Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Pendapat saya, kalau masih memaksakan digelar pertandingan Liga 1, tentukan saja "penonton" yang diperbolehkan hadir di stadion, misalnya dari para pengurus klub, wartawan olahraga, ditambah Pak Imam Nahrawi beserta perwakilan dari badan olahraga seperti Ketua KONI, KOI, dan Satlak Prima. Memang konsekuensinya, laga akan berlangsung agak sepi karena tak ada pendukung dari kedua tim yang bertanding. Namun, hal itu dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan karena sejarah rivalitas pendukung dari kedua kubu cukup kelam.Â
Lha, kalo memang cuma alasannya uji coba sistem dan lapangan, rasanya syarat di atas sudah CUKUP ya. Cek nomor kursi bisa dicoba, deteksi wajah bisa pakai sample beberapa orang, dan terutama tes kondisi lapangan bisa tetap dilakukan untuk melihat sejauh mana dampak kualitas lapangan (rumput) terhadap aliran bola, pergerakan pemain di lapangan, dan sebagainya.
Sekali lagi, kalau hanya untuk "mencoba lapangan" dan sistemnya secara sederhana, sudah cukup begitu. Namun, situasi akan berbeda kalau Pak Imam Nahrawi ingin melakukan uji coba venue kebanggaan nasional ini dengan serius, sekaligus ingin sedikit memamerkan hasil renovasi yang menelan biaya tak sedikit, juga waktu yang cukup lama itu.Â
Kalau yang ini, pilihannya hanya satu dan tak bisa ditawar lagi: MAINKAN TIM NASIONAL! Kalau perlu, tampilkan 3 pertandingan sekaligus, yakni Timnas Garuda U-19, Timnas Garuda U-22, dan Timnas Garuda Senior dengan lawan dari kelompok usia sebanding dan berasal dari negara yang sama. Pertandingan akan lebih seru lagi jika yang diundang untuk uji coba berasal dari tiga negara berbeda.Â
Usulan saya, untuk lawannya jika dari Asia Tenggara, pilih saja Thailand, Vietnam, dan Myanmar, sedangkan untuk tim di luar Asia Tenggara, kalau bisa dicari tim-tim dengan peringkat di atas Indonesia, jangan lagi yang berada di bawahnya supaya kualitas permainan tim nasional juga meningkat.
****
Jadi, Pak Imam Nahrawi yang arif dan bijaksana, izinkan salah satu dari rakyat Indonesia ini memohon (kalau Bapak berkenan lho ya), agar wacana pemberian izin SUGBK untuk pertandingan Liga 1 bisa diperjelas lagi apa maksudnya. Syukur-syukur bisa "dikoreksi" dengan melarang pemakaian untuk pertandingan tingkat klub. Kalau benar-benar akan diadakan pertandingan Persija melawan Persib dengan dihadiri pendukung kedua tim (dengan atau tanpa atribut), menurut saya, lebih baik tak usah karena risikonya cukup besar!Â
Jika menurut Pak Imam perlu dilakukan uji coba Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), usulan saya, lakukan saja pada 10 November 2017, tepat pada peringatan Hari Pahlawan, dengan menyajikan pertandingan Timnas Garuda kebanggaan kita bersama. Jika tim nasional menang, khususnya timnas senior, kan lumayan tuh, bisa menambah poin perhitungan peringkat dari federasi sepakbola internasional (FIFA).Â
Lantas ke depannya, lebih baik SUGBK bisa dikhususkan untuk pertandingan tim nasional saja, supaya ada kebanggaan bagi para pemain yang berlaga di stadion tersebut, juga bagi para penonton yang menyaksikan laga-laga tim nasional. Sementara, untuk pertandingan tingkat klub, pada laga-laga khusus atau spesial, bisa dilakukan di stadion lainnya seperti Stadion Jakabaring (Stadion Gelora Sriwijaya), Stadion Maguwoharjo, atau Stadion Patriot Candrabaga. Pokoknya only for national team!
Nah, bagaimana rekan-rekan Kompasianer, kira-kira Anda pilih mana, SUGBK diuji coba untuk menggelar pertandingan Liga 1 atau pertandingan persahabatan internasional? Silakan beri tanggapan atau usulan. Â
Salam olahraga