Saya masih ingat betul. Waktu itu belum ada listrik. Untuk penerangan di masjid menggunakan lampu gaspon. Lampu yang bahan bakarnya minyak tanah. Saya dan teman-teman diminta patungan untuk membeli minyak tanah. Jadi, bayar ngajinya ya cukup patungan itu.
Tamat dari SD, saya melanjutkan sekolah di MTs BU Kepohbaru. Sekolah swasta. Tempatnya di kota kecamatan Kepohbaru. Jarak dari rumah saya lima kilo meter.
Waktu itu, teman seusia saya, yang melanjutkan ke MTs hanya saya dan seorang teman saya, perempuan. Sementara kakak kelas saya masing-masing tingkat juga hanya ada dua orang. Jadi total enam orang.
Sekolahnya masuk sore. Mulai jam 12.30 dan pulang jam 17.00. Untuk transportasi ke sekolah, saya dan teman-teman manggunakan sepeda ontel. Jika musim hujan, jalannya pasti becek dan tidak bisa dilewati sepeda. Kami memilih jalan kaki bareng-bareng untuk berangkat.
Seragam sekolahnya bajunya putih dan celananya abu-abu. Masih menggunakan celana pendek. Jadi setiap hari membawa sarung digunakan untuk sholat ashar berjamaah di masjid saat istirahan sekolah.
Setelah dewasa, saya baru bisa merasakan. Ternyata nama Slamet Widodo benar-benar membawa barokah.
Ditambah lagi, setelah saya membuat akun facebook, oleh seseorang yang memiliki akun dengan nama Slamet Widodo, saya dimasukkan ke sebuah grup dengan nama "SLAMET WIDODO". Grup itu menampung orang-orang se Indonesia yang memiliki nama Slamet Widodo. Ternyata jumlahnya ratusan. Alhamdulillah...
Dengan begitu, sekarang saya semakin percaya diri dan bersyukur kepada Allah diberi nama Slamet Widodo oleh orang tua saya. Saya tidak dibekali banyak harta oleh orang tua saya. Cukup setetes ilmu saja. Dan prinsip hidup saya, ingin menjadi sebaik-baik manusia. Seperti sabda Rasulullah saw. "Khoirunnaas anfauhum linnaas."
Alhamdulillah...
Allah mengijabah semua doa-doa orang tua saya.
Kedungsari, Kepoh