#Omteloletom (terima kasih sudah bikin bahagia rakyat Indonesia).Â
Kalimat yang terpampang dalam sebuah gambar, hari ini dipasang oleh seorang rekan di akun Facebook-nya. Yap, tagar #Omteloletom memang sedang menjadi trending topic di jagat Twiitter sejak Selasa kemarin (20/12) dan kabarnya sampai hari ini pun masih eksis di peringkat atas. Menanggapi posting-an tersebut, saya pun berkata dalam hati, "Bahagia itu memang sederhana."
Ya, fenomena telolet memang sedang melanda sebagian dari wilayah di negeri. Saya katakan "sebagian" karena memang saya belum melakukan survei daerah mana saja yang sudah terkena imbas dari 'virus' telolet ini. Pada musisi dunia pun juga ikut meramaikan tagar #Omteloletom lewat akun Twitter mereka, antara lain The Chainsmokers, Zedd, Martin Garrix, dan beberapa personel 5SOS.
Sebelum saya lanjutkan ... tanpa bermaksud menyindir, hanya ingin memastikan, adakah Kompasianer yang (benar-benar) belum mengerti "telolet"? Telolet adalah bunyi atau suara dari klakson bus. Udah, itu aja definisinya. Hehehe...
Nah, berdasarkan informasi yang saya peroleh dari laman online Tribunnews.com fenomena telolet yang belakangan ngetren memang bukanlah sesuatu yang baru. Kabarnya suara klakson unik tersebut mulai 'diperkenalkan' oleh para driver bus di daerah Jawa Timur, lalu berlanjut ke Jawa Tengah dan DIY, dan sekarang sudah merambah daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Namun, baru beberapa waktu belakangan ini, suara klakson telolet ini pun mulai menjadi buruan para 'Pemburu Telolet' (sebutan untuk orang-orang yang memburu suara klakson telolet). Jika Anda sering melintas jalan antar-provinsi yang biasa dilewati oleh bus-bus pariwisata, suara klakson unik ini akan lebih mudah terdengar.Â
Kebetulan rumah saya berada tak jauh dari jalan Solo-Yogya, sehingga setiap hari untuk bekerja saya pasti melintasi jalan raya antar-provinsi tersebut. Saya pun cukup sering mendengar suara telolet dari berbagai macam merk bus, terutama ketika bus melintas di depan sekumpulan anak yang sudah siap merekam dengan gadget masing-masing.
Para 'Pemburu Telolet' biasanya memakai kode berupa acungan jempol sebagai tanda 'permintaan' agar Driver bus membunyikan 'telolet'-nya. Namun, belakangan ini kode yang diminta sudah lebih berkembang, mulai dari tulisan "Om Telolet Om", sampai meminta secara langsung melalui kenek bus, saat kebetulan berada di samping bus yang sedang melintas.Â
Jika Anda kebetulan berada di tempat wisata, seperti yang saya alami sekitar dua bulan lalu, bersiaplah telinga Anda akan sedikit pekak karena mendengar bunyi telolet yang sengaja dibunyikan oleh para driver bus pariwisata secara bersamaan. Seru!
Mungkin ada yang bertanya, "Untuk apa sih merekam bus lewat hanya untuk dengerin suara telolet? Bagi orang awam, mungkin biasa saja. Namun, bagi para 'Pemburu Telolet' suara yang terdengar dapat membuat mereka bahagia. Selain itu, koleksi suara telolet yang mereka punya bisa untuk ajang pamer-pameran dengan para 'Pemburu Telolet' lainnya.Â
Saking 'bernafsunya' pada 'Pemburu Telolet' untuk memperbanyak koleksi dan mendapatkan suara yang unik, tak jarang mereka bertindak nekat. Pernah terjadi ada 'Pemburu Telolet'  yang nekat beraksi di sekitar jalan tol untuk mendapatkan 'buruannya', yakni suara telolet dari bus-bus yang melintasi jalan tol tersebut.
Tak sedikit pula anak-anak yang terlihat memenuhi badan jalan demi memburu suara telolet yang terkadang (menurut saya) membahayakan keselamatan mereka. Mereka tak hanya berdiri atau duduk di sekitar trotoar, tetapi sudah mulai berdiri di tepi jalan sambil mengacung-acungkan telunjuk dan memegang gadget yang sudah berada pada posisi siap rekam.Â
Sebagai orang dewasa, melihat hal itu jujur saja, terkadang saya merasa khawatir. Sesekali saya klakson dan ingatkan mereka untuk minggir atau menepi, demi keselamatan mereka. Namun, terkadang saya juga memahami bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan, terkadang manusia memang mengabaikan potensi bahaya yang dapat mengintai mereka kapan saja.
Menanggapi fenomena klakson telolet ini, saya teringat masa kecil saya dimana waktu itu ada fenomena 'bandul pedang' yang terbuat dari paku gepeng. Cara untuk membuat sebuah paku menjadi gepeng sehingga bisa dipakai sebagai bandul kalung pun cukup ekstrem, yakni dengan menaruhnya di atas rel kereta api, dengan harapan kereta api yang lewat akan melindas paku sehingga menjadi gepeng.Â
Kesenangannya? Jangan ditanya! Ketika paku berhasil menjadi gepeng, mereka akan senang dan memamerkannya kepada teman-temannya. Mereka mungkin tidak/kurang menyadari bahwa tindakan itu berbahaya, tetapi untuk sebuah kebahagiaan—sekali lagi, demi kebahagiaan—terkadang bahaya itu pun terabaikan.
Bahagia itu sederhana menjadi slogan ada sangat dikenal oleh para 'Pemburu Telolet'. Saya pun baru saja mengunggah (membagikan) kiriman mengenai fenomena  #Omteloletom ini dalam akun FB saya, disertai komentar:
"Fenomena telolet memang dahsyat. Murah, meriah, menghibur! Diberkatilah Anda para sopir bus yang membahagiakan sebagian dari rakyat negeri ini yang lelah dengan urusan politik dan agama."
Saya sangat setuju bahwa BAHAGIA ITU SEDERHANA. Sebuah pengingat yang bagus untuk bahan refleksi akhir tahun, di tengah kondisi dunia dan negara yang semakin membuat kening berkerut, karena ada saja orang (pihak) yang berusaha mengusik kebahagiaan orang lain dengan perilaku negatif dan jauh dari simpatik.
Catatan khusus dari saya:Â Sebaiknya para pemburu telolet, terutama anak-anak sampai remaja (terkadang orang dewasa), perlu memerhatikan lokasi saat mereka merekam bus telolet. Kebahagiaan itu perlu, tetapi keselamatan jiwa juga jangan diabaikan. Carilah tempat yang tepat, aman, tetapi sedekat mungkin dengan jalan agar suara telolet dapat terekam dengan maksimal.
Akhirnya ... terima kasih para SOPIR BUS TELOLET! Teruslah berbagi kebahagiaan bagi bangsa ini lewat perbuatan sederhana yang kalian bisa lakukan!
Salam telolet!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H