---------
Saya mendapat konsul ke ruang bangsal anak, dimana pasiennya adalah pasien anak-anak dengan leukemia, dikonsulnya tertulis keluhan pasien adalah giginya goyang. Anak perempuan manis, seingat saya berusia 9 atau 1o tahun.
Sesampainya di ruangan pasien dan memperkenalkan diri bahwa sebagai dokter gigi, tiba-tiba pasien ini menarik tangan saya dan menggenggam tangan saya.
Ia lalu memberikan gigi di atas telapak tangan saya dan berkata "dokter tolongin aku, gigi aku goyang, kemarin goyang dan udah ada yang lepas, tolong jangan biarin gigi aku yang lain lepas jugaaa" sambil sesengkukan menangis
Jujur saya sangat tidak siap menghadapi situasi seperti ini, saya kaku, baik badan maupun mulut saya. saya tidak tahu kata-kata apa dan gertur tubuh apa yang harus saya lakukan di depan pasien ini.Â
yang saya ingat, saya hanya mengatakan "tenang aja ya, kita akan bikin gigi kamu kuat lagi" tapi sejujurnya saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.Â
Sejak pertemuan dengan pasien ini, sedikit-demi sedikit saya merasa pekerjaan yang saya lakukan di RS bukan pekerjaan "cuma", ini bukan pekerjaan sepele.
---------
Saya menagis sesampai di rumah, saya sangat tidak menyangka kejadian di ruang bangsal ini membuat membuat saya merasa sangat sedih, saya sulit tidur, terbayang wajah pasien tersebut, dengan tangisannya.Â
Jujur saya merasa betul-betul tidak menyangka, saya sebagai dokter gigi, yang dibayangan saya dulu pasiennya adalah pasien sehat yang memiliki masalah gigi, saat ini saya menghadapi pasien dengan kondisi penyakit serius, tentang hidup dan matinya, dan saya berada ditengah situasi tersebut.Â
Terlebih lagi beberapa hari sejak kejadian itu, pasien tersebut meninggal dunia.