Mohon tunggu...
Kompasianer Air
Kompasianer Air Mohon Tunggu... Wiraswasta - Komunitas Pecinta Aviasi

Terbang, wisata

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bali Overtourism, Iya atau Tidak Sih?

23 November 2024   22:21 Diperbarui: 24 November 2024   20:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi lain, jalan raya yang kecil yang mengakomodasi kendaraan terlalu banyak, maka kemacetan pun tak terhindarkan, selain jalanan keci juga karena kurangnya transportasi publik.

Pada beberapa definisi overtourism di berbagai sumber juga menyebut kata "sebuah tempat",  dua kata ini tidak selamanya pula mempresentasikan sebuah destinasi secara keseluruhan, misalnya Bali sebagai sebuah pulau  dimana terjadi kegiatan pariwisata hanya di salah satu kawasannya saja atau juga hanya menyebutkan Bali, bukan Indonesia dimana Bali merupakan bagian dari Indonesia.

Dan jika ada sebuah pendapat dan bahkan pernyataan dari pemegang kebijakan di daerah bahwa kegiatan pariwisata di Bali memang terkonsentrasi di Bali Selatan, maka bisa jadi kata overtourism yang dilontarkan oleh pihak Fodor's untuk kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari lima tahun , memang demikian adanya.

Memang benar pendistribusian wisatawan di Bali tidak merata, tapi bila kita melihat dampak dari tidak meratanya ini apa, bukankah dengan terkonsentrasi kegiatan wisata di sebuah kawasan (overtourism) mengindikasikan jumlah (kegiatan) wisatawan yang lebih banyak dari kawasan lain.

Bukanlah kesalahan dari wisatawan berkumpul di sebuah kawasan yang pengembangan pariwisata yang dilakukan lebih pesat dan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan yang menyediakan berbagai fasilitas pendukung pariwisata lebih lengkap.

Jadi salah siapa ? disini kita bukan untuk mencari kesalahan siapapun, juga tidak untuk membenarkan dan bahkan membantah apa yang dikatakan oleh pihak Fodor's, kita hanya perlu melihat apa yang kita (benar benar) lihat, dengar dan rasakan (alami).

Siapakah kita itu ? ya semua komponen dari pariwisata pastinya, mereka adalah pemegang kebijakan, pelaku usaha, wisatawan dan masyarakat, mereka inilah kita yang merupakan empat komponen pariwisata plus satu yaitu media dimana Fodor's masuk ke dalamnya.

Akan tetapi cara kita sebagai individu dalam melihat, mendengar dan merasakan bisa berbeda beda, dan bahkan bisa bersifat subyektif. Dan ketika segala perbedaan tidak dibawa ke meja untuk kompromi atau setidaknya berusaha untuk menyamakan persepsi, maka response nya pun berbeda beda, ada yang defensive serta denial  tapi ada pula yang tidak peduli terhadap apa yang kita lihat, dengar dan alami.

Kondisi dan keadaan overtourism sepertinya juga tidak ada kaitannya dengan potensi timbulnya rasa tidak aman pada sisi wisatawan karena bukan hal keamanan yang menjadi dampak dari overtourism yaitu ketidaknyaman, baik pada sisi wisatawan maupun penduduk lokal.

Overtourism merupakan dampak negatif dari kegiatan wisata yang berlebihan, kata over yang menempel di sini sudah mempresentasikannya, dan ketika memang tidak pernah ada patokan baku pada berapa jumlah maksimum wisatawan yang dapat berkunjung ke destinasi wisata manapun di dunia pada sebuah periode waktu maka tata kelola mulai dari perencanaan hingga implementasi dan pengawasan perlu konsisten.

Permasalahan sampah --yang juga menjadi salah satu penilaian Fodor's-- adalah merupakan salah satu dampak negatif dari terkonsentrasinya wisatawan di kawasan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun