimbang. Ada teori dan harus ada praktis dan tahu kenapa kita harus cerdas?

Dianggap pintar itu menyenangkan pake banget. Temennya banyak, gak gampang diremehin orang. Bersaing ilmu adalah bentuk feodalisme kekinian. Siapa yang ilmunya paling tinggi akan dihargai, tapi lebih bijak lagi, bahwa ilmu itu bukan piala pamer dan membodoh-bodohi orang yang gak tahu tapi sesuai dengan tujuan ilmu itu lagi. Bermanfaat bagi hidup orang banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun