Emma yang pernah bekerja sebagai seorang pemandu wisata di sebuat perusahaan perjalanan kini terpaksa harus kerja serabutan demi menyambung hidup. Apa boleh buat, pandemi membuat bangkrut perusahaan tempatnya bekerja.
Emma sendiri adalah perempuan yang gigih dan tak pernah malu menjalani pekerjaan apapun. Yang penting halal! Itulah pedoman hidupnya.
Hari ini Emma menerima tawaran tetangganya untuk menjaga kedua anak mereka selama tiga hari. Berita duka yang mendadak mengharuskan mereka pergi ke luar kota.
Situasi pandemi membuat tetangganya lebih nyaman pergi tanpa membawa anak-anak, disamping anak-anak mereka sudah kenal Emma sejak bayi dan sangat menyukai kepribadian Emma yang sangat open dengan anak kecil.
Malam telah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit, saat Emma baru saja selesai menidurkan kedua anak tetangganya itu di kamar atas. Sesuai dengan instruksi orang tua mereka, anak-anak memang sudah harus tidur pada jam sembilan malam.
Selesai sudah tugas Emma menjaga anak-anak untuk hari ini. Direbahkan tubuhnya yang langsing ke atas sofa sambil meraih remote control yang ada di meja. Bolak-balik ia mengganti saluran TV, berusaha mencari acara yang berkenan di hatinya.
Tiba-tiba ia terpaku di saluran TV yang sedang menayangkan sebuah film horor. Emma yang menyukai film horror sangat menyayangkan dirinya terlambat menonton, karena ada yang menarik buat Emma tentang film itu.
Disatu adegan film yang menceritakan tentang rumah berhantu itu menampilkan suatu tempat yang cukup dikenal Emma, yaitu lokasi pemakaman umum terletak tidak jauh dari rumahnya.
Itulah yang membuat Emma memutuskan untuk tetap menonton, walaupun sudah hampir di penghujung acara. Ia bahkan mematikan lampu untuk menambah efek nuansa horor dan kemudian meringkuk di bawah selimut.
Tak lama film diakhiri dengan adegan yang menyeramkan. Semua orang yang pernah melihat atau mendengar tentang hantu di rumah dan di kuburan itu akhirnya mati terbakar atau trauma sampai mati.
Emma yang begitu menghayati film tersebut menjadi ketakutan sendiri. Padahal ia harus mengecek anak-anak kembali untuk memastikan mereka tetap terjaga dalam tidurnya. Namun ketakutan seolah merajai hatinya.