Tantan (depan)
Seiring berjalannya kompetisi, impian para pendukungnya agar Persib Bandung bisa menjadi juara pun semakin sirna. Pada tabel klasemen akhir Liga 1, Maung Bandung akhirnya hanya menempati peringkat ke-13, dengan mengemas 9 kemenangan, 14 seri, dan 11 kekalahan. Persib pun hanya berjarak 6 poin dari Semen Padang, tim teratas yang terdegradasi ke Liga 2 musim depan. Artinya, seandainya dari 9 kemenangan itu berujung kekalahan bagi Persib, bisa dipastikan tim kebanggaan Ridwan Kamil itu akan turun kasta ke Liga 2. Sungguh akhir kompetisi yang cukup pahit bagi tim besar seperti Persib Bandung!
Hasil minor plus pahit itu pun semakin tercoreng dengan ulang pendukung Persib yang jauh dari spotivitas dan semangat membangun persepakbolaan nasional setelah bikin rusuh pada partai terakhir di kandang sendiri. Para Bobotoh mungkin sudah kadung kecewa berat setelah pada dua pertandingan sebelumnya (pekan ke-32 dan ke-33), Persib juga kalah dari Persija, yang diwarnai kontroversi karena pemain Persib dianggap walkoutsaat pertandingan, dan gagal menang di kandang Borneo FC. Lengkap sudah penderitaan para Bobotoh melihat timnya seolah tak berdaya menghadapi persaingan di Liga 1musim perdana ini. Awal yang manis, tetapi akhir yang miris pun harus diterima oleh segenap pengurus, pelatih dan ofisial tim, para pemain, dan para Bobotoh. Kecintaan mereka pada Persib kini sedang diuji, apakah dalam masa-masa sulit mereka dapat tetap memberikan dukungan positif atau malah cenderung merugikan.Â
Setelah gegap gempita Liga 1 musim perdana ini berakhir, dengan segala cerita seru dan ajaibnya, nasib buruk Persib tampaknya belum sepenuhnya berakhir. Perilaku anarkis dari pendukung Persib, terutama pada laga penutup Liga 1, sepertinya akan dibayar dengan sanksi tambahan dari Komisi Disiplin (KomDis) PSSI, yang sebelumnya telah menghukum Persib akibat insiden dianggap walkout saat melawan Persija. Denda berupa uang dalam jumlah lumayan sepertinya harus disiapkan oleh manajemen Persib, juga kesiapan untuk menerima sanksi berlaga tanda penonton untuk beberapa pertandingan pada musim kompetisi 2018.
Persib juga berpotensi kehilangan minat dari para pemain bintang, yang tak ingin merasakan beban psikologis terlalu besar akibat perilaku sebagian Bobotoh yang mungkin "sukar disembuhkan" dalam waktu singkat. Sekalipun nama besar Persib tetap diharapkan dapat mengundang pemain bintang untuk berlabuh membela Persib. Dukungan sponsor pun bisa berkurang setelah apa yang terjadi pada Persib Bandung sepanjang musim kompetisi 2017 ini. Masih adakah pimpinan perusahaan yang cukup berani mendukung Persib dengan gelontoran dana setelah apa yang terjadi pada musim perdana Liga 1?
Akhirnya, mari kita nantikan bersama terkait 3 pertanyaan ini:
Mampukah Persib dengan jiwa ksatria memikul konsekuensi dari semua yang terjadi setelah kompetisi Liga 1 musim 2017 ini berakhir?
Sebagai tim besar, mampukah Persib menjadi tim yang benar-benar berjiwa besar, lalu merespons semua ini dengan positif?
Mampukah Persib bangkit dan kembali menjadi tim yang disegani, sekaligus tim yang bermartabat, seperti organisasi klub yang diberi nama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB)?
Mampukah, wahai Persib Bandung?