Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala AFF: Gelar Juara Tinggal 90 Menit Lagi

15 Desember 2016   12:23 Diperbarui: 15 Desember 2016   13:10 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk dan Piala AFF 2016 (GILABOLA)

Kemenangan Timnas Senior Indonesia pada leg pertama final Piala AFF 2016 semalam memunculkan euforia luar biasa bagi pecinta bola dan masyarakat Indonesia. Now or never! Sekarang waktunya atau tidak sama sekali—entah kapan lagi kesempatan itu datang untuk mencetak sejarah baru dalam persepakbolaan di Asia Tenggara. Apalagi, "jarak" Timnas Indonesia dari cetakan sejarah baru ini tidak terlalu jauh: hanya dua hari lagi dan tinggal 90 menit lagi!

Kita pun mengingat dengan jelas, betapa dekatnya timnas kebanggaan kita dengan gelar juara, tetapi selalu kandas dalam empat kali kesempatan. Pada pagelaran Piala AFF tahun 2000, 2002, dan 2004 secara berturut-turut Timnas Indonesia keok pada babak final dari Thailand (2 kali) dan Singapura (1 kali) sehingga harus puas sebagai runner-up. Babak final Piala AFF 2010 lebih menyesakkan lagi karena pasukan Alfred Riedl yang tampil gemilang sejak partai perdana, harus kalah dari Malaysia yang sempat disikat dengan skor 5-1 pada partai perdana.

Kini, kesempatan untuk mencetak sejarah itu pun membentang di depan mata. Setelah sempat di-KO dengan skor 4-2 oleh Thailand pada partai perdana grup A, perlahan tapi pasti Timnas Indonesia bangkit. Hasilnya, Timnas Indonesia belum terkalahkan mulai pertandingan kedua dan seterusnya. Boaz, dkk bermain imbang melawan Filipina (2-2), menghantam Singapura (2-1), mengandaskan perlawanan VIetnam (2-1 dan 2-2), dan semalam mengalahkan Thailand (2-1).

Hebatnya lagi, sampai leg pertama babak final yang baru selesai tadi malam, pasukan Alfred Riedl ini selalu mencetak dua gol setiap kali bertanding! Rekor bagus yang akan menjadi sempurna jika pada laga pamungkas di kandang Thailand, para pemain Garuda Senior dapat menggelontor gawang Bung T. Kawin dengan dua gol sambil sedapat mungkin berusaha agar tidak kebobolan alias cleansheet perdana selama Piala AFF 2016 berlangsung.

Apakah Harapan untuk Juara Cukup Realistis?

Jika pertanyaan di atas disampaikan pada awal pagelaran Piala AFF 2016, susah untuk menjawabnya karena harapan (target) untuk juara terkesan kurang realistis. Timnas Indonesia berangkat ke Filipina dengan sederet masalah, mulai dari pembatasan jumlah pemain dari klub peserta TSC, penolakan klub terhadap pemanggilan pemain karena dibutuhkan untuk kompetisi, hingga cederanya Irfan Bachdim hanya beberapa hari menjelang Piala AFF 2016 dimulai. Cibiran atau sikap pesimistis pun sempat merebak setelah Indonesia dipermak Thailand 2-4 pada laga perdana di Grup, yang segera berubah menjadi optimisme setelah Indonesia lolos dari fase grup dan berhasil membalikkan prediksi banyak pengamat bahwa Boaz Solossa, dkk akan mentok pada babak semifinal.

Bagi saya, lolosnya Timnas Indonesia ke babak final ditambah kemenangan sensasional atas Negeri Gajah Putih semalam membuat Timnas Indonesia sudah kepalang tanggung untuk sekadar menjadi runner-up. Ibarat melangkah, satu kaki sudah menapaki podium juara, tetapi masih ada yang mencoba nggondheli atau menahan agar kaki yang lain jangan sampai menapak ke podium juara.

Memang, jika dibandingkan kualitas antar pemain, skil individu beberapa pemain nasional kita mungkin masih kalah dibandingkan dengan para pemain Thailand. Namun, sepakbola bukanlah permainan individu, melainkan permainan tim. Ada faktor-faktor lain di luar kemampuan individu yang seringkali justru lebih menentukan hasil akhir pertandingan atau kejuaraan.

Selain skill individu pemain, masih ada faktor:

  • Strategi yang diterapkan pelatih ketika bertanding
  • Cuaca atau alam (Indonesia lebih jago bermain di lapangan becek)
  • Dukungan penonton (bisa menjadi pembakar semangat atau memberi tekanan)
  • Wasit (terkadang mengambil keputusan kontroversial)
  • Kelelahan (jarak leg kedua hanya tiga hari untuk perjalanan, istirahat, dan persiapan)
  • Kelemahan pemain (faktor kelelahan dan tuntutan untuk juara bisa berpengaruh)
  • Kemungkinan pemain mengalami "hari buruk" (pernah dialami oleh setiap pemain)
  • Keberuntungan atau "kesialan" dengan beragam penyebab

Hal lain yang terkadang luput dari pengamatan para pelatih dan pemain, juga para fans berat sepakbola adalah adanya rangkaian peristiwa yang sepertinya kebetulan, tetapi terus berulang. Selama pagelaran Piala AFF, sejak format kandang-tandang diberlakukan mulai Piala AFF 2004, entah bagaimana, tim yang berhasil memenangkan leg pertama babak final selalu keluar sebagai juara.

Thailand menjadi tim terakhir yang membuktikan catatan tersebut ketika menyingkirkan Malaysia pada final Piala AFF 2014 dengan aggregat 5-2, dimana pada leg pertama Thailand mengalahkan Malaysia dengan skor 2-0. Tuah kemenangan pada partai pertama, sebagai "pembuka pintu" untuk membuka almari Piala AFF, untuk diambil dan "dibawa pulang" diharapkan bisa kembali terjadi pada tahun ini.

Jadi, harapan untuk menjadi juara cukup realistis!

Bermain seperti Babak Kedua Final Pertama

Kita semua tentu berharap agar penampilan Indonesia pada babak kedua ketika mengalahkan Thailand tadi malam dapat kembali diulang di kandang lawan. Meskipun kita juga berharap agar coach Riedl bisa menyiapkan dan memotivasi para pemainnya agar langsung "tancap gas" sejak pertandingan dimulai. Tujuannya, untuk mencetak gol secepat mungkin, supaya memperkecil peluang Thailand untuk memenangkan pertandingan.

Selain itu, konsentrasi juga harus dijaga, dan komunikasi harus diperbaiki, khususnya pada lini pertahanan yang semalam terlihat beberapa kali terjadi miskomunikasi. Kehati-hatian juga perlu ditunjukkan terkait keputusan untuk melakukan tackling—jauhi tackling yang tidak perlu!—juga tindakan berbau provokasi yang dapat merugikan tim. Misalnya saja dalam pertandingan semalam ada upaya untuk meminta kartu ketika pemain kita dilanggar oleh lawan. Untunglah wasit tidak menggubris atau menganggapnya berlebihan sehingga berpotensi mengeluarkan kartu kuning.

Selanjutnya, pemilihan line-up yang tepat juga mutlak diperhatikan, terutama terkait kondisi terakhir pemain sebelum laga dimulai. Coach Riedl perlu menurunkan pemain yang benar-benar fit dan 'siap tempur' untuk menahan gempuran dari para pemain Thailand pada leg kedua yang akan berlangsung Sabtu malam (17/12). Kuartet lini belakang bisa dipertahankan, dengan opsi pergantian Benny Wahyudi, jika memang kurang fit akibat cedera yang diperolehnya pada pertandingan semalam. Untuk pemain sayap, mungkin Riedl bisa mencoba memainkan Bayu Gatra dengan backup Zulham Zamrun dari bangku cadangan. 

Winger Madura United ini bisa dimainkan untuk memperkuat posisi sayap Timnas Garuda dan memecah konsentrasi pemain lawan. Gaya permainan Bayu Gatra praktis belum begitu dikenal oleh pemain Thailand karena ia belum pernah sekalipun bermain dalam Piala AFF 2016 ini. Evan Dimas juga patut dicoba untuk menggantikan Bayu Pradana yang terlihat kurang maksimal dalam pertandingan semalam. Kemampuan Evan Dimas untuk mengontrol permainan, dan keberaniannya dalam memainkan bola dapat dipakai untuk menyeimbangkan lini tengah sekaligus mencegah aliran bola dari para pemain Thailand ke lini pertahanan Indonesia.

Untuk posisi penyerang, skema memasang Boas sebagai ujung tombak tunggal dengan striker bayangan Stefano Lilipaly dapat dipertahankan karena terbukti efektif dalam memecah konsentrasi para pemain lawan. Hanya, mereka harus lebih jeli dalam membaca situasi di lapangan dan harus membuat keputusan yang tepat untuk mengumpan atau menggiring bola, juga kapan melakukan tendangan langsung ke arah gawang. Situasi set piece  juga dapat diandalkan untuk membuka peluang terjadinya gol, baik melalui tendangan bebas maupun tendangan penjuru.

*****

Jadi, bagaimana prediksi Anda? Memang masih ada dua kemungkinan untuk pertandingan pamungkas Piala AFF 2016 ini. Peluangnya masih 50-50 karena Thailand pasti tidak ingin menyerah begitu saja, apalagi melihat Indonesia berpesta di "rumah" mereka. Namun, harapan masih ada, masih cukup realistis, dan layak untuk dinanti-nantikan oleh kita semua.

Akhirnya, mari doakan akan perjalanan TImnas Indonesia yang sudah 'kepalang tanggung' ini bisa berakhir dengan sempurna dan happy ending. Gelar juara yang sudah lama kita impikan semoga Sabtu lusa bisa terwujud, sebagai pelengkap kebahagiaan bagi masyarakat yang sudah belasan tahun menantikan prestasi dari Timnas Indonesia yang belum kunjung tiba.

Bravo Timnas Indonesia! BERJUANGLAH 90 menit lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun