Mohon tunggu...
Widya Apsari
Widya Apsari Mohon Tunggu... Dokter - Dokter gigi, pecinta seni, pemerhati netizen

menulis hanya jika mood

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Refleksi 13 Tahun Saya sebagai Dokter Gigi (Part 2)

14 Oktober 2022   23:42 Diperbarui: 15 Maret 2024   06:33 1514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

saya mencoba belajar membaca hasil pemeriksaan darah pasien, menghubungkan ke kondisi mulutnya, kemudian saya menganalisis penyembuhan luka pasca pencabutan terhadap terapi kemoterapi, kapan baiknya pasien dilakukan pencabutan jika masih dalam terapi kemo, bagaimana teknik mencabut gigi agar tidak beresiko menyebabkan kematian pada tulang disekitar gigi yang dicabut, dan lain-lain.

Saya bahkan pernah ditegur oleh dokter hematologi onkologi gara-gara saya tidak bisa menentukan batas aman trombosit untuk pencabutan gigi pada pasien leukemia. "Mba yang mau cabut gigi kok, masa saya yang harus nentuin batas trombositnya, tapi klo mba minta 100rb trombositnya, jelas itu ga mungkin ya" -----rasanya "deg"--------- 

Selama masa pendidikan saya kurang terpapar pengetahuan sistemik yang berhubungan dengan perawatan gigi, saya hidup dengan doktrin, SpPM itu ya ngurusin mucosa doang, kita ini "dokter penyakit dalamnya dokter gigi.. "

Dari situ mulai saya mencari jurnal bagaimana pertimbangan sistemik dalam tindakan gigi pada pasien leukemia. Dan saya mencari tahu berbagai hal tentang managemen dental pada pasien kanker. 

---------

Saya baru menyadari apa arti keberadaan saya di RS Kanker ini setelah 3 tahun, 2016 sampai 2019. yap, selama itu, karena berbagai hal dan kondisi kerja yang tidak bisa saya ceritakan disini, dan juga lingkungan sesama SpPM yang pada tahun itu saya merasa pekerjaan saya ini tidak mendapat dukungan.

Saya bahkan pernah di chat via wharsapp oleh senior saya sekolah bahwa saya menyalahi aturan karena saya SpPM namun saya mengerjakan tindakan gigi.

Padahal kan saya dokter gigi dengan kompetensi saya sebagai dokter gigi, masa nambal cabut skeling dibilang menyalahi aturan, pikir saya pada saat itu. yang membuat saya menjadi cenderung tertutup dalam membahas pekerjaan saya, karena saya takut dihakimi. 

---------

Buat saya yang berada di dalam RS ini saya merasa pekerjaan saya yang dulu saya anggap tindakan gigi yang "cuma" ini terasa semakin sulit dan berat.

Terlalu banyak hal yang harus saya pikirkan sebelum membuat keputusan, karena salah-salah, saya juga yang harus membereskan masalah di gigi mulutnya, dan itu menakutkan buat saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun