"Ok," tanggap Devi singkat, lalu seperti biasanya, memonyongkan bibirnya dengan manja kepada Boyke, laki-laki peranakan Denmark itu.
Pesta ulang tahun Roy, teman Boyke yang kaya raya dihadiri kurang lebih oleh 50 orang undangan. Para tamu yang datang diwajibkan melakukan rapid test di lobby sebelum memasuki ruangan.
Setelah menunggu hasil yang memakan waktu sekitar 15 menit, pengunjung dipersilahkan masuk dengan menunjukkan hasil negative rapid test mereka.
Meski Devi dan Boyke sempat 'deg-deg plas', bagaimana kalau hasil tes mereka berbeda? Tapi sebelumnya memang sudah ada kesepakatan, jika salah satu hasil tes positif, maka mereka akan memilih segera pulang untuk mengarantinakan diri.
"Horee," ujar keduanya hampir serempak, ketika mengetahui hasil tes mereka berdua ternyata negatif.
Ruang tengah rumah Roy terlihat bagai sebuah ballroom hotel bintang lima yang dipenuhi oleh para tamu undangan. Tak seorangpun terlihat memakai masker. Bahkan banyak antara mereka saling 'cipika-cipiki' seolah tidak tahu apa arti social distancing.
"Kita gak usah pake masker ya, kan aneh kalau cuma hanya kita berdua yang memakainya" Kata Boyke sambil membuka maskernya.
Devi tergugu bisu, dalam hatinya melintas tanya: bagaimana seandainya tes yang mereka lakukan kepada para undangan hasilnya tidak akurat?
"Semua orang yang hadir di sini itu orang-orang pilihan, beib. Mereka free Covid. Alat tes yang dipakai juga merek handal, pasti akurat!" Boyke menjawab keraguan di benak Devi.
Tanpa isyarat kata-kata, kedua pasangan serasi itu saling mengerti isi hati satu sama lainnya, hanya dengan pandangan mata yang meluruhkan.
Jangan terlalu paranoid, Devi mencoba menenangkan hatinya sendiri sambil akhirnya membuka masker yang menutupi mulut dan hidungmya.