kehidupan kalian pasti sobat netizens, memahami bahwa perjalanan kenangan hidup itu tertuang antara baik/buruk dilakukan sehari - hari tepat nya kalian semua yang mengetahui dengan kekuasaan kodrat dan Iradat-Nya.
jiwa yang selama ini ditemukan di dunia, mungkin akan berproses bagaimana cara konsepsi penikmat menyajikan dalam kedepan "mati dan jadi mayit" kebutuhan di keluarga bahkan di pemuka masyarakat setempat tepat nya harus di do'a kan. maksudnya apa sobat kompasiana?
jalan review memori internal dan eksternal manusia di kehidupan sehari-hari berpendapat, berpikir, berpesan, satu sama lain semua miliki hak dasar dosa/suci dari pengenalan kepada diri-Nya masing-masing.
Ilmu Takziah dalam kajian fiqih, dsbnya sudah diterangkan serta di simpul kan pada cara prespektif sosial manusia mengenal kepribadian di setiap lakon lalaku kecil, menengah, dan tingkat tinggi sekali pun; "seorang diri." semuanya ada salah dan melukai sesama di phase duniawi.
ini bukan bicara hilafiyah, hal yang baik/benar di etos mindsetter insaniyah muslimin bukan sebagai penghakim keilmuan (egoisme).
sinau disini mengubah paradigma tradisi jadikan modernisme tak hilang arah pada tujuan insan nya mengamaliyah kan jalan penujuan kepada kebesaran Allah SWT ciptakan bumi dan langit beserta isinya.
dungo di nungo,' mungkin tepat digunakan di kesunahan seseorang mengenal diri terhadap rumus Ketuhanan Yang Maha Esa.
bagaimana dengan kalian sobat kompasiana?
apakah jika ada keluarga kalian yang meninggal dunia? kita doa'kan . . . (jawaban : masing-masing mengolah rasa terhadap ketentuan dan ketetapan di diri kalian).
berbagai kandungan cara-cara Islam meneruskan andil peradaban manusia ini, sekarang bukan antara keyakinan/tak dapat memberikan penghormatan terakhir di akhir hayat nya kelak.