Sebagian besar orang di Indonesia masih menganggap pembicaraan mengenai hal-hal yang berbau esek-esek atau kamasut, istilah yang sering dipakai Kompasianer Acek Rudy Gunawan sebagai sesuatu yang tabu.
Padahal, para ahli psikologi justru menyarankankan bahwa edukasi tentang seks itu sangat penting diajarkan sejak dini kepada anak-anak. Sayangnya, banyak para orang tua malah memilih menghindar untuk urusan yang satu ini.
Tapi tidak demikian halnya dengan keluarga Pak Arrohsa. Mereka sangat setuju akan apa yang disarankan oleh para pakar psikologi mengenai pentingnya pengetahuan seks di usia dini. Hanya saja, mereka belum menemukan titik nyaman untuk membicarakan hal ini kepada si Opik, anak semata wayang mereka yang kini telah berusia tujuh tahun.
Hingga suatu hari, dadak sontak si Opik menanyakan hal yang selama ini ditakutkan oleh Bu Arrohsa dan membuat dadanya berdegup kencang.
"Bu, Opik asalnya dari mana sih?"
Bingung bercampur stress dengan pertanyaan itu, akhirnya Bu Arrohsa memutuskan untuk mendiskusikannya terlebih dahulu dengan suaminya Pak Arrosa, ayah Opik.
"Opik sayang, Ibu diskusikan dulu dengan Bapakmu ya, beri waktu tiga hari agar Bapak dan Ibumu dapat menjawabnya dengan baik.
"Tiga hari?" Opik menanggapi jawaban Ibunya dengan pertanyaan, untuk memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Iya sayang, tiga hari saja" Jawab Ibunya dengan nada memohon.
Opik akhirnya mengiyakan.
Sore harinya saat Pak Arrohsa baru saja pulang kantor, istrinya langsung mengadukan perihal pertanyaan si Opik kepadanya. Mendengar itu Pak Arrohsa langsung gegaruk kepala.
"Jadi, bagaimana sebaiknya, Bu?
"Kita harus punya strategi untuk menjelaskan hal ini dengan baik agar jangan sampai terkesan esek-esek gitu! Si Opik kan masih di bawah umur, Pak!"
" Waduh! tiga hari waktunya ya Bu?" tanya Pak Arrohsa kembali menggaruk kepalanya yang cukup panjul itu.
"Iya, Pak! Gini aja deh, besok Ibu akan beli buku-buku tentang pendidikan seks ya, kita pelajari selama dua hari ini. Nah dihari ketiga baru kita atur strategi yang baik untuk menjawab pertanyaan si Opik!"
Benar saja, keesokan paginya setelah mengantar si Opik ke sekolah, Bu Arrohsa langsung menuju ke toko buku dan memborong buku- buku pendidikan seks untuk anak.
Selama dua hari Pak Arrohsa bersama istrinya membaca dan menekuni buku-buku tersebut. Pada hari ketiga merekapun mulai mengatur strategi.
" Pokoknya aku bagian yang jelasin waktu kita bertemu dan menikah ya Pak! Nah, soal asal muasal si Opik itu bagian Bapak!"
"Iya, iya... Ibu atur aja deh!"
Setelah makan malam bersama, Bu Arrohsa memanggil Opik ke ruang tamu.
"Pik, seperti janji Ibu tempo hari, sekarang Bapak dan Ibu siap menjawab pertanyaanmu, nak" kata Bu Arrohsa sambil memberi aba-aba kepada suaminya untuk bersiap-siap.
"Jadi dulu Ibu bertemu Bapakmu saat masih bersekolah dan kami berdua saling suka sama suka. Cuma Ibu dan Bapak harus menunggu hingga selesai sekolah untuk kemudian baru bisa menikah. Sebelum menikah Bapak dan Ibu juga mesti meminta do'a restu terlebih dahulu dari kakek dan nenekmu. Nah, setelah menikah karena Bapak dan Ibumu saling mencintai maka kamipun melakukan apa yang disebut berhubungan badan...." Bu Arrohsa tetiba menghentikan penjelasannya sambil telunjuk tangan kirinya mencolek-colek paha suaminya, mengingatkan bahwa sudah waktunya Pak Arrohsa mengambil alih.
Gelagapan, Pak Arrohsapun berusaha mengambil alih percakapan.
"Jadi saat Bapak dan Ibumu berhubungan badan, Bapak menaruh benih ke dalam tubuh Ibu. Benih itu kemudian bertemu sel telur di dalam rahim yang ada dalam tubuh Ibumu. Nah, gabungan antara benih Bapak dan sel telur Ibu itu akhirnya tumbuh menjadi jabang bayi yaitu kamu, Opik. Jabang bayi Opik kemudian keluar melalui vagina ... aduh!" Seketika Pak Arrohsa menghentikan penjelasannya, gegara rasa panas yang dirasakan di pahanya akibat cubitan dari istrinya.
Bu Arrohsa merasa penjelasan suaminya mulai kelewat batas, iapun mengambil alih pembicaraan suaminya.
" Nah, sekarang Opik sudah mengerti kan dari mana sebetulnya kamu berasal?"
Anak berusia tujuh tahun itu melongo tak berkedip mendengar penjelasan orang tuanya.
"Bapak sama Ibu ini kok jawabnya lama dan panjang bener sih! Opik mana hapal jawaban panjang kayak gitu. Padahal teman Opik si Joko waktu dia nanya ke ibunya dari mana asalnya, Ibunya cepet lho jawabnya dan pendek. Kebumen!"
Widz Stoops, PC-USA 10.10.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H