Bangunan lainnya termasuk High Priest’s Grave atau makam Pendeta Tertinggi dan Colonade (Thousand Columns) dan bersambung dengan Temple of Warriors. Sebagian besar bangunan ini diselesaikan pada awal periodel Post Classic 900-1200, dan di akhir era Post Classic 1200-1540 Chichen sepertinya terkalahkan oleh munculnya kota Mayapan.
![Thausand Columns and Temple of Warriors. Photo by Widz Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/7b23377a-55b1-4b53-a263-4bf135a65426-5c3ab40f6ddcae5ade50c2b0.jpeg?t=o&v=555)
![Rumah di peradaban Maya. Photo by Widi Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/6ba0cfb1-df3c-47df-9e47-428c464be4e9-5c3ab52543322f4e5d37a18a.jpeg?t=o&v=555)
![Steam bath/spa peradaban Maya. Photo by Widz Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/61349aba-7f1c-4456-812f-4729d54debef-5c3ab5f0c112fe742c7924a5.jpeg?t=o&v=555)
![Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/d892ba58-fa58-46b2-908e-3858fb938ebe-5c3ab79943322f4eb767dc9a.jpeg?t=o&v=555)
Mungkin ada sekitar 800 Cenote di semenanjung Yucatan. Beratus-ratus tahun lalu ketika meteor menimpa bumi dan menyebabkan bumi berlubang diikuti dengan peristiwa alam lainnya lubang inipun kemudian menjadi sumur/telaga.
Beberapa Cenote dianggap suci, khususnya yang saya kunjungi disebut Cenote Ik Kil, telaga dengan bentuk bundar sempurna berlokasi tidak jauh dari kota kuno bangsa Maya, Chichen Itza. Anak laki-laki bujang dan perawan ditenggelamkan disini sebagai korban untuk Dewa Air.
Tidak hanya sebagai tempat berkorban, telaga ini juga merupakan pintu masuk dunia bawah tanah yang menghubungkan ke 800 Cenote lainnya. Terletak 30 meter di bawah tanah, permukaannya berdiameter 60 meter dengan 50 meter kedalaman air.
Air terus menerus mengalir jatuh melalui akar pohon yang menggelantung dari atas ke bawah. Suhu disini sekitar 40 derajat celcius, sementara suhu air di telaga sangat dingin sekitar 15 derajat celcius.
![Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/1fd5ffd2-2c77-4fd8-b489-753fb29cf83f-5c3ab8e5aeebe13d5a0bf1c5.jpeg?t=o&v=555)
Walau saya sempat berpikir, tidak heran kalau bangsa Maya dengan suka rela ikhlas berkorban di sini. Telaga ini memang sangat majestik dan sangat indah untuk tempat peristirahatan terakhir.
![Ik Kil Cenote dilihat dari atas.Photo by Widz Stoops](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/13/9f570748-23fc-4959-a682-b62ab33a5b49-5c3ab9d8aeebe16cc2311a09.jpeg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI