Tak cuma itu, bertoleransi dalam kehidupan beragamapun selalu diterapkannya. Menjelang Natal dan tahun baru, ibu Supraptiah mengerahkan anak-anak untuk membantu membuat kue, kemudian mengantarkannya ke para tetangga serta kerabat yang merayakan Natal.
Ibu Supraptiah juga tak segan-segan membimbing semua anaknya mentaati cara bersopan santun. Ia pernah memarahi anak perempuannya ketika lupa mencium tangan neneknya saat datang berkunjung.
Tidak ada kata lemah dalam kamus hidupnya. Suatu ketika anak perempuannya yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar mengalami perundungan dari teman-temannya karena pipinya yang gembil. Ibu Supraptiah dengan lembut mengatakan kalau bentuk pipi tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang keturunan Raja Kebembem dan disitulah letak lambang kejayaan mereka.
Perkataan lembut ibu Supraptiah begitu tegas terngiang di kuping anak perempuannya yang kemudian menjadi kekuatan baginya. Sejak itu apabila ada yang mengejek, ia tak pernah lagi menangis tapi justru membalas ejekan tersebut dengan mengatakan "Biarin, ini memang lambang kejayaanku!"
Perundungan lain yang pernah dialami anak perempuannya adalah karena cadel, tak mampu menyebut huruf "r". Mendengar pengaduan dari anaknya, dengan tersenyum beliau hanya berkata kalau orang hebat seperti Presiden Amerika juga tidak bisa menyebut huruf 'r'.
Semenjak itu anak perempuannya tak pernah lagi merasa minder jika terus-menerus diejek. Ia berubah menjadi perempuan yang penuh percaya diri. Dibenaknya ia yakin cuma orang-orang hebat yang berbicara cadel seperti dirinya.
Ibu Supraptiah mendidik keenam anaknya dengan penuh integritas, cinta dan kasih sayang. Dari ibu Supraptiah, anak-anaknya belajar menjadi pemimpin yang sukses, yaitu pemimpin yang selalu memberikan kesempatan kepada para pengikutnya untuk menjadi orang-orang yang berhasil..
Dalam struktur keluarga dan struktur organisasi, pelajaran itu adalah benar. Sebagai seorang ibu, ia telah menerapkannya dengan selalu menempatkan anak-anaknya sebagai prioritas utama, agar kelak mereka dapat dengan sukses meraih cita-cita yang diinginkan.
Aku adalah salah satu dari keenam anak ibu Supraptiah. Wanita sederhana yang kini berusia hampir 90 tahun dan yang dalam kesehariannya dipanggil dengan sebutan 'eme' oleh keenam anaknya itu, adalah ibu kandungku.
Walau akhirnya aku menyadari bahwa ternyata aku bukanlah seorang yang berasal dari keturunan raja. Dan cerita ibu tentang Raja Kebembem itu sebenarnya hanyalah isapan jempol belaka. Tapi justru disitulah titik awal dimana aku menjadi anak perempuan yang berkepribadian kuat.
Sampai detik ini aku memang masih cadel dan belum mampu menyebut huruf yang satu itu, sama halnya aku belum mampu menjadi orang hebat seperti Presiden Amerika.