Mohon tunggu...
Widya Apsari
Widya Apsari Mohon Tunggu... Dokter - Dokter gigi, pecinta seni, pemerhati netizen

menulis hanya jika mood

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kabut Hitam Sebuah Profesi yang Bernama Dokter Gigi

2 November 2016   12:20 Diperbarui: 2 November 2016   12:41 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Disclaimer : Tulisan ini murni opini saya, jika anda dokter gigi dan mudah tersinggung, sebaiknya anda tidak usah membaca tulisan saya. 

Sebelumnya perkenalkan nama saya Widya Apsari, saya adalah dokter gigi, dan saya bekerja sebagai dokter gigi sejak tahun 2009. Sehingga selama 7 tahun ini, praktis saya bekerja mencari rezeki sebagai dokter gigi, kalau bahasa halusnya adalah bekerja dengan membantu dan mengobati orang yang mengalami masalah dengan gigi. Sungguh mulia pekerjaan saya ya. Namun dalam bahasa saya: saya mencari uang melalui orang yang sakit gigi. 

Sehingga dalam logika saya dokter gigi adalah

Sebuah profesi yang mencari uang melalui orang yang sedang sakit gigi

Jika tidak ada orang yang sakit gigi

Maka dokter gigi tidak mendapat uang

Anda tidak setuju? Sebaiknya anda berhenti membaca tulisan saya sekarang, karena makin ke bawah, tulisan saya akan semakin menyayat hati dan perasaan anda.

Pada dasarnya orang sekolah untuk mendapat pekerjaan, dan dengan pekerjaan, setiap orang berharap mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi diri sendiri dan juga keluarga. Nah, begitu pun dengan dokter gigi.

Seseorang mengambil sekolah kedokteran gigi, dengan harapan kelak setelah lulus dapat bekerja sebagai dokter gigi, dan mendapat penghasilan untuk mencukupi kebutuhan dari pekerjaannya sebagai dokter gigi.

Kemudian bila dihubungkan dengan logika saya tadi, maka dokter gigi berharap agar makin banyak orang yang sakit gigi agar semakin banyak pasien yang datang dan penghasilan pun semakin meningkat. Namun jika tidak ada orang yang sakit gigi, maka dokter gigi akan mencari proyekan dari gigi yang sebetulnya tidak ada masalah.. 

Kenapa bisa demikian? 

Saya kemudian mencoba mengurai dimana kesalahan sistem kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, dan ternyata semua berawal dari bangku kuliah.. 

Biaya kuliah fakultas kedokteran gigi yang amat mahal, pola pengajaran di fakultas kedokteran yang lebih menitik beratkan pada mengobati dan bagaimana melakukan tindakan pada gigi, apakah itu pencabutan, penambalan, atau perawatan salura akar.. 

Bagaimanapun kondisi pasien, apapun kondisi kesehatan tubuh dan rongga mulutnya, pokoknya tambal, cabut, atau perawatan saluran akar (sedang berada di stase apa). 

Kalau di stase menambal gigi dan perawatan saluran akar, gigi sejelek apapun pasien dibujuk agar mau dirawat saluran akarnya kemudian ditambal. Namun bila ada di stase pencabutan gigi, maka gigi sebagus apapun dibujuk agar mau dicabut.

Sedari menjadi mahasiswa, para calon dokter gigi diajarkan bahwa bekerja menjadi dokter gigi ya berarti melakukan tindakan pada gigi-gigi pasien.  Sehingga ketika sudah menjadi dokter gigi, hanya tau bagaimana mencari uang dengan melakukan tindakan pada gigi. Mau gimana caranya pokoknya harus ada tindakan. Menganalisis masalah pasien dan berpikir kritis sebelum melakukan tindakan? Jangan harap.

Ilmu kedokteran gigi yang paling tinggi derajatnya yaitu konsultasi, sebagai bentuk interaksi tertinggi antara dokter dan pasien, tega digratiskan demi tindakan yang nantinya akan memberi uang yang lebih banyak yaitu tindakan pada gigi...

Begitulah saya menilai profesi dokter gigi,

Salam damai

Jakarta, 2 Nov 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun