Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kecermatan sebagai Solusi Mengatasi Kemiripan Uang Kertas "Dua Ribuan" dan "Dua Puluh Ribuan"

22 Desember 2017   12:04 Diperbarui: 22 Desember 2017   12:19 2622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang rupiah baru tahun emisi 2016 (KOMPAS)

Sejak resmi dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada akhir Desember 2016, uang rupiah baru mendapat sambutan cukup meriah di masyarakat, terutama untuk uang kertas. Menggunakan bahan yang lebih baik dan lebih enak dipandang, membuat animo masyarakat cukup baik untuk menyambut kehadiran uang baru tersebut. Namun, setelah lebih dari setahun uang kertas baru itu beredar di masyarakat, ada banyak keluhan terkait kemiripan uang kertas nominal Rp2.000 dan Rp20.000, terutama dilihat dari segi warnanya. 

Kalau kita Googling, dengan mudahnya catatan mengenai seringnya masyarakat keliru saat melakukan transaksi menggunakan dua nominal uang itu bisa kita temukan beberapa contohnya. Kebanyakan contoh bersifat merugikan karena "salah lihat" atau "salah sangka" terkait dua pecahan uang kertas itu. 

Belum lama ini saya pun sepintas mendengar keluhan seorang pegawai toko:

"Waduh, saya keliru ngasih uang kembalian. Saya kira uangnya dua ribu, ternyata dua puluh ribu. Nombok deh!"

Beberapa bulan silam, saya juga pernah mendengar cerita yang mirip, bahkan lebih memilukan karena menimpa seorang lansia (nenek) yang menjual buah-buahan di daerah Malioboro. Jadi, nenek penjual buah tersebut sedikit terlambat mendapati ada seorang pembelinya yang membayar belanjaan senilai dua puluh ribu, dengan selembar uang dua ribuan. Entah sengaja atau tidak, tetapi tetap saja nenek penjual buah itu yang dirugikan.

Sebelum artikel ini saya lanjutkan, mari lihat tampilan dua nominal uang kertas tersebut:

Tampilan uang baru 2000 dan 20000 (djangkarubumi)
Tampilan uang baru 2000 dan 20000 (djangkarubumi)
Dilihat sekilas, sedikit mirip, sekalipun dari segi warna cukup kontras perbedaannya. Namun, harus diakui bahwa dalam kenyataan, masyarakat sering menyangka dua pecahan uang kertas di atas sangat mirip. Sejak menyadari ada kemiripan uang kertas dengan dua nominal berbeda itu, sampai hari ini saya masih memeriksa dan memastikan setiap kali menerima uang kembalian atau saat membayar barang belanjaan. Saya tidak mau mengalami kerugian maupun merugikan orang lain karena hal tersebut. Sekali waktu saya pernah menerima uang kembalian dua puluh ribuan, tetapi si penjual menyangka itu uang dua ribuan. Segera saya sampaikan kekeliruan itu kepada si penjual, supaya ia tidak rugi. 

Sengaja saya bertanya dua kali, dengan harapan kita dapat tersadar bahwa hal ini terlihat sepele, tetapi dampaknya (menurut saya) lumayan merugikan. Saya pun belum menemukan ada berita soal tanggapan dari Bank Indonesia terkait kemiripan uang kertas ini. (Sekiranya adaKompasianer yang mengetahui, mohon bisa di-share supaya kita dapat mengetahuinya).

Kecermatan Mengenali Uang sebagai Solusi Sementara

Saya kurang tahu persis apakah dengan kondisi di atas, pemerintah melalui Bank Indonesia dapat menarik salah satu dari pecahan uang kertas itu, lalu mengganti desain-nya. Fakta bahwa uang sudah beredar luas di masyarakat juga menjadi kesulitan lainnya, jika hendak menarik atau "merevisi" salah satunya. Apalagi, uang dengan tahun emisi 2016 tersebut juga terbilang masih "hangat" karena baru sekitar setahun beredar dan dipergunakan dalam transaksi jual-beli tunai.

Tampaknya, untuk solusi sementara kita harus mengandalkan kecermatan dalam mengenali uang yang akan kita pakai, terima, atau yang sedang berjejer rapi di dalam dompet kita. Tak lucu kan, jika kita menyangka sedang membawa sepuluh lembar uang pecahan dua puluh ribuan, padahal sebenarnya uang dua ribuan? Bedanya seratus delapan puluh ribu, loh!Atau bayangkan, jika nanti pas acara temu keluarga saat perayaan Natal, trus maksudnya kita mau membagikan uang dua puluh ribuan, eh ternyata keliru dua ribuan, apa nanti nggak malu?

Saya hanya sedikit khawatir dampak luasnya di masyarakat bisa terjadi pertengkaran hanya gara-gara kedua pihak (pembeli dan penjual) sama-sama salah sangka, trus saling ngotot merasa dirinya benar, diakhiri dengan baku hantam. Atau bisa juga terjadi, kita beradu mulut dengan tukang parkir karena meminta kembalian delapan belas ribu, padahal kita sebenarnya memberi uang dua ribu---agak berlebihan sih contohnya, tapi bukan mustahil bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Gawat, kan!

Sedikit tips dari saya untuk mengakhiri artikel ini, supaya kita tidak dirugikan atau merugikan orang lain terkait kemiripan dua pecahan uang kertas di atas:

1. Ambil waktu khusus untuk melihat uang kertas yang Anda terima, entah yang Anda kira "2.000" atau "20.000" (sekitar 5 detik).

2. Fokus langsung pada angkanya, lalu cermati dengan baik-baik. Pastikan Anda sudah melihat dengan BENAR nominalnya.

3. Jika Anda menerima uang kembalian, lakukan pengecekan di hadapan penjualnya supaya sama-sama tahu.

4. Jika uang itu masih di dompet, tak ada salahnya kita memastikan (hitung ulang), lalu masukkan lagi ke dompet (daripada keliru!)

5. Jangan pernah anggap kekeliruan uang kembalian sebagai rezeki, karena sebenarnya itu "ujian" kejujuran. Segera kembalikan!

Nah, apakah Kompasianer pernah punya pengalaman yang sama? Jika YA dan Anda punya tips jitu lainnya guna menghindari kekeliruan dalam bertransaksi tunai, saya harap Anda tak keberatan untuk menceritakannya (di kolom komentar) supaya artikel ini semakin lengkap dan bermanfaat bagi semua pembaca. 

Akhirnya, saya berharap kiranya artikel singkat ini bisa bermanfaat bagi kita. Selamat menyongsong liburan, tetap waspada dan cermat dalam bertransaksi, dan mari bersama-sama kita jauhkan sikap dan kebiasaan bersenang-senang di atas kerugian atau kesusahan orang lain, seperti ulasan pada artikel di atas. Ingatlah bahwa nilai diri dan reputasi kita jauh lebih berharga jika dibandingkan dengan selembar uang kertas!

Matur nuwun!

-wsp-

NB: Ada artikel lain yang membahas soal hal ini. Silakan bisa di-klik tautan INI 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun