Pendidik tersebut dalam hal mengajar, sudah mengetahui apa itu mengenai sebuah rancangan dalam sebuah pembelajaran. Akan tetapi pendidik masih beradaptasi dengan perangkat pembelajaran pada kurikulum saat ini, yakni kurikulum merdeka. Pendidik yang profesional harus memiliki kemampuan dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Anggraini, dkk (2021: 63) bahwasanya perangkat pembelajaran merupakan dasar awal bagi pendidik dalam mengajar di kelas, dimana sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam hal tersebut pentingnya perangkat pembelajaran bagi pendidik dalam melaksanakan sebuah pembelajaran di kelas.
Pendidik tersebut sudah membuat perangkat pembelajaran dalam melaksanakan sebuah pembelajaran di kelas, dan penyusunan tersebut sudah disesuaikan dengan kurikulum merdeka, dimana sudah berbasis capaian pembelajaran bukan lagi berbasis komptensi dasar. Berdasarkan hasil wawancara pendidik mengatakan bahwa dalam pembuatan perangkat pembelajaran kurikulum saat ini, cukup luas cakupannya dari perangkat pembelajaran kurikulum sebelumnya, dimana harus menyesuaikan antara CP, TP, ATP dan IPT.
Peneliti melakukan pengamatan terhadap pendidik, dimana pendidik dalam penyusunan modul ajar masih belum bisa membedakan antara moda pembelajaran dengan model pembelajaran. Menurut Hidayat & Miskadi (2021: 157) moda di dalam pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, dan pendidik bisa melakukan moda pembelajaran melalui tiga jenis yakni, Moda tatap muka, Moda daring dan Moda daring kombinasi. Sedangkan model pembelajaran menurut Isrok'atun & Rosmala (2018: 36) ialah suatu rancangan yang menggambarkan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang terpacu dengan sintak di dalamnya dimana memuat beberapa kegiatan yang akan dilakukan di dalam pembelajaran.
Terlihat jelas mengenai perbedaan antara moda dengan model pembelajaran, seperti yang dikemukakan di atas bahwa moda itu terkait pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik dan peserta didik, baik itu secara tatap muka, daring atau kombinasi antara daring dan tatap muka, sedangkan model pembelajaran merupakan rancangan yang berisi sintak atau langkah-langkah di dalam proses pembelajaran.
Pendidik secara umum, sudah melaksnakan proses pembelajarannya dengan berjalan lancar, akan tetapi dikarenakan pemilihan model pembelajaran yang terbatas, sehingga menjadikan proses pembelajaran yang sangat monoton, lebih kepada pendidik yang aktif dibandingkan dengan peserta didik yang menjadi pasif. Sedangkan, pada kurikulum merdeka ini pembelajarannya Student  Centered, dimana siswa yang menjadi aktif bukan menjadi pasif. Berdasarkan wawancara, pendidik sudah mengetahui apa itu model pembelajaran, akan tetapi belum memahami bagaimana cara pengimplementasiannya di dalam pembelajaran. Menurut Nyoman (dalam Kaimana, dkk. 2023: 540) ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kurikulum merdeka, yakni Model Problem Based Learning, Model Project Based Learning, Discovery Learning, Inquiry Learning dan beberapa jenis dari Model Pembelajaran Kooperatif. Dengan beberapa model pembelajaran tersebut, dapat menjadikan peserta didik menjadi lebih aktif dan berpikir kritis di dalam proses pembelajaran.
Dalam penggunaan metode pembelajaran, pendidik masih menggunakan metode caramah saja, dan di dalam modul ajar yang di buat oleh pendidik tidak tercantum mengenai metode pembelajaran yang digunakan. Sehingga pada proses pembelajaran terlihat tidak adanya pola atau teknik bervariasi yang diguanakan di dalam proses belajar dan pembelajaran.
Selain kurangnya pemahaman dalam penerapan model dan metode pembelajaran, pendidik juga dalam pembelajaran masih menggunakan media yang belum interaktif. Media yang digunakan hanya media berbasis karton yang di dalamnya terdapat tulisan tangan dan gambar yang menggunakan spidol. Pendidik juga belum menyatumkan media yang akan digunakan di dalam modul ajar, padahal modul ajar merupakan suatu rencana dari terjadinya proses pembelajaran di kelas. Menurut Roosita, dkk  (2022: 21) media interaktif ialah media pembelajaran yang dibuat dalam bentuk menyenangkan dengan penggunaan gabungan media lainnya, seperi gambar, teks, audio yang disebut dengan multimedia. Seperti penggunaan Poowerpoint, Vidio animasi, Audio dan lain sebagianya.
Modul ajar di dalamnya selain memuat, moda, model, metode dan juga media terdapat komponen-komponen lainnya yang harus pendidik pahami dalam setiap bagiannya. Berdasarkan pengataman peneliti, sudah ada beberapa komponen lainnya yang termuat dalam perangkat pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Pendidik dalam pembuatan modul ajar masih belum mengembangkan perangkat pembelajarannya, untuk itu komponen yang terdapat di dalam modul ajar yang dibuat masih ada beberapa komponen yang tidak tercantum.
Beebrapa komponen dari modul ajar menurut Salsabila, dkk (2023:38) di antaranya, pertama terdiri dari komponen informasi umum yang didalamnya memuat Identitas Modul (Identitas penulis modul, intstansi asal, tahun, jenjang sekolah, kelas dan alokasi waktu), Kompetensi awal, Profil Pelajar Pancasila, Sarana dan prasarana, Target peserta didik (Reguler, Kesulitan Belajar dan Pencapaian tinggi). Model Pembelajaran (Metode dan Pendekatan),. Kedua terdiri dari komponen Inti terdapat Capaian pembelajaran, Tujuan pembelajaran, Alur Tujuan Pembelajaran, Pemahaman Bermakna, Pertanyaan Pemantik, Kegiatan pembelajaran (Langkah-langkah pembelajaran), Asesmen, Remedial dan Pengayaan. Terakhir Lampiran yang berisi Lembar Kerja Peserta didik, Lembar Evaluasi, Pengayaan dan Remedial, Bahan bacaan, Glosarium dan Daftar pustaka.
Pendidik dalam pembuatan modul ajar, sudah menggunakan salah satu aplikasi teknologi, yakni Canva. Modul ajar tersebut dibuat dalam bentuk desain sesuai dengan desain materi pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, pendidik di masa usianya yang sudah cukup umur tersebut, awalnya tidak mengetahui terhadap teknologi, dikarenakan pendidik terus menggali pengetahuannya maka pendidik mulai mengenal mengenai teknologi. Hal tersebut juga dikarenakan adanya pelatihan, dimana sekolah menyediakan beberapa pelatihan bagi para pendidik, terkadang kepala sekolah pun menilai kinerja pendidik di dalam pembelajaran, hal itu juga termasuk dalam penilaian perangkat ajar yang dibuat oleh pendidik. Selain itu sesama pendidik juga saling mengajari dan memberikan arahan bagaimana cara membuat modul ajar dengan memanfaatkan salah satu dari aplikasi Teknologi. Walaupun masih ada beberapa kekurangan dari pendidik dalam membuat modul ajar kurikulum merdeka dikarenakan masih adanya adaptasi, akan tetapi pendidik sudah melakukan pelatihan, agar mendapatkan pemahaman dan kreativifas dalam pembuatan modul ajar dan kepala sekolah pun turut membantu dalam pelatihan tersebut, dikarenakan kepala sekolah ingin menjadikan sumber daya yang di sekolah terlebih para pendidik, dengan tujuan menjadikan sumber daya yang berkualitas dan memiliki kemampuan dalam melakukan penyesuaian terhadap setiap kurikulum yang ditetapkan.
Dengan adanya pelatihan dan pendidikan juga akan memberikan kesempatan kepada para pendidik untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, dimana akan meningkatkan kinerja seorang pendidik dan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan belajar peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. hal tersebut berkaitan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia yang ada di sekolah, menurut Suwarga (2023: 2587) bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia ialah suatu kegiatan pengoptimalan fungsi manajemen untuk mengelola SDM dalam mencapai tujuan organisasi, dalam rangka untuk meningkatkan kinerja pencapaian kinerja, produktivitas, kualitas kehidupan kerja dann pelayanan lembaga.