Bangunan lainnya termasuk High Priest’s Grave atau makam Pendeta Tertinggi dan Colonade (Thousand Columns) dan bersambung dengan Temple of Warriors. Sebagian besar bangunan ini diselesaikan pada awal periodel Post Classic 900-1200, dan di akhir era Post Classic 1200-1540 Chichen sepertinya terkalahkan oleh munculnya kota Mayapan.
Mungkin ada sekitar 800 Cenote di semenanjung Yucatan. Beratus-ratus tahun lalu ketika meteor menimpa bumi dan menyebabkan bumi berlubang diikuti dengan peristiwa alam lainnya lubang inipun kemudian menjadi sumur/telaga.
Beberapa Cenote dianggap suci, khususnya yang saya kunjungi disebut Cenote Ik Kil, telaga dengan bentuk bundar sempurna berlokasi tidak jauh dari kota kuno bangsa Maya, Chichen Itza. Anak laki-laki bujang dan perawan ditenggelamkan disini sebagai korban untuk Dewa Air.
Tidak hanya sebagai tempat berkorban, telaga ini juga merupakan pintu masuk dunia bawah tanah yang menghubungkan ke 800 Cenote lainnya. Terletak 30 meter di bawah tanah, permukaannya berdiameter 60 meter dengan 50 meter kedalaman air.
Air terus menerus mengalir jatuh melalui akar pohon yang menggelantung dari atas ke bawah. Suhu disini sekitar 40 derajat celcius, sementara suhu air di telaga sangat dingin sekitar 15 derajat celcius.
Walau saya sempat berpikir, tidak heran kalau bangsa Maya dengan suka rela ikhlas berkorban di sini. Telaga ini memang sangat majestik dan sangat indah untuk tempat peristirahatan terakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H